IMF: Konflik Israel-Hamas Mulai Berdampak ke Ekonomi Timur Tengah

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalian Georgiva, saat menghadiri forum investor di Arab Saudi pada Rabu (25/10).

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Okt 2023, 13:30 WIB
Sebagian kerusakan di jalan utama al Rashid akibat pemboman Israel di Kota Gaza, Palestina, Senin (23/10/2023). (AP Photo/Abed Khaled)

Liputan6.com, Jakarta - Konflik Israel-Hamas yang sudah berlangsung berminggu-minggu hingga memporak-porandakan wilayah Gaza mulai berdampak pada perekonomian negara-negara tetangga terdekat atau di daerah Timur Tengah. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalian Georgiva saat menghadiri forum investor Arab Saudi pada Rabu 25 Oktober 2023.

"Anda lihat negara-negara tetangga, Mesir, Lebanon, Yordania di sana dampaknya sudah terlihat,” kata Kristalina Georgieva di Future Investment Initiative (FII) di Riyadh, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (26/10/2023).

Pernyataan Georgieva datang setelah para raksasa Wall Street mengatakan kepada forum tersebut bahwa Konflik Israel-Hamas tersebut dapat memberikan pukulan berat terhadap perekonomian global, terutama jika melibatkan negara lain.

"Apa yang kami lihat adalah lebih banyak kegelisahan di dunia yang sudah penuh kecemasan," ucap Georgieva.

"Ada negara-negara yang bergantung pada pariwisata – ketidakpastian adalah pembunuh arus masuk wisatawan," katanya, sambil menjelaskan potensi kerugian ekonomi bagi negara-negara di Timur Tengah sebelum menyebutkan risiko spesifiknya.

"Investor akan ragu untuk pergi ke tempat itu. Biaya asuransi - jika Anda ingin memindahkan barang, biayanya akan meningkat. Risiko akan lebih banyak pengungsi di negara-negara yang sudah menerima lebih banyak pengungsi," Georgiva mengingatkan.

Sebelumnya, Ketua Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala juga memperingatkan konflik Israel-Hamas tersebut akan berdampak sangat besar pada arus perdagangan global yang sudah lemah jika konflik meluas ke seluruh wilayah.

"Kami berharap konflik ini segera berakhir dan dapat diatasi. Ketakutan terbesar kami adalah jika hal ini meluas, karena hal tersebut akan berdampak sangat besar pada perdagangan," ujar dia dalam sebuah wawancara, dikutip dari laman Arab News.


The Fed Waspadai Risiko Konflik Israel-Hamas ke Ekonomi Global

Seorang anak melihat gedung-gedung yang hancur akibat bombardir Israel di Rafah, Jalur Gaza, Palestina, Minggu (22/10/2023). (AP Photo/Hatem Ali)

Selain inflasi Amerika Serikat (AS) dan suku bunga, Gubernur Bank Sentral AS atau The Fed Jerome Powell kini ikut buka suara terkait dampak ekonomi dari konflik Israel-Hamas.

"Ketegangan geopolitik sangat tinggi dan menimbulkan risiko penting terhadap aktivitas perekonomian global," kata Powell dalam sebuah konferensi di New York, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (20/10/2023).

"Berbicara sendiri, saya melihat serangan terhadap Israel sangat mengerikan, begitu pula kemungkinan hilangnya lebih banyak nyawa tak berdosa," lanjutnya.

Peran The Fed adalah memantau dampak ekonomi dari perkembangan ini, tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Powell juga mengingatkan bahwa inflasi AS masih terlalu tinggi meski sudah terjadi perlambatan. Hal ini membuka kemungkinan kenaikan suku bunga baru.

"Bukti tambahan dari pertumbuhan yang terus-menerus di atas tren atau tanda-tanda baru pengetatan pasar tenaga kerja dapat membenarkan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut," beber Powell.

"Perekonomian AS menangani suku bunga yang jauh lebih tinggi setidaknya untuk saat ini tanpa kesulitan," katanya.

"Apakah kebijakan saat ini terasa terlalu ketat? Saya harus mengatakan tidak," tambah dia.


Konflik Israel-Hamas, Wamen BUMN Pastikan Stok Bahan Bakar Minyak Domestik Aman

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo (tengah) saat menjajal Lintas Raya Terpadu Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (LRT Jabodebek) di Stasiun LRT Dukuh Atas, Jakarta, Senin (21/8/2023). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pihaknya menjaga pasokan bahan bakar minyak (BBM) termasuk Pertalite dan Solar. Selain itu, ia memastikan pasokan minyak di dalam negeri aman dari konflik Israel-Hamas.

"Yang pasti PT Pertamina tugasnya memastikan stok untuk berbagai bahan bakar minyak (BBM) ke masyarakat baik Pertalite maupun Solar, ini kita pasti jaga," ujar Tiko dikutip dari Antara, Jumat (13/10/2023).

Selain itu, pemerintah juga berupaya mencari sumber dangan harga lebih terjangkau. Kini Indonesia mengimpor minyak dari beberapa negara.

'Kita cari sumber-sumber yang beragam, karena kita sekarang impor bukan hanya dari satu negara, ada dari Nigeria, Amerika dan sebagainya," ujar dia.

Pada kesempatan berbeda, Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bobby Gafur Umar menuturkan, konflik di Timur Tengah dan Israel berimbas pada kenaikan harga bahan baku di Indonesia, terutama energi.

Ia menuturkan, tidak semua bahan baku energi antara lain gas dan minyak dapat diproduksi atau jumlahnya terbatas di Indonesia. Bob menuturkan, jika harga kedua bahan baku itu naik dapat menganggu pertumbuhan industri dalam negeri.

"Impact langsung dari krisis di Timur Tengah itu adalah energi. Contohnya, produksi minyak kita 600 ribu barel per hari, kebutuhan energi untuk bahan bakar kita sajak sudah 1,2-1,5 juta barel per hari. Jadi kalau kita harus impor dan harganya naik, otomatis bisa terganggu dari pasokan harga energi yang dibutuhkan Indonesia," tutur dia, Rabu, 11 Oktober 2023.

Ia menuturkan, kenaikan harga minyak akan berpengaruh besar pada harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. Selain menganggu kesehatan keuangan pemerintah juga dapat berimbas pada sektor industri yang membutuhkan sumber energi dari luar negeri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya