Liputan6.com, Jakarta - Indonesia harus bisa memanfaatkan bonus demografi dengan baik agar tidak masuk dalam jebakan pendapatan menengah (middle income trap) menjelang Indonesia Emas 2045.
Bonus demografi adalah keuntungan ekonomi yang didapat suatu negara karena jumlah penduduk usia produktifnya tinggi.
Advertisement
Hal ini disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.
Menurutnya, sebelum Indonesia Emas, masyarakat harus sukses di tahun 2035. Pasalnya, jika tidak sukses, maka tantangan ekonominya akan berat.
“Jadi kita harus memanfaatkan kesempatan ini. Generasi muda menjadi penentu kita akan memetik bonus demografi atau tidak. Generasi muda harus tidak kawin pada usia dini, harus tidak putus sekolah, harus tidak nganggur, harus tidak sebentar-sebentar hamil,” kata Hasto saat orasi ilmiah Wisuda Universitas Respati Indonesia (Urindo) di Sasana Kriya Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis (26/10/2024).
“Kalau kita terjebak di middle dan low income trap ini, maka susah keluar dari jebakan itu. Karena perbandingan yang bekerja dengan yang butuh makan sudah mulai berat,” tambahnya.
Bonus penduduk menjadi bonus kesejahteraan, lanjut Hasto. Namun, butuh upaya untuk meningkatkan kualitas penduduk. Di antaranya adalah peningkatan layanan pendidikan dan pelayanan kesehatan.
“Itu menjadi prioritas penting menurunkan angka stunting, mengentaskan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup perempuan, anak, keluarga, dan lansia.”
3 Poin Penentu Kualitas SDM
Selanjutnya Hasto menyampaikan, kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tiga hal, yakni:
- Pendapatan per kapitanya.
- Angka harapan hidupnya.
- Tingkat pendidikannya.
Dari sisi pendidikan, rata-rata siswa mengenyam pendidikan hanya selama 8,48 tahun. Padahal, lama pendidikan seharusnya mencapai 12 tahun.
“Hal ini menjadi satu hal serius dan berharap bisa sama-sama diperjuangkan agar indeks pembangunan manusia meningkat.”
Advertisement
Kesenjangan IPM Setiap Daerah
Bonus demografi juga menghadapi tantangan lain yakni kesenjangan indeks pembangunan manusia (IPM) setiap daerah yang masih tinggi.
“Sebagai contoh, IPM Yogyakarta 79, Bali 75, tapi ternyata IPM Papua 60,44 dan seterusnya.”
IPM 75 dan 79 masuk kategori tinggi, sedangkan IPM 60 masuk kategori sedang.
Menurut Hasto, ini dipengaruhi oleh stunting. Pasalnya, IPM atau human capital indeks Indonesia yang sangat erat dengan intellectual skill. Kemampuan intelektual ini menjadi indikator penting dalam menentukan kualitas SDM satu bangsa.
“Dengan stunting diatasi, maka kualitas SDM juga bisa diatasi dengan baik,” ucap Hasto.
Kelompok Usia Produktif Harus Bisa Ciptakan Lapangan Kerja
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Respati Indonesia Prof. Tri Budi Wahyuni Rahardjo menyampaikan bahwa para wisudawan dan wisudawati sebagai kelompok usia produktif harus bisa menjadi wirausahawan. Tujuannya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan memaksimalkan bonus demografi meraih Indonesia Emas 2045.
“Visi Urindo adalah universitas entrepreneur yang ramah lansia yang diakui secara internasional. Ini berarti bahwa sebelum teman-teman ini wisuda sekitar 30 persen sudah menjadi praktisi wirausahawan,” ujar Tri.
“Jadi sekarang paradigma bukan hanya mencari kerja tapi sudah menciptakan lapangan pekerjaan, dan ini menjadi tantangan untuk wisuda yang lain,” imbuhnya.
Senada dengan Tri, Kepala LLDikti Wilayah III Prof. Toni Toharudin, mengatakan semangat berwirausaha adalah bagian penting membangun Indonesia sejahtera.
“Di dalam rangka menyambut bonus demografi, mendorong spirit entrepreneurship untuk para lulusan sarjana tentu menjadi bagian penting untuk membangun indonesia sejahtera,” kata Toni.
Indonesia merupakan negara yang besar dan majemuk, di samping itu negara ini juga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan melalui berbagai usaha untuk mengisi pasar kerja.
Pengembangan entrepreneurship yang dilakukan maksimal dapat meningkatkan keberhasilan dalam melewati tantangan yang saat ini tengah dihadapi oleh bangsa ini.
“Dalam konteks ekonomi, spirit entrepreneurship menjadi kunci utama dalam meningkatkan efektivitas dan juga efisiensi,” pungkas Toni.
Advertisement