KPPI Selidiki Safeguard Measures Lonjakan Impor Kain Tenunan dari Kapas

Dari bukti awal permohonan yang diajukan oleh API, KPPI menemukan adanya lonjakan jumlah impor barang kain tenunan dari kapas.

oleh Arthur Gideon diperbarui 28 Okt 2023, 18:45 WIB
Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) melakukan Penyelidikan Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard Measures) atas lonjakan jumlah impor barang kain tenunan dari kapas .(Foto: Unsplash.com/micheile henderson)

Liputan6.com, Jakarta - Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) melakukan Penyelidikan Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard Measures) atas lonjakan jumlah impor barang kain tenunan dari kapas mulai Jumat 27 Oktober 2023. Penyelidikan tersebut didasarkan pada permohonan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) pada 18 September 2023 lalu yang mewakili industri dalam negeri penghasil kain tenunan dari kapas.

Impor kain tenunan dari kapas tersebut mencakup 33 nomor Harmonized System (HS) 8 digit yaitu HS. 5208.21.00, 5208.22.00, 5208.31.90, 5208.33.00, 5208.41.90, 5208.42.10, 5208.42.90, 5208.43.00, 5208.52.10, 5208.59.20, 5208.59.90, 5209.11.10, 5209.11.90, 5209.19.00, 5209.21.00, 5209.31.00,5209.49.00, 5209.51.10, 5210.21.00, 5210.32.00, 5210.41.10, 5210.49.00, 5210.51.10, 5210.59.10, 5210.59.90, 5211.31.00, 5211.32.00, 5211.39.00, 5211.59.10, 5211.59.90, 5212.15.90, 5212.21.00, dan 5212.23.00 berdasarkan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) tahun 2022.

Plt. Ketua KPPI Nugraheni Prasetya Hastuti menjelaskan, dari bukti awal permohonan yang diajukan oleh API, KPPI menemukan adanya lonjakan jumlah impor barang kain tenunan dari kapas. "KPPI juga menemukan indikasi awal mengenai kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang dialami industri dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan jumlah impor barang kain tenunan dari kapas,” ungkap dia dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (28/10/2023).

Menurut Nugraheni, kerugian serius atau ancaman kerugian serius tersebut terlihat dari sejumlah indikator kinerja industri dalam negeri pada periode 2019—2022. “Indikator-indikator tersebut yaitu menurunnya volume produksi, penjualan domestik, kapasitas terpakai, keuntungan; menurunnya jumlah tenaga kerja; meningkatnya persediaan; serta menurunnya pangsa pasar API di pasar domestik,” jelas Nugraheni.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), dalam tiga tahun terakhir (2020—2022), terjadi peningkatan jumlah impor barang kain tenunan dari kapas dengan tren sebesar 38,21 persen. Pada 2020, jumlah impor produk tersebut sebesar 21.976 ton. Pada 2021 impornya meningkat 80,55 persen menjadi sebesar 39.678 ton. Selanjutnya, pada 2022 impornya naik 5,80 persen menjadi 41.978 ton.

Asal impor barang kain tenunan dari kapas yaitu dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebesar 80,08 persen, Hong Kong (4,91 persen), Vietnam (4,35 persen), dan negara lainnya (10,66 persen).

KPPI mengundang semua pihak yang berkepentingan untuk mendaftar sebagai Pihak yang Berkepentingan selambat-lambatnya 15 hari sejak tanggal pengumuman ini.


Cerita Akhir Pekan: Regenerasi Penenun Indonesia

Bola.com berkesempatan belajar menenun. Keterampilan menenun menjadi salah satu syarat bagi perempuan Suku Sasak untuk dapat menikah yang masih terpelihara hingga kini. (Bola.com/Iqri Widya)

Sebelumnya, meneruskan napas wastra Indonesia, termasuk kain tenun, sudah seharusnya jadi upaya keroyokan banyak pihak. Ada ragam faktor krusial dalam hal ini, namun satu yang tidak bisa dilepaskan, dari mana pun tenun berasal, adalah regenerasi penenun.

PT Toba Tenun Sejahtra (Tobatenun), yang memberdayakan ekosistem penenun Batak, mengatakan, berdasarkan temuan mereka, tidak benar bahwa menenun adalah pilihan terakhir saat tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilakukan. "Kami baru saja melakukan social maping bulan lalu, dan dari situ melihat, penenun muda itu banyak," founder sekaligus CEO Tobatenun, Kerri Na Basaria, mengatakan melalui sambungan telepon pada Liputan6.com, Kamis, 22 September 2022.

Ia menambahkan, "Masalahnya, apakah akan menenun secara terus-menerus? Karena itu, kita harus memastikan bahwa dengan menenun, mereka punya masa depan, termasuk dalam hal keamanan keuangan."

"Penting untuk memperbaiki standar ekonomi (penenun), memperkenalkan praktik jual-beli kain tenun yang adil, dan membuat mereka paham identitas mereka sebagai penenun," tuturnya. "Dengan pembenahan faktor-faktor eksternal ini, kami harapkan mereka bertahan dan terus menenun."

Lebih lanjut Kerri memaparkan, dari setidaknya 55 mitra penenun Tobatenun, 92 persen di antaranya merupakan lulusan sekolah menenangah atas (SMA). "Karena itu, tidak benar menenun adalah last resort. Menenun telah jadi sesuatu yang diturun-temurunkan opung mereka, dan mereka menggunakannya jadi ekspresi sebagai orang Batak."

Sementara itu, regenerasi penenun di Rumah Tenun Magelang tidak terjadi secara langsung. "Calon penenun harus melewati proses rekrutmen terlebih dahulu," kata Marketing Manager Rumah Tenun Magelang, Rif Fatka Ridwan, melalui pesan pada Liputan6.com, Sabtu, 24 September 2022, menambahkan bahwa tahun ini setidaknya akan ada lima penenun baru di rumah tenun tersebut.

"Dalam proses ini," Fatka menyambung, "Akan diketahui apakah seorang calon penenun memang memiliki minat dan kemampuan sebagai penenun atau tidak. Setelah melewati proses rekrutmen dan pelatihan, calon penenun tersebut baru dapat jadi penenun di Rumah Tenun Magelang."


Menumbuhkan Rasa Bangga Jadi Penenun

Penenun di Desa Sukarara (foto: tiket.com.dok)

Lebih lanjut Fatka mengatakan, pelatihan bagi calon penenun dimulai dari tingkat dasar sampai mahir. Proses ini memakan waktu antara tiga bulan sampai satu tahun, tergantung kemampuan dari masing-masing calon penenun.

Ia menyambung, guna memastikan proses regenerasi penenun terjadi, penenun membutuhkan pengetahuan dan informasi mengenai pentingnya kelangsungan seni menenun. Juga, betapa dihargainya hasil tenun Indonesia, tidak hanya di dalam, tapi juga di luar negeri.

"Dengan begini, penenun dapat memotivasi calon penerusnya agar dapat meneruskan tradisi tenun Indonesia dan mengharumkan nama bangsa melalui tradisi tenun," ia menuturkan.

Karena itu, pihaknya memastikan penenun mengetahui bahwa kain tenun yang mereka tenun sangat diminati dan dihargai sampai ke luar negeri, terutama di Amerika Serikat. Selain, menginformasikan penenun penghargaan apa saja yang diterima Rumah Tenun Magelang atas pekerjaan mereka.

"Antara lain Good Design Indonesia (GDI) tahun 2018 (GDI Best) dan 2019 (GDI). GDI adalah ajang penganugerahan berskala nasional yang diberikan pada karya-karya desain terbaik di Indonesia," tuturnya.

Ia berkata, "Rumah Tenun Magelang didirikan tahun 2002, dan pada awalnya memang untuk memenuhi pesanan pembeli dari mancanegara. Baru pada tahun 2010, Rumah Tenun Magelang memasarkan produknya di dalam negeri. Tapi sampai saat ini, produksi masih lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan ekspor."

Produk kain tenun yang dihasilkan Rumah Tenun Magelang sendiri bukanlah fashion item, melainkan implementasi kain tenun sebagai bagian dari desain interior.


Kemampuan Lebih Kompetitif

Di sisi lain, Tobatenun terus mendorong keterampilan tenun yang lebih kompetitif pada para penenun mitranya. Dengan begitu, diharapkan produk mereka, mulai dari koleksi ready-to-wear sampai aksesori, bisa diserap pasar, termasuk pasar non-Batak.

"Kami mau bilang, tenun Batak bukan hanya tentang adat, tapi juga sesuatu yang indah secara fesyen, tanpa merancukan pakemnya. Pembicaraan wastra dan kria di Indonesia itu acap kali berhenti di kain yang cantik, tidak meneruskan ke orang-orang di baliknya."

Kerri mengatakan, ekosistem ini bukan hanya penenun, tapi seluruh pihak di komunitas itu, termasuk di antaranya pembuat benang dan pencelup kain. Karena itu, menciptakan generasi penenun yang berkualitas juga soal memberdayakan komunitasnya dalam satu lingkaran penuh.

"Di daerah Batak, masalahnya adalah pengepul. Banyak penenun yang terbelenggu dengan pengepul dan praktik dagang yang tidak adil, upahnya tidak layak," tuturnya.

Kendati demikian, pihaknya menyadari bahwa para pengepul ini juga termasuk pengusaha lokal. "Jadi, kami pun tidak bisa 'memusuhi.' Akhirnya malah harus dirangkul untuk memperbaiki cara mereka berbisnis, didiskusikan bahwa fair trade itu suatu hal mulia yang sebenarnya bermanfaat untuk dua pihak," ia mengutarakan.

Produksi gula selalu kurang, impor berdatangan, dan pabrik lokal tutup? (liputan6.com/Trie yas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya