Menkominfo Ungkap Hoaks Jelang Pemilu 2024 Makin Marak, Masyarakat Wajib Waspada!

Menkominfo meminta masyarakat hati-hati terhadap mulai meningkatnya konten hoaks dan disinformasi, jelang Pemilu 2024.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 28 Okt 2023, 12:08 WIB
Menkominfo Budi Arie (tengah) dalam konferensi pers terkait pemberantasan hoaks jelang Pemilu 2024 (Kemkominfo TV)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi meminta masyarakat untuk berhati-hati terhadap mulai maraknya hoaks dan disinformasi jelang Pemilu 2024.

"Kita harus bersiap merespon penyebaran hoaks terkait Pemilu yang belakangan ini meningkat penyebarannya," kata Menkominfo dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (27/10/2023).

Budi mengungkapkan, Kementerian Kominfo mencatat sepanjang 2022, hanya ada 10 hoaks terkait Pemilu.

Namun, sepanjang Januari sampai Oktober 2023, Kominfo mengklaim ada 98 isu hoaks Pemilu, di mana menurut Menkominfo ini berarti ada peningkatan hampir 10 kali dibandingkan tahun lalu.

Dalam data yang dipaparkan Kominfo, Budi mengatakan bahwa meski terlihat fluktuatif, namun sejak Juli 2023, terjadi peningkatan yang signifikan dari bulan ke bulan.

Lebih lanjut, Kementerian Kominfo mencatat platform Facebook milik Meta, menjadi tempat penyebaran hoaks Pemilu yang paling banyak mereka temukan.

"Saat ini kami telah mengajukan takedown 455 konten terhadap pihak Meta," kata Menkominfo.

Menurut Budi, hoaks pemilu merupakan bentuk information disorder yang menurunkan kualitas demokrasi, serta berpotensi memecah belah persatuan bangsa.

"Pemilu yang seharusnya menjadi pesta demokrasi dapat terkikis integritasnya, serta menimbulkan distrust, ketidakpercayaan antar warga bangsa," kata Menkominfo.

Budi mengatakan Kominfo akan melakukan sejumlah langkah strategis untuk menangani masalah ini. Pertama dimulai dari peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hoaks pemilu, dan pentingnya memverifikasi informasi dari sumber yang bisa dipercaya.

Selain itu, platform media sosial dan masyarakat juga diminta untuk terus mengidentifikasi dan melawan penyebaran hoaks pemilu. Kominfo pun juga akan meningkatkan upaya patroli siber dan penerimaan aduan masyarakat terkait hoaks pemilu.


Tips Biar Tak Mudah Terjebak Hoaks dari Menkominfo

Banner Infografis Hoaks di Tahun Politik Kian Marak. (Liputan6.com/Abdillah)

"Namun semua upaya tersebut tidak dapat serta merta menanggulangi hoaks Pemilu. Kami membutuhkan kerja sama seluruh masyarakat agar dapat menangkal hoaks," kata Budi Arie.

Untuk itu, Menkominfo pun memberikan beberapa tips bagi masyarakat, agar tidak mudah terjebak oleh hoaks di masa Pemilu 2024:

  1. Jangan terpancing berita yang sensasional, yang memicu emosi dan bisa membuat kita membagikan berita tanpa melakukan cek kebenarannya terlebih dulu,
  2. Pastikan sebuah sumber berita terpercaya dan memiliki reputasi yang baik, serta pastikan informasi berdasarkan fakta yang bisa dipertanggungjawabkan dan bukan berdasarkan opini subyektif.
  3. Bandingkan berita apabila menemukan informasi yang mencolok atau kontroversial. Carilah informasi serupa dari beberapa sumber yang berbeda untuk memastikan kebenarannya.

Viral Deepfake Jokowi Pidato Pakai Bahasa Mandarin

Cek Fakta Presiden Jokowi pidato dalam Bahasa Mandarin.

Sebelumnya, media sosial ramai dengan sebuah video yang memperlihatkan Presiden Joko Widodo alias Jokowi berpidato dengan bahasa Mandarin. Dalam video tersebut seolah Jokowi begitu fasih berbahasa Mandarin.

Namun, informasi ini segera ditanggapi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Melalui keterangan pers yang diterima Tekno Liputan6.com, Kamis (26/10/2023), video Presiden Jokowi tengah berpidato dalam bahasa Mandarin itu adalah disinformasi.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan menyebut, video Jokowi pidato bahasa Mandarin itu merupakan hasil suntingan alias editan yang menyesatkan.

“Video yang beredar tersebut disertai narasi ‘Jokowi berbahasa Mandarin’. Itu hasil suntingan yang menyesatkan,” kata Semuel, dalam keterangan.

Pria yang karib disapa Semmy ini menegaskan video Presiden Jokowi pidato dengan bahasa Mandarin yang beredar di medsos merupakan disinformasi.

 


Bentuk Disinformasi

Ilustrasi deepfake (Foto: Kaspersky)

Semmy menyebut, hal ini diketahui setelah penelusuran tim AIS Kominfo menemukan kesamaan dengan video yang diunggah oleh kanal YouTube The U.S. - Indonesia Society (USINDO) pada 13 November 2015 lalu.

"Secara visual, video tersebut identik, tetapi telah disunting sedemikian rupa yang diduga memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) deepfake," Semmy menjelaskan.

Semmy menjelaskan dalam video yang sebenarnya di tautan https://usindo.org/gala/dinner-in-honor-of-president-joko-widodo/, Presiden Joko Widodo tidak menggunakan bahasa Mandarin saat pidato. "Oleh karenanya, ini adalah bentuk disinformasi," tegasnya.

(Dio/Isk)

Infografis Cek Fakta: Kumpulan Hoaks Seputar Covid 19 terbaru yang beredar di WhatsApp (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya