Liputan6.com, Jakarta - Motivasi merupakan kekuatan penting untuk memulai dan mempertahankan perilaku berorientasi tujuan. Ketika kamu termotivasi, itu akan lebih muah bagi kamu untuk mengambil langkah menuju apa yang kamu inginkan. Motivasi juga membantu kamu terus mengambil tindakan bahkan ketika keadaan menjadi sulit atau kamu merasa ingin menyerah.
Namun, dari manakah kekuatan ini berasal? Para peneliti ternyata telah mengembangkan berbagai teori yang menjelaskan asal-usul motivasi. Berkut ulasannya, seperti yang dilansir dari halaman Verywell Mind pada Kamis (26/10/23).
Advertisement
1. Teori Motivasi Naluri
Berdasarkan teori naluri, motivasi dikembangkan melalui pemrograman evolusioner. Hal ini serupa dengan bagaimana hewan mengetahui cara bermigrasi. Mereka tidak belajar bagaimana melakukan hal ini, sebaliknya, ini adalah perilaku bawaan atau naluri. Pada akhir tahun 1800-an, William James, mengidentifikasi daftar naluri dalam hidup, di antaranya ialah ketakutan, kemarahan, cinta, rasa malu, dan kesopanan.
Masalah utama dengan teori motivasi naluri ini adalah teori ini tidak menjelaskan semua perilaku manusia. James berasumsi bahwa manusia bertindak berdasarkan dorongan hati atau naluri, tetapi ideologi ini tidak berlaku pada perilaku yang dipelajari atau dikondisikan. Pada tahun 1920-an, teori naluri dikesampingkan dan digantikan dengan teori motivasi lainnya. Meskipun begitu, psikolog evolusioner kontemporer masih mempelajari pengaruh genetika dan keturunan terhadap perilaku manusia.
2. Teori Motivasi Dorongan
Teori motivasi ini mengemukakan bahwa motivasi berasal dari keinginan seseorang untuk mengurangi ketegangan internal yang terjadi ketika kebutuhan tertentu tidak terpenuhi. Hal ini didasarkan pada konsep homeostatis atau gagasan bahwa tubuh secara aktif bekerja untuk menjaga keadaan keseimbangan tertentu.
Teori dorongan ini membantu menjelaskan perilaku yang berasal dari kebutuhan biologis atau fisiologis, seperti lapar atau haus. Namun, perilaku kamu tidak selalu dimotivasi oleh kebutuhan yang tidak terpenuhi. Misalnya saja, kamu mungkin sedang makan atau ngemil ketika kamu tidak lapar secara fisik.
3. Teori Motivasi Gairah
Teori motivasi gairah ini menyarankan agar individu mengambil tindakan tertentu untuk mempertahankan tingkat gairah atau kewaspadaan fisiologis yang optimal. Selain itu, tingkat gairah optimal dapat bervariasi dari satu orang ke orang lain, juga dapat berubah tergantung situasinya.
Berdasarkan teori ini, jika tingkat gairah kamu terlalu rendah maka kamu akan termotivasi untuk melakukan aktivitas yang membuat kamu merasa lebih berenergi, seperti berolahraga atau pergi ke restoran favorit. Sebaliknya, apabila gairah fisiologis kamu terlalu tinggi, kamu akan termotivasi untuk melakukan aktivitas yang menenangkan tubuh dan pikiran, seperti meditasi atau tidur siang.
Salah satu kelemahan teori ini adalah tidak dapat menjelaskan mengapa manusia melakukan perilaku karena alasan di luar kewaspadaan fisiologis, seperti memutuskan untuk membaca ketika kamu tidak terlalu ingin melakukannya. Hal ini juga tidak memperhitungkan peran emosi dalam memotivasi kamu untuk melakukan hal-hal tertentu.
4. Teori Motivasi Humanistik
Teori humanistik menyatakan bahwa manusia termotivasi untuk melakukan tindakan karena keinginan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Kebutuhan ini terwakili dalam teori Abraham Maslow. Teori Maslow menunjukkan bahwa manusia pertama-tama termotivasi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dasar, seperti udara, air, dan makanan.
Ketika kebutuhan tersebut terpuaskan, mereka akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan atas rasa aman, cinta, dan harga diri sebelum beralih ke kebutuhan aktualisasi diri.
Advertisement
5. Teori Motivasi Insentif
Teori insentif menunjukkan bahwa manusia dimotivasi oleh imbalan eksternal. Misalnya, kamu mungkin termotivasi untuk pergi bekerja setiap hari demi imbalan berupa gaji. Hal ini menambahkan bahwa semakin besar imbalan yang didapatkan, semakin kuat pula manusia termotivasi untuk melakukan penguatan tersebut.
Insentif dapat muncul dari luar maupun dari dalam seseorang. Motivasi insentif terjadi ketika kamu terlibat dalam suatu perilaku karena kamu menganggapnya bermanfaat demi dirimu sendiri, bukan karena keinginan untuk mendapatkan imbalan eksternal.
6. Teori Motivasi Harapan
Teori motivasi harapan menyatakan bahwa ketika kamu memikirkan masa depan, kamu merumuskan ekspektasi tentang apa yang kamu pikir akan terjadi. Ketika hasil positif diprediksi, kamu yakin bahwa kamu dapat mewujudkan kemungkinan masa depan tersebut menjadi kenyataan. Hal ini membuat kamu akan merasa lebih termotivasi untuk mencapai hasil yang mungkin sulit untuk dicapai.
Teori ini kadang-kadang disebut sebgai model motivasi valensi-instrumentalitas-harapan karena teori ini mengusulkan bahwa motivasi terdiri dari tiga elemen, seperti
- Valensi, yaitu nilai yang diberikan orang terhadap hasil yang potensial;
- Perantaraan, digunakan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan, apakah orang yakin bahwa mereka mempunyai peran dalam hasil yang diprediksi;
- Harapan, yaitu keyakinan bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk menghasilkan pencapaian.
Kelemahan teori harapan ini adalah tidak memperhitungkan dampak lingkungan sosial seseorang. Misalnya, penelitian menemukan bahwa di tempat kerja, sekelompok individu dapat memengaruhi tingkat motivasi seorang pekerja.