Wall Street Bervariasi Imbas Aksi Jual Investor karena Khawatir Resesi

Wall street beragam pada penutupan perdagangan Jumat, 27 Oktober 2023 waktu setempat. Indeks Dow Jones dan S&P 500 masuk zona merah.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Okt 2023, 07:25 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 27 Oktober 2023. (Foto: Darian Garcia/Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 27 Oktober 2023. Aksi jual terjadi di tengah kekhawatiran resesi sehingga menyeret indeks Dow Jones dan S&P 500 ke zona merah.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (28/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones anjlok 366,71 poin atau 1,12 persen ke posisi 32.417,59. Indeks Dow Jones tertekan oleh penurunan saham JPMorgan Chase. Hal ini setelah CEO Jamie Dimon akan menjual 1 juta saham pada 2024.

Indeks S&P 500 tergelincir 0,48 persen ke posisi 4.117,37.  Indeks S&P 500 ditutup 10,3 persen lebih rendah dari puncak tahun ini pada 31 Juli 2023.

Sedangkan indeks Nasdaq menguat 0,38 persen ke posisi 12.643,01, berkat saham Amazon. Saham teknologi megacap lainnya yakni Microsoft mengikuti saham Amazon yang menguat.

Tiga indeks acuan di wall street alami penurunan mingguan yang tajam. Indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing turun 2,1 persen dan 2,5 persen pada pekan ini. Indeks Nasdaq anjlok 2,6 persen, terseret penurunan tajam mingguan di saham Meta Platforms dan perusahaan induk Google, Alphabet.

“Kami masih memiliki prospek ekonomi yang goyah. Jadi meskipun produk domestik bruto (PDB) kuartal III luar biasa tinggi, saya rasa semua orang masih memperkirakan perekonomian Amerika Serikat (AS) akan melambat,” ujar Chief US Market Strategist Morningstar, Dave Sekera seperti dikutip dari laman CNBC.

Penurunan saham-saham teknologi utama mendorong indeks Nasdaq ke wilayah koreksi setelah jatuh lebih dari 10 persen dari penutupan tertingginya pada Juli pada Rabu, 25 Oktober 2023. Pekan ini, indeks acuan juga mencatat hari perdagangan terburuk sejak Februari.


Musim Laporan Keuangan

Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)      

Laba yang mengecewakan telah menekan pasar pekan ini. Saham Ford turun 14 persen pekan ini setelah perusahaan itu melaporkan kinerja meleset dari harapan kuartal III dan membatalkan panduannya untuk tahun ini.

Di sisi lain, saham Chevron turun 13 persen pada pekan ini, setelah raksasa energi itu melaporkan laba.

Saham Alphabet telah turun lebih dari 10 persen sejak awal pekan, dan menempatkan saham perusahaan pada kinerja mingguan terburuk sejak awal pandemi COVID-19.

Saham Alphabet alami aksi jual setelah merilis laporan keuangan kuartal III. Raksasa pencarian ini membukukan kinerja terbaik baik pendapatan dan laba. Namun, bisnis cloud tidak memenuhi harapan wall street.

Saham-saham megacap telah merosot secara keseluruhan pada pekan ini seiring dengan dimulainya musim laporan keuangan bagi raksasa teknologi besar. Indeks Nasdaq terpangkas 1,7 persen pada pekan ini.


Penutupan Wall Street pada 26 Oktober 2023

Bursa Efek New York, Amerika Serikat (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kompak tertekan pada perdagangan Kamis,26 Oktober 2023. Indeks Nasdaq merosot tajam seiring laporan keuangan Meta yang belum sesuai harapan investor.

Dikutip dari CNBC, Jumat (27/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq merosot 1,76 persen ke posisi 12.595,61. Indeks Nasdaq ditutup di bawah rata-rata pergerakan dalam 200 hari. Indeks S&P 500 melemah 1,18 persen ke posisi 4.137,23. Sedangkan indeks Dow Jones tergelincir 251,63 poin atau 0,76 persen ke posisi 32.784,30.

Selama perdagangan Kamis pekan ini, indeks S&P 500 turun ke wilayah koreksi pada titik terendahnya, dan akhiri sesi dengan diskon hampir 10 persen dari penutupan tertinggi yang tercatat pada Juli 2023.

Menyusul penurunan 2,4 persen pada Rabu pekan ini, indeks Nasdaq berada di wilayah koreksi dengan turun lebih dari 10 persen dari penutupan tertinggi pada Juli 2023.

"Wall street belum terkesan dengan laba perusahaan teknologi besar sejauh ini dan perusahaan lainnya, Amazon dan Apple kemungkinan akan kesulitan mengingat prospek ekonomi AS yang melemah,” ujar Analis Senior Oanda, Ed Moya.

"Permintaan yang kuat dari lelang tujuh tahun hari ini menunjukkan investor masih khawatir dengan semua risiko geopolitik yang masih ada,” ia menambahkan.

Di sisi lain, Meta induk Facebook unggul dalam kinerja pendapatan dan laba pada kuartal III 2023. Akan tetapi, Meta mencatat beberapa penurunan periklanan sejauh ini pada kuartal III 2023. Investor juga khawatir mengenai pengendalian biaya pada divisi Reality Labs yang mengalami kerugian USD 3,7 miliar, sepanjang kuartal tersebut. Saham Meta turun 3,7 persen.

 


Saham Induk Google Lesu

Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Pergerakan di wall street mengikuti sesi perdagangan yang bergejolak pada Rabu pekan ini, yang sebagian didorong penurunan saham induk Google Alphabet sebesar 9,5 persen. Saham kelas A-Alphabet mencatat kinerja buruk sejak Maret 2020 pada Rabu pekan ini setelah perusahaan melaporkan pendapatan di unit cloud Google yang berada di bawah perkiraan analis.

Indeks Nasdaq pada Rabu pekan ini mencatat kinerja terburuk sejak 21 Februari. Koreksi sejak musim panas didorong lonjakan imbal hasil obligasi. Imbal hasil obligasi melewati 5 persen pada Oktober 2023. Pada perdagangan Kamis pekan ini, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun 10 basis poin menjadi 4,84 persen, tetapi gagal membendung aksi jual pasar.

Pasar tidak mendapat dukungan apapun dari laporan produk domestik bruto (PDB) kuartal III yang lebih kuat dari perkiraan. PDB AS tumbuh 4,9 persen secara tahunan dari Juli-September. Sementara itu, ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi 4,7 persen.

Selain itu, Amazon rilis laporan keuangan usai penutupan perdagangan. Amazon mencatat pendapatan USD 143,1 miliar pada kuartal III 2023. Pendapatan ini melebihi prediksi LSEG yang dulu bernama Refinitiv sebesar USD 141,4 miliar. Selain itu, laba per saham tercatat 94 sen lebih tinggi dari prediksi LSEG sebesar 58 sen.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya