Mantan PM China Li Keqiang Meninggal Akibat Serangan Jantung

Li Keqiang merupakan perdana menteri China periode 15 Maret 2013 - 11 Maret 2023.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 27 Okt 2023, 09:02 WIB
Perdana Menteri Cina Li Keqiang saat menghadiri pertemuan puncak tiga negara di Tokyo, Jepang (9/5). Pada pertemuan ini salah satu yang dibahas adalah mengenai program nuklir Korea Utara. (Kim Kyung-Hoon / Pool via AP)

Liputan6.com, Beijing - Li Keqiang, mantan perdana menteri China, meninggal dunia pada usia 68 tahun. Hal tersebut dikonfirmasi media lokal.

Kantor berita China, Xinhua, melaporkan pada Jumat (27/10/2023) bahwa Li Keqiang terkena serangan jantung dan meninggal di Shanghai pada Jumat dini hari.

Li Keqiang menjadi perdana menteri – posisi tertinggi kedua dalam sistem politik China – pada 15 Maret tahun 2013 dan menjabat selama kurang lebih 10 tahun hingga 11 Maret 2023 ketika dia digantikan oleh Li Qiang.

Sebagai putra seorang pejabat lokal di Provinsi Anhui, karier Li Keqiang disebut melesat melalui keterlibatannya dalam Liga Pemuda Komunis. Pada tahun 1998, dia menjadi sekretaris Partai Komunis untuk Henan dan Lioning.

Setelah itu, dia dipromosikan menjadi wakil perdana menteri di bawah pemerintahan mantan Perdana Menteri Wen Jiabao dari tahun 2008 hingga 2013, di mana dia mengawasi pembangunan ekonomi dan pengelolaan makroekonomi.


Meninggal di Shanghai

Presiden Joko Widodo berjalan bersama Perdana Menteri China Li Keqiang saat menyambut kedatangannya di Istana Bogor (7/5). Disela pertemuan tersebut Presiden Jokowi juga memperkenalkan maskot Asian Games 2018. (AFP/Pool/Dita Alangkara)

Stasiun televisi negara CCTV seperti dilansir Reuters melaporkan, "Kamerad Li Keqiang, saat beristirahat di Shanghai dalam beberapa hari terakhir, tiba-tiba mengalami serangan jantung pada 26 Oktober dan setelah upaya sekuat tenaga untuk menyelamatkannya gagal, dia meninggal di Shanghai pada tengah malam lewat sepuluh menit pada 27 Oktober."

Dalam penampilan publik terakhirnya pada Maret lalu, mendiang Li Keqiang mengatakan, "Tidak peduli bagaimana kondisi internasional berubah, China akan terus memperluas keterbukaannya. Sungai Yangtze dan Sungai Kuning tidak akan mengalir mundur."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya