Liputan6.com, Istanbul - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan ia batal mengunjungi Israel. Sebelumnya, Erdogan berminat datang ke Israel usai bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di sela Sidang Majelis Umum PBB 2023.
Dilaporkan VOA Indonesia, Kamis (26/10/2023), Erdogan membatalkan rencananya mengunjungi Israel karena perang “tidak berkeperimanusiaan”nya melawan militan Hamas di Gaza.
Advertisement
Erdogan menambahkan, ia tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris, melainkan “para pembebas” yang memperjuangkan wilayah mereka. Pernyataan itu segera disambut dengan kutukan penuh amarah dari pemerintah Israel.
Erdogan bersikap hari-hati pada hari pertama perang, di mana ia mengutuk seluruh serangan terhadap warga sipil dan mendesak Israel agar memperhitungkan tanggapannya terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober.
Namun, ia menjadi lebih vokal setelah terjadi serangan terhadap rumah sakit Ahli Arab di Gaza pekan lalu, yang memicu protes besar-besaran dan penuh amarah di negara-negara Muslim.
Erdogan memperkuat sikapnya pada hari Rabu ketika berbicara di hadapan anggota parlemen dari partai yang berkuasa bahwa Turki “tidak pernah menyetujui kekejaman yang dilakukan oleh Israel.”
“Kita punya proyek untuk mengunjungi Israel, namun proyek itu dibatalkan, kita tidak akan pergi ke sana,” katanya dalam pernyataan di televisi.
Hubungan Erdogan dan Netanyahu Sempat Hangat
Hubungan Ankara dengan Israel membeku setelah Israel menyerbu kapal Turki yang membawa pasokan bantuan ke Gaza dan menewaskan 10 warga sipil pada tahun 2010.
Erdogan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada sidang majelis umum PBB di New York bulan lalu. Pertemuan itu dipandang sebagai perbaikan hubungan yang dimulai sejak keputusan tahun lalu untuk mengangkat kembali duta besar satu sama lain.
Pemimpin Turki itu tidak mengatakan kapan ia bermaksud mengunjungi Israel, di mana Ankara berniat bergabung dengan sebuah proyek pipa gas alam yang dikembangkan AS.
“Tentu saja kita berniat baik, tapi (Netanyahu) mengkhianatinya,” kata Erdogan.
“Jika ia meneruskannya dengan niat yang baik, hubungan kita mungkin akan berbeda, tapi saat ini, sayangnya, ini juga tidak akan terwujud.”
Perang Gaza, yang dimulai pada 7 Oktober lalu dan sejauh ini paling memakan banyak korban jiwa, pecah ketika kelompok militan Hamas melancarkan serangan dadakan yang menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menawan 222 sandera, menurut pihak berwenang Israel.
Advertisement
Unjuk Rasa di Istanbul
Sementara itu, kementerian kesehatan di Gaza yang dikelola oleh Hamas mengatakan bahwa 6.546 orang tewas di daerah kantong itu, lagi-lagi kebanyakan warga sipil, di tengah berlanjutnya serangan Israel yang membombardir wilayah tersebut menjelang kemungkinan serangan darat.
Erdogan rencananya akan menghadiri unjuk rasa besar-besaran di Istanbul pada hari Sabtu (28/10) untuk membela hak asai rakyat Palestina.
Ia memberi tahu partainya yang berbasis Islam pada hari Rabu bahwa Turki “tidak punya masalah dengan negara Israel,” tapi tidak dapat menerima “serangan menjijikkan dan brutal”nya terhadap Gaza.
“Hamas bukan organisasi teroris, melainkan sekelompok pembebas dan mujahidin (pejuang gerilya) yang melindungi tanah air mereka,” kata Erdogan, disambut tepuk tangan meriah dari pendukung partainya.
Kementerian luar negeri Israel membalas dengan menuduh Erdogan membela “teroris.”
“Upaya presiden Turki untuk membela organisasi teroris dan kata-katanya yang menghasut tidak akan mengubah kengerian yang telah disaksikan oleh seluruh dunia,” ungkapnya.