Liputan6.com, Jakarta Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei di bawah Kementerian Perdagangan memfasilitasi penandatanganan dua nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) investasi antara tiga pelaku usaha Taiwan dengan satu pelaku usaha Indonesia senilai Rp15 triliun.
Advertisement
MoU ditandatangani pada Kamis, (19/10/2023) di Grand Hyatt Hotel, Jakarta dan disaksikan secara langsung Kepala KDEI Taipei Iqbal Shofwan dan Kepala Taipei Economic and Trade Office (TETO) John Chen.
Dari perusahaan Taiwan, penandatanganan MoU dilakukan oleh President Director dari Universal Microelectronics, Cheng-Ming Ou; Chairman Forward Electronics, Chi Chang Hong; serta Senior Advisor Tatung Group, Hong Ci Chang. Sedangkan dari perusahaan Indonesia, penandatanganan dilakukan oleh Chairman Nirwana Grup Rokhmin Dahuri.
“Investasi senilai Rp15 triliun antara pelaku usaha Indonesia dan Taiwan tersebut diperuntukkan bagi pembangunan smelter nikel, perikanan tangkap, serta perdagangan karbon. Dengan adanya invetasi tiga perusahaan asal Taiwan ini sangat membantu hilirisasi industri berbagai komoditas, diantaranya adalah nikel, tembaga, timah, dan minerba lainnya,” terang Iqbal dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (26/10/2023).
Selain itu, lanjut Iqbal, ada juga investasi sebagai dukungan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), yaitu di sektor tenaga listrik, tenaga surya, dan proyek energi terbarukan lainnya.
Iqbal berharap, MoU tersebut akan diikuti oleh investor lain asal Taiwan. “Dengan penandatanganan MoU tersebut, maka perusahaan Taiwan akan hadir di IKN. Diharapkan hal ini diikuti ekspansi perusahaan asal Taiwan yang lain untuk berinvestasi di Indonesia,” urai Iqbal.
Kerja Sama
Sejak 2018 KDEI Taipei gencar memfasilitasi kerja sama antara pengusaha Taiwan dengan pengusaha di Indonesia. KDEI Taipei terus mencari perusahaan-perusahaan asal Taiwan yang ingin berinvestasi ke Indonesia yang tengah fokus membangun integrasi menjadi bagian penting dari rantai pasok dunia. Iqbal mengungkapkan, untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan teknologi tinggi dan investasi.
"Semua ini butuh alih teknologi tinggi dan investasi di Indonesia," pungkas Iqbal.
Jadi Negara Maju, Indonesia Butuh Transformasi Teknologi dan Industrialisasi
Mantan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan dua transformasi penting untuk mewujudkan target Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi pada tahun 2045.
”Untuk Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi pada tahun 2045, transformasi pertama yang penting adalah teknologi, yang kedua adalah industrialisasi. Itu bagian terpenting bagi saya,” kata Muhammad Lutfi daam 11th US-Indonesia Investment Summit di Mandarin Oriental, Kamis (26/10/2023).
“Dan untuk mencapai hal ini, reformasi perlu dilakukan,” sambungnya.
Tetapi Lutfi juga menambahkan, dalam hal transformasi satu kebijakan internasional terkadang belum tentu cocok untuk semua negara.
“Saya analogikan dengan pesawat terbang misalnya, kalau kamu beli pesawat, pakai masker dulu, baru bantu orang yang pakai masker setelah kamu, karena kamu harus bertahan hidup dulu agar orang lain bisa bertahan bersamamu,” jelasnya.
“Jadi sekarang, apa yang perlu kita lakukan? Jika Anda melihat PDB Indonesia, kontribusi perdagangan dan ekspor serta jasa dan barang dan jasa berada di 25 persen. Kita masih perlu mencapai 40 hingga 50 tahun agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi,” ungkap Lutfi.
Soal Hilirisasi Tambang
Ia pun mendukung kebijakan hilirisasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menangguhkan penjualan bahan mentah mineral secara cuma-cuma tanpa mendapat nilai tambah.
“Apa yang kita jual 10 tahun yang lalu, kita masih menjual bahan mentah tanpa apa-apa lho, tapi kita perlu berhenti untuk membuat penghalang agar kita bisa matang terlebih dahulu,” ucapnya.
Advertisement
Bank Dunia Beri Peringatan ke Indonesia: Awas Pertumbuhan Ekonomi Melambat
Bank Dunia memuji posisi Indonesia yang tetap berada di titik terang di tengah ketidakpastian ekonomi global dalam beberapa waktu terakhir.
Sebagai informasi, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,17 persen year-on-year di triwulan II 2023, melanjutkan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya sebesar 5,04 persen.
“Kita melihat pada dasarnya Indonesia tumbuh jauh lebih tinggi dari pertumbuhan dunia, jauh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan di kawasan (Asia-Pasifik),” kata Country Director Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Datu Kahkonen dalam 11th US-Indonesia Investment Summit di Mandarin Oriental, Kamis (26/10/2023).Namun Bank Dunia kembali mengingatkan, ekonomi di berbagai negara di dunia, termasuk kawasan Pasifik mulai melambat.
“Semua indikator utama saat ini menunjukkan adanya perlambatan, dan perlambatan ini akan menimbulkan dampak yang paling parah di Tiongkok. Hal yang paling memprihatinkan adalah pertumbuhan produktivitas menurun di semua negara,” ungkap Satu Kahkonen.
Produktivitas MenurunDijelaskannya, ketika produktivitas menurun, maka potensi pertumbuhan melambat. Sehingga diperlukan reformasi struktural yang signifikan di semua negara di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.
“(Ekonomi) Indonesia baik-baik saja. Meskipun terdapat tantangan global, namun pertumbuhannya solid. Proyeksi kami (pertumbuhan ekonomi) masih 5 persen dan kami berharap akan terjaga di kisaran itu,” imbuh pejabat Bank Dunia itu.