Liputan6.com, Washington - Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara yang menargetkan dua fasilitas terkait dengan milisi yang didukung Iran di Suriah timur pada Kamis (26/10/2023). Hal tersebut dikonfirmasi Menteri Pertahanan (Menhan) Lloyd Austin, menyusul serangkaian serangan drone dan roket terhadap pasukan AS.
Pernyataan itu menyebutkan bahwa fasilitas yang ditargetkan telah digunakan oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) dan kelompok afiliasinya.
Advertisement
Serangan, yang dilakukan oleh sepasang jet tempur F-16 dengan menggunakan amunisi berpemandu presisi, menargetkan fasilitas penyimpanan senjata dan amunisi di Abu Kamal, dekat perbatasan antara Suriah dan Irak. Demikian seperti dilansir CNN, Jumat (27/10/2023).
Menhan Austin menggambarkan serangan, yang diperintahkan oleh Presiden Joe Biden, tersebut sebagai upaya membela diri. Dia menekankan bahwa serangan itu terpisah dari konflik yang sedang berlangsung di Gaza.
Secara langsung, Menhan Austin menuduh Iran berperan dalam serangan terhadap pasukan AS dengan mengatakan, "Iran ingin menyembunyikan tangannya dan menyangkal perannya dalam serangan terhadap pasukan kami. Kami tidak akan membiarkan mereka."
Serangan lebih lanjut, sebut Menhan Austin, akan dilancarkan jika serangan proksi Iran terus berlanjut.
Masih belum jelas apakah serangan tersebut mengakibatkan adanya korban jiwa.
Seorang pejabat pertahanan senior AS melabeli Iran sebagai "pusat gravitasi" atas serangan terhadap pasukan AS di kawasan Timur Tengah. Dia mengklaim bahwa sidik jari Iran ada di balik semua itu.
"Teheran dan para pemimpin senior Iran mendanai, mempersenjatai, memperlengkapi, melatih dan mengarahkan sejumlah besar kelompok milisi di seluruh wilayah, dan mereka telah meningkatkan serangan terhadap pasukan AS sejak 17 Oktober, itulah sebabnya kami mengambil tindakan pertahanan diri malam ini," ungkap pejabat itu.
19 Kali Serangan Sejak 17 Oktober 2023
Ini bukan serangan pertama AS terhadap kelompok milisi, namun terjadi di tengah ketegangan perang Hamas Vs Israel dan upaya AS mengirimkan pesan tegas kepada Iran agar tidak memicu konflik lebih luas di Timur Tengah.
Sebelumnya pada Kamis, AS mengumumkan akan mengerahkan sekitar 900 tentara ke Timur Tengah – dengan potensi lebih banyak lagi. AS juga telah memindahkan dua kelompok penyerang kapal induk ke Laut Mediterania timur dan satu kelompok amfibi siap tempur lebih dekat ke Israel di perairan Timur Tengah.
Jumlah serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah sejak 17 Oktober hingga Kamis malam, menurut Pentagon, sebanyak 19 kali dan mengakibatkan 21 anggota militer AS menderita luka-luka.
Pentagon mengatakan bahwa semua korban luka ringan dan mereka telah kembali bertugas.
Advertisement
Peringatan Biden dan Respons Iran
Pada Rabu, Biden mengeluarkan peringatan keras kepada Iran tentang proksinya yang menyerang pasukan AS di kawasan Timur Tengah.
"Peringatan saya kepada ayatollah adalah jika mereka terus bergerak melawan pasukan tersebut, kami akan meresponsnya, dan mereka harus bersiap," kata Biden.
Biden juga mengatakan kehadiran pasukan AS di Irak dan Suriah fokus pada kampanye mengalahkan ISIS dan tidak terkait dengan konflik yang sedang berlangsung di Israel.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian pada Kamis di Sidang Majelis Umum PBB yang digelar secara darurat menyatakan bahwa AS tidak akan terhindar dari serangan jika perang di Gaza tidak berakhir.