Liputan6.com, Jakarta Konsistensi dan upaya Pemerintah Kota Madiun dalam mengendalikan serta mengatasi perubahan iklim mendapatkan apresiasi dari Kementerian Lingkungan Hidup (LHK) Republik Indonesia.
Pasalnya, di tahun 2023, Pemkot Madiun berhasil memborong delapan penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) 2023 dan satu piagam apresiasi Pembinaan Proklim yang ditujukan untuk Wali Kota Madiun, Maidi.
Advertisement
"ProKlim memang program pemerintah pusat untuk meningakatkan partisipasi masyarakat dalam pengendalian perubahan iklim dan penghargaan ini sangat penting karena menjadi pemicu untuk kita dalam menjaga kelestarian lingkungan dan demi generasi kita ke depan," ujar Maidi.
Dirinya juga menyebut bahwa penghargaan yang diraih tersebut tak lepas dari sinergitas yang sangat kuat antara pemerintah kota dengan masyarakat dalam mengendalikan perubahan iklim.
"Keikutsertaan kelompok masyarakat yang ada di Madiun dalam Proklim merupakan komitmen bersama untuk menjaga bumi agar tetap lestari," sebut Maidi.
"Saya berharap agar penghargaan yang didapatkan ini (Proklim) bisa ditingkatkan lagi dan masyarakat terus menjaga lingkungan untuk masa depan," jelasnya.
Sebagai informasi, delapan RW yang mendapatkan apresiasi dari Kementerian LHK adalah RW 11 Kelurahan Taman yang mendapatkan Trophy ProKlim Lestari dan RW 03 Kelurahan Sogaten yang mendapatkan Trophy ProKlim Utama.
Sementara, enam RW lain mendapatkan Sertifikat ProKlim Utama, yakni, RW 02 Kelurahan Tawangrejo, RW 03 Kelurahan Nambangan Kidul, RW 14 Kelurahan Nambangan Lor, RW 04 Kelurahan Ngegong, RW 09 Kelurahan Kejuron, dan RW 04 Kelurahan Kuncen.
Konsisten Jaga Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan salah satu bentuk adaptasi perubahan iklim yang termaktub pada Proklim Kementerian LHK. Selaras dengan itu, Pemkot Madiun pun konsisten untuk menjaga ketahanan pangan di tengah perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Salah satu program yang konsisten digalakkan oleh Pemkot Madiun adalah Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Program tersebut merupakan kegiatan ketahanan pangan berbasis komunitas masyarakat yang bertujuan untuk penanganan daerah prioritas intervensi stunting, penanganan prioritas daerah rentan rawan pangan, dan pemantapan daerah tahan pangan.
Implementasi dari kegiatan ini adalah dilakukannya pemanfaatan lahan pekarangan, lahan tidur dan lahan kosong yang tidak produktif, sebagai penghasil pangan dalam memenuhi pangan dan gizi rumah tangga serta berorientasi pasar untuk meningkatan pendapatan rumah tangga.
"Kegiatan yang ada di P2L ini selain bermanfaat sebagai peningkatan ekonomi juga sekaligus sebagai upaya menjaga ketahanan pangan," ujar Maidi.
"Setelah panen, hasilnya itu bisa dijual ke sekitar dan bisa menambah pemasukan juga," imbuhnya.
Maidi pun berharap agar antusiasme masyarakat dalam mengelola P2L dapat meningkat agar ketika musim kemarau tiba atau sedang berlangsung produksi bahan pokok tetap terjaga.
Advertisement
Pengelolaan Limbah Sampah
Selain ketahanan pangan, upaya adaptasi perubahan iklim dalam lingkup Proklim yang bisa dilakukan adalah dengan mengelola limbah, khususnya sampah secara tepat. Dalam hal ini, Pemkot Madiun pun sangat concern terhadap pengelolaan sampah yang dioptimalkan secara berkelanjutan.
Maidi mengungkapkan bahwa saat ini Pemkot Madiun telah menyediakan tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) dan produksi gas metan (CH4) di TPA Winongo. Ia menyebut, pengelolaan sampah yang dilakukan itu sangat bermanfaat bagi masyarakat.
"Produksi gas metan dari pengolahan sampah dapat dimanfaatkan masyarakat untuk memasak. Selain itu, kami juga menyalurkan gas dengan pipa-pipa khusus ke permukiman masyarakat sekitar,’’ ungkapnya.
Selain Proklim dan P2L, kebijakan dan program yang telah dilaksanakan guna mewujudkan kota Madiun yang berwawasan lingkungan adalah penanaman tanaman di pusat hingga pinggiran kota, Adiwiyata, penanaman pohon untuk bayi yang baru lahir, serta kebijakan tebang satu pohon diganti 15 bibit baru.
(*)