Liputan6.com, Jakarta PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) bersama Medco Power telah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 26.8 MWp fotovoltaik yang dipasang di atas tanah di wilayah Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pengoperasian pembangkit listrik tenaga surya (Solar PV) ini menjadi bagian dari upaya AMNT dalam melakukan transisi ke energi bersih. Selain itu, ini juga menjadi komitmen Amman untuk menjalankan operasional pertambangan yang bertanggungjawab dan berkelanjutan.
Advertisement
Alasan AMNT mengembangkan pembangkit listrik Solar PV ini yaitu tingkat iradiasi Sumbawa yang merupakan salah satu tertinggi di Indonesia. Dan tak main-main, PLTS yang telah beroperasi sejak Juni 2022 ini merupakan Solar PV yang terbesar di Indonesia untuk operasional pertambangan.
"Nanti ketika PLTS Cirata dioperasikan, kita tetap menjadi yang terbesar di darat. Karena mereka (Cirata) PLTS apung," kata Power Plant ManagerPT MedcoPower Solar Sumbawa, Ishom Subkhan di Batu Hijau, NTB, dikutip Minggu (29/10/2023).
Ada sejumlah manfaat yang didapat dari PLTS ini. Dari sisi lingkungan, keberadaan PLTS ini ramah lingkungan tanpa emisi gas rumah kaca. Selain itu, mampu mengurangi emisi CO2 sebesar 40 ribu ton per tahun.
Biaya Produksi Listrik
Manfaat dari sisi bisnis, adanya PLTS mampu mengurangi biaya produksi listrik dari pengunaan bahan bakar diesel. PLTS juga mengeliminasi risiko dari fluktuasi harga BBM yang membentuk dalam tata keuangan perusahaan.
"Area kami secara keseluruhan ada 27 hektare, namun yang dipasangi panel solar ada 22 hektare," tutur dia.
Selain sebagai PLTS, Amman juga memanfaatkan lahan tersebut untuk pengembangan beragam taman melalui uji coba agrovoltaic. Caranya, tanah di bawah modul solar ditanami tumbuhan seperti semangka. Dengan demikian, lahan PLTS tidak semata dipakai untuk pembangkit, tetapi juga jadi lokasi budidaya tumbuhan.
"Luasan efektif yang ditanami saat uji coba agrovoltaic adalah 750 m2," jelas Vice President Corporate Communications Amman Mineral Internasional Kartika Octaviana.
Melihat Tambang Tembaga dan Emas Terbesar ke-2 di Indonesia
Sebelumnya, sejak mengambil alih operasional Tambang Batu Hijau Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2016 lalu dari PT Newmont Nusa Tenggara (NNT), PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), anak usaha PT Amman Mineral Internasional (AMMN) terus mengembangkan dan mengoptimalisasi produksi di tambang tersebut.
Tambang Batu Hijau merupakan area tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia. Tambang ini memproduksi konsentrat tembaga berkadar tinggi serta mengandung emas dan perak sebagai mineral pengikutnya.
Setelah akuisisi, Amman langsung bergerak untuk mengoptimalkan aspek operasional tambang Batu Hijau. Salah satunya adalah dengan mengevaluasi kembali rangkaian proses produksi dan meminimalisir waktu jeda produksi sehingga dapat memangkas biaya operasional secara signifikan.
Amman juga melakukan pembenahan di sisi sumber daya manusia (SDM). Contohnya, dengan melakukan pelatihan, termasuk pengembangan kapasitas diri SDM di tambang tersebut.
Hasilnya, Amman mampu memecahkan rekor dan mencatatkan sejarah baru dalam pengelolaan Batu Hijau dari sisi produktivitas dan efisiensi. Dengan demikian, produksi tambang Batu Hijau dapat berlanjut ke fase berikutnya dan menambah usia tambang menjadi semakin panjang hingga 2030.
"Dulu Newmont bermain di sekitar range 500 ribu-700 ribu ton per hari (galian tambang). Kita sekarang rata-rata 1 juta ton per hari. Ini sesuatu yang outstanding kalau menurut kita," kata Senior Manager Mine Technical Service AMNT Hazqil Arafi di Batu Hijau, NTB, dikutip Sabtu (28/10/2023).
Dikutip dari data perusahaan, sebelum diakuisisi oleh Amman, tambang Batu Hijau diperkirakan akan tutup pada 2016. Namun dengan masuknya Amman dan mengambil alih pengelolaan tambang tersebut, pada 2022 lalu, tambang Batu Hijau secara kumulatif telah memproduksi 9.400 juta pon tembaga dan 9,5 juta ons emas.
Sedangkan hingga semester I 2023, produksi tembaga tercatat 134 juta ton tembaga dan produksi emas sebesar 172 kilo ons emas pada periode yang sama.
Advertisement
Pengembangan Fase 8
Saat ini, tambang Batu Hijau yang dikelola Amman tengah mamasuki pengembangan fase 8. Sedikit cerita, Amman mengambil alih operasional tambang Batu Hijau pada 2016. Saat itu, tambang berada pada Fase 6 dari keseluruhan rencana penambangan.
Kemudian, pada 2017, Amman sukses mempercepat jadwal pengembangan Fase 7, sehingga produksi bijih dapat dilakukan tiga tahun lebih awal dan stok bijih berkadar rendah yang telah teroksidasi dapat diserap sepenuhnya untuk diolah.
Selanjutnya pada April 2020, AMMAN mulai mengolah muatan pertama bijih segar dari Fase 7.
Pada 2019, Amman memperoleh hasil pengeboran dan pemodelan sumber daya yang sangat menjanjikan untuk produksi fase berikutnya. Ditambah dengan peningkatan efisiensi yang terjadi terus menerus, serta tren kenaikan harga komoditas, Amman melanjutkan pengembangan Fase 8 tambang Batu Hijau. Produksi Fase 8 akan dapat memperpanjang usia tambang hingga tahun 2030.
Amman berencana memperluas pabrik pengolahan bijih untuk menambah kapasitas pemrosesan hingga dapat mengolah bijih dari Fase 8 dan proyek Elang yang kini dalam tahap eksplorasi. Tercatat cadangan tembaga dari tambang Batu Hijau dan Proyek Elang menjadi yang terbesar kelima di Dunia.
Selain itu, fasilitas peleburan tembaga dan pemurnian logam mulia atau smelter juga sedang dibangun untuk mendukung inisiatif pemerintah Indonesia untuk mengoptimalkan nilai tambah material yang akan diekspor.