Ripple Gandeng Uphold Kerek Likuiditas Pembayaran Lintas Batas Kripto

Kemitraan ini akan membuat Uphold memberi Ripple kemampuan likuiditas kripto yang ditingkatkan

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 29 Okt 2023, 06:00 WIB
Kripto XRP (Foto: Traxer/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Ripple mengumumkan pada Selasa, 24 Oktober 2023 mereka telah membentuk kemitraan baru dengan Uphold, platform mata uang digital multi-aset yang beroperasi di lebih dari 184 negara, menawarkan akses ke lebih dari 200 mata uang kripto dan fiat. 

Kemitraan ini akan membuat Uphold memberi Ripple kemampuan likuiditas kripto yang ditingkatkan untuk mendukung dan meningkatkan infrastruktur pembayaran lintas batasnya. 

CEO Uphold Simon McLoughlin menjelaskan platform perusahaannya memiliki fitur tumpukan perdagangan frekuensi tinggi yang sepenuhnya otomatis yang terhubung ke 30 tempat perdagangan yang mendasarinya. 

“Hal ini memungkinkan Uphold untuk menawarkan likuiditas yang dalam, berbagai jalur eksekusi untuk transaksi, dan spread yang sangat ketat,” kata McLoughlin, dikutip dari Bitcoin.com, Minggu (29/10/2023). 

Di sisi lain, kepala pembayaran Ripple, Pegah Soltani kemitraan baru ini dengan Uphold memungkinkan untuk meningkatkan infrastruktur dasar dan keahlian likuiditas Uphold yang mendalam semakin mendukung kemampuan Ripple untuk menawarkan pembayaran lintas batas yang cepat dan fleksibel di seluruh dunia.

Saat ini, Ripple melayani ratusan pelanggan di lebih dari 55 negara dan 6 benua, dengan kemampuan pembayaran di lebih dari 70 pasar, dan telah memproses volume senilai USD 30 miliar atau setara Rp 477,3 triliun dan 20 juta transaksi sejak solusi pembayarannya pertama kali diluncurkan.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Anak Perusahaan JPMorgan, Chase Larang Pembayaran Kripto

llustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Freepik

Sebelumnya diberitakan, anak perusahaan bank digital yang berbasis di Inggris di bawah JPMorgan Chase, mengatakan kepada pelanggan melalui email mereka akan melarang klien Inggris melakukan pembayaran terkait kripto atau transfer bank keluar mulai 16 Oktober karena penipuan kripto.

Chase, yang meluncurkan layanan berbasis aplikasinya di Inggris pada 2021, mengumpulkan lebih dari 1,6 juta klien. JP Morgan Chase, perusahaan induknya, adalah bank terbesar di AS, dengan total aset senilai lebih dari USD 3 triliun atau setara Rp 46.640 triliun (asumsi kurs Rp 15.546 per dolar AS).

“Kami telah melihat peningkatan jumlah penipuan kripto yang menargetkan konsumen Inggris, jadi kami telah mengambil keputusan untuk mencegah pembelian aset kripto dengan kartu debit Chase atau dengan mentransfer uang ke situs kripto dari akun Chase,” kata juru bicara Chase, dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (28/9/2023).

Sebelumnya pada Maret, NatWest Bank yang berbasis di Inggris membatasi pembayaran pelanggannya ke bursa kripto hingga USD 1.214 atau setara Rp 18,8 juta per hari sebagai perlindungan terhadap pencurian kripto. 

NatWest mencatat dalam siaran persnya pada Maret konsumennya di Inggris kehilangan USD 400 juta atau setara Rp 6,2 triliun karena penipuan kripto tahun lalu.

Inggris telah melakukan upaya untuk mengembangkan sektor blockchain dan kripto, dengan Perdana Menteri Rishi Sunak yang merupakan pendukung vokal industri ini.

Perkembangan Regulasi Kripto di Inggris

Pada Juni, Inggris mengesahkan Undang-Undang Layanan Keuangan dan Pasar 2023, sebuah undang-undang reformasi yang memungkinkan otoritas keuangannya memperlakukan kripto sebagai instrumen keuangan yang diatur. 

Meskipun memberikan lebih banyak kejelasan, peraturan kripto yang baru menimbulkan kekhawatiran di antara beberapa pendukung kripto di Inggris karena batasan yang diterapkan pada kampanye pemasaran.

 


Transaksi Harian Bitcoin Anjlok 46 Persen, Apa Penyebabnya?

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Seperti diberitakan sebelumnya, selama 37 hari terakhir, sejak 15 September 2023, jumlah transaksi bitcoin harian telah menurun drastis. Dalam dua minggu pertama bulan September, jumlah rata-rata transaksi harian yang dikonfirmasi di blockchain Bitcoin menurun lebih dari 46 persen.

Dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (24/10/2023), tren penurunan ini didorong tren prasasti Ordinal Bitcoin mengalami perlambatan yang signifikan. Sejak 1 September hingga 15 September 2023, rata-rata transaksi harian sebanyak 528.503. 

Sedangkan dari 1 Oktober hingga 21 Oktober 2023, rata-rata hariannya adalah 284.704. Itu berarti rata-rata harian pada paruh pertama September lebih tinggi 46,13 persen dibandingkan tiga minggu pertama Oktober.

Pada September 2023, jumlah rata-rata transaksi BTC yang dikonfirmasi adalah sekitar 489,165 per hari. Pada Agustus, rata-ratanya adalah 464.969 per hari, pada Juli sebanyak 455.893, dan pada Juni sebanyak 404.906.

Sejauh ini pada 2023, rata-rata hariannya adalah sekitar 392.170 transaksi. Pada 2022, rata-rata harian adalah 255.085. 

Data menunjukkan, meskipun terjadi penurunan sebesar 46 persen pada September hingga Oktober 2023, terdapat peningkatan rata-rata jumlah transaksi harian sebesar 53 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Perbedaan yang mencolok adalah 2023 belum berakhir.

 


Kurangi Penipuan dan Kejahatan, California Batasi Penarikan ATM Cripto Jadi Cuma USD 1.000 per Hari

Bitcoin - Image by Benjamin Nelan from Pixabay

Sebelumnya diberitakan, negara bagian California Amerika Serikat (AS) mengambil tindakan tegas untuk memerangi apa yang mereka anggap sebagai ancaman penipuan kripto.

Dalam rancangan undang-undang baru yang diajukan ke Badan Legislatif Negara Bagian, pemerintah California mendorong pembatasan jumlah uang tunai yang dapat ditarik dari mesin anjungan tunai mandiri (ATM) kripto.

Dikutip dari cryptonews, Selasa (24/10/2023), Dalam RUU Transaksi Aset Keuangan Digital, badan legislatif negara bagian tersebut menetapkan jumlah penarikan di ATM kripto maksimum sebesar USD 1.000 per individu.

Legislator negara bagian menyatakan bahwa tujuan utama mereka membatasi penarikan ini untuk melindungi investor dari penipuan dan kekerasan di sekitar ATM kripto.

Saat ini, lebih dari 3.200 ATM kripto beroperasi di AS. Banyak dari mesin ini menawarkan batas transaksi harian hingga USD 50.000, menjadikannya alat yang nyaman untuk aktivitas terlarang.

Untuk mengambil keputusan ini, badan legislatif California melakukan penyelidikan dan menemukan bahwa banyak penipuan kripto dilakukan menggunakan ATM ini.

Penipuan ini sering kali melibatkan korban yang dipaksa menyetor uang tunai dan mengirim dana menggunakan mata uang kripto yang dipilih oleh penjahat.

Biaya

Selain itu, dalam RUU ini juga membahas biaya yang dikenakan oleh operator ATM kripto, membatasinya hingga maksimum USD 5 atau 15% dari jumlah transaksi. Biaya dipilih antara yang lebih tinggi pada saat transaksi.

Legislator mengatur hal ini karena saat mereka mengunjungi ATM kripto di Sacramento dan menemukan bahwa mesin ATM tersebut memiliki markup sebesar 33% pada beberapa aset digital dibandingkan dengan replikanya di bursa mata uang kripto.

Selain itu, ATM kripto mengenakan biaya antara 12% dan 25% untuk menyetor dan menarik mata uang fiat, menurut survei terpisah oleh badan legislatif.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya