Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengganti stick cone sebagai pembatas jalur sepeda dengan marka jalan mata kucing. Pergantian dilakukan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, stick cone diganti dengan marka mata kucing dilakukan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan sepanjang 2023. Di mata marka mata kucing dinilai lebih efektif.
Advertisement
"Penggunaan paku marka jalan atau mata kucing sebagai stick cone lebih baik ditinjau dari segi estetika, kemudahan perawatan, keselamatan, dan nilai ekonomis," kata Syafrin saat dikonfirmasi, Kamis (26/10/22023).
Syafrin menjelaskan, stick cone sebagai pembatas jalur sepeda banyak yang sudah rusak karena ditabrak pengguna jalan lain. Sehingga, hal ini dianggap sangat membahayakan pengguna jalan, terutama pesepeda.
"Oleh sebab itu, stick cone kami angkat," ujarnya.
Selain itu, kata Syafrin stick cone juga kerap dikeluhkan pengguna jalan karena menyebabkan penyempitan badan jalan. Sementara itu, marka jalan berupa mata kucing diyakini tidak akan memakan badan jalan.
"Dari sisi pengendara kendaraan, sepeda motor maupun mobil itu banyak yang nabrak, sehingga rusak dan kami khawatir ini menyebabkan keselamatan pengemudi atau pesepeda di kawasan itu menjadi terganggu," kata dia.
Viral Pencopotan Cone Stick
Sebelumnya, viral video menunjukkan petugas Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta yang tengah mencopot stick cone jalur sepeda. Video itu diunggah oleh akun Tiktok @imamnasserie69 dan dibagikan kembali ke X serta Instagram.
"Dibuat jalur untuk sepeda tapi sangat sedikit sepeda yang melintas. Hanya bikin macet karena jalan menyempit. Bongkar saja," tulis video tersebut, dilihat merdeka.com pada Selasa (17/10/2023).
Kepala Seksi Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Hendry Sampurna mengungkapkan bahwa video tersebut terjadi di Jalan Tentara Pelajar. Cone tersebut sedang dicopot untuk diperbaiki karena rusak ditabrak.
"Ada yang sudah ditabrak oleh kendaraan bermotor, di beberapa segmen ada yang sudah sampai sujud (patah) justru karena ketabrak sehingga kita harus lakukan perbaikan," kata Hendry ketika dihubungi.
Hendry menjelaskan, cone tersebut perlu dicabut agar tak membahayakan pesepeda. Meski demikian, ia memastikan pencabutan tersebut dilakukan untuk mengganti cone yang rusak.
"Kalau kita tidak lakukan perbaikan cabut di beberapa segmen, justru akan mengakibatkan masalah yang tidak baik bagi pesepeda. Jadi ada beberapa segmen yang ditabrak, kita cabut," ujar Hendry.
Secara terpisah, Kepala Dishub DKI Jakarta menjelaskan bahwa pihaknya mendapatkan aduan di CRM terkait stick cone yang rusak. Namun, waktu kerusakan itu tak diketahui.
"Stick cone rusak dikarenakan tertabrak oleh kendaraan bermotor dan tidak diketahui waktu kejadiannya. Adanya aduan Masyarakat dalam sistem CRM untuk ditindaklanjuti karena stick cone rusak maka dilakukan dengan pencabutan stick cone," ucap Syafrin.
Advertisement
Banyak Rusak dan Hilang, Nasib Stick Cone Pembatas Jalan Sepeda di Jakarta Kian Terabaikan
Seiring pandemi Covid-19 dinyatakan selesai, aktivitas masyarakat pun kembali tinggi. Jalanan Ibu Kota Jakarta kian macet dijejali oleh beragam mobil dan motor, sementara moda sepeda yang sempat menjadi idola, perlahan mulai ditinggalkan oleh para penggunanya.
Dampaknya terlihat dengan stick cone yang membatasi jalur sepeda saat ini semakin tidak terawat dan terabaikan. Sehingga hanya terlihat sebagai hiasan di tepian jalur sepeda berwarna hijau.
Kondisi itu sebagaimana hasil pantauan merdeka.com pada Minggu (25/6/2023) sore di sepanjang jalan Kramat Raya sampai sekitar Salemba Raya, wilayah Jakarta Pusat.
Terlihat sejumlah stick cone berwarna orange yang sudah mulai terlepas dari aspal dengan kondisi baut di bawahnya yang telah copot. Dengan kondisi kotor akibat debu jalanan membuat penampakannya seperti usang.
Tidak sedikit jejeran stick cone itu mulai terlepas dan tidak terpasang dengan benar. Kondisi itu bisa sangat membahayakan pengguna jalan, khususnya para sepeda motor akibat stick cone yang menghalangi.
Bahkan banyak dari pembatas sepeda itu yang telah terlepas dari aspal penyangganya. Terlihat dari bekas lubang kecil baut-baut di aspal tanpa ada stick cone di atasnya, entah kemana barang itu.
Salah satu pedagang kopi sepeda keliling (starling) yang ditemui di sekitar kawasan tersebut mengakui stick cone itu sejak lama mulai tidak terurus. "Sudah lama itu begitu (kondisinya) pada ilang, copot," ujar penjual sambil mengaduk kopi.
Kondisi itu disebabkan jalur sepeda yang sepi dan tidak berfungsi maksimal. Sehingga kerap kali dipakai pengendara motor bahkan tidak sedikit angkutan kota (angkot) yang hendak menurunkan penumpang menyerempet pembatas.
"Pada lepas kesenggol motor, angkot. Lepas, kalau udah copot kadang sama petugas atau security di pinggirin. Keliatan kan udah kaga rapih (alur stick cone)," ucapnya.
Banyak Digunakan Pengendara Motor
Akibat jalur sepeda yang sudah tidak aman bagi pengguna sepeda, terlebih ketika jam sibuk banyak kendaraan khususnya sepeda motor yang lewat. Maka penjual starling pun lebih memilih jalan trotoar untuk berkeliling menjajakan dagangannya.
"Udah ngeri jalan (di jalur sepeda), lihat saja banyak motor lewat kaya sudah bukan buat kita lagi (starling). Daripada kenapa-kenapa mendingan di trotoar lebih aman," ucapnya.
Meski demikian, sebagai pedagang starling berharap jalur sepeda kembali dirawat dan ditertibkan kembali. Karena walau sudah sepi, namun dengan jalur yang terawat tetap bisa memunculkan kembali niat bersepeda masyarakat.
"Semoga dibenerin lagi, biar orang-orang banyak sepedaan lagi. Biar sama kaya kita (starling)," ujarnya.
Advertisement