Liputan6.com, Jakarta - Di tengah masalah polusi udara di ibu kota yang tak sepenuhnya terkendali, setiap langkah untuk menghasilkan oksigen sebanyak mungkin sangat diperlukan. Seperti diketahui, oksigen diperlukan manusia untuk bernapas setiap waktu.
Berangkat dari kesadaran itu, sebuah inovasi diciptakan oleh tim Algari. Mereka membuat media iklan yang lebih ramah lingkungan. Fungsinya tak hanya untuk mempromosikan brand, tetapi juga dirancang untuk menghasilkan oksigen. Kok bisa?
Advertisement
Chief Executive Officer and Founder of ALGARI, Jodie Senoatmojo menjelaskan pada dasarnya alat tersebut adalah fotobioreaktor yang dimodifikasi agar juga menjadi ruang promosi. Dengan misi menolkan emisi karbon, Algari mencoba menghasilkan alat yang tidak menggunakan listrik berbahan bakar fosil, melainkan baterai.
"Peralatan kami itu memakai akuarium. Di dalamnya dingin, energinya enggak masif. Kami dibantu matahari sebagai fuel (bahan bakar) unutk alga tumbuh dan berkembang. They give us something in return," kata Jodie dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat, 27 Oktober 2023.
Akuarium tersebut menjadi habitat mikroalga untuk berkembang biak. Dalam hal ini, mereka memasukkan spirulina alias alga hijau biru ke dalam akuarium. Mereka memanfaatkan aktivitas yang biasa dilakukan spirulina untuk menghasilkan oksigen, yakni fotosintesis.
"Ternyata alga itu menyumbang oksigen 70 persen di atmosfer bumi, sementara pohon hanya 22 persen," kata Jodie. Karbondioksida yang dihasilkan manusia secara langsung maupun tidak langsung, diolah menjadi energi oleh alga tersebut.
Manfaatkan Rekayasa Teknologi
Normalnya, usia produktif alga tersebut hanya lima hari. Memanfaatkan rekayasa teknologi, Algari mengatur agar alga tidak mati serentak, melainkan terjadi proses regenerasi alami di dalam akuarium.
"Kami bikin habitat alga agar tumbuh secara eksponensial. Kami buat ruang tumbuh menyenangkan buat mereka. Alat ini itu sifatnya the more, the merrier. Semakin banyak akan semakin pengaruhi ekosistem makro. Semoga menjadi lebih dingin," tutur Jodie.
Ia pun menunjukkan bahwa suhu di dalam akuarium lebih dingin dari suhu luar di sekitarnya. Saat suhu menunjukkan 33 derajat Celcius, suhu di akuarium hanya 29,5 derajat celcius.
Jodie juga menerangkan pihaknya sengaja memilih spirulina dibandingkan mikroalga lain karena produktivitasnya menghasilkan oksigen paling tinggi. Bentuknya unik dan sirkulasi hidupnya paling cepat. Dengan 200 mg spirulina sebagai starter, produktivitasnya bisa setara dengan satu pohon berusia 15 tahun.
"Ini ditenagai dengan baterai, tidak gunakan listrik PLN. Secara direct sudah cukup mampu... Carbon trace justru positif," kata dia.
Advertisement
Bagian dari Kahforward
Peluncuran alat itu bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda 2023. Sejauh ini baru terdapat dua alat yang ditempatkan di Hutan Kota by Plataran dan Sarinah. Alat tersebut merupakan bagian dari program Kahforward.
"Harusnya tahun depan, tapi kita akhirnya putuskan sekarang. Kayak enggak boleh ngelewatin momentum ini," kata Billy Dharmawan G, Brand Manager of Kahf.
Gerakan Kahforward tak semata soal alga, tetapi beragam solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi banyak orang saat ini. Berikutnya, misalnya, mereka sudah mempersiapkan smart masjid untuk memberi solusi bagi masyarakat daerah terpencil mendirikan masjid.
Blliy menjelaskan Kahforward merupakan gerakan inklusif yang bertujuan untuk menjadi wadah bagi generasi muda agar berdampak positif bagi Indonesia maupun dunia. Mengawali kampanyenya yang dimulai sejak 27 Oktober 2023 di Jakarta, Kahforward akan berkolaborasi dengan komunitas, influencer, dan para sosok inspiratif Indonesia.
Nantinya, Kahforward akan menjadi sebuah program berkesinambungan yang sejalan dengan pilar-pilar Kahf, yakni Pengetahuan, Perilaku, Gaya Hidup Sehat, dan Keyakinan. "Melalui gerakan Kahforward diharapkan mampu menjalarkan efek positif (ripple effect) bagi generasi muda, dengan visi untuk menciptakan perubahan yang lebih baik untuk Indonesia di masa depan," ujarnya.
Negara yang Serius Atasi Polusi Udara
Polusi udara telah jadi masalah yang melanda sejumlah kota di Indonesia, bahkan bertambah intens dalam beberapa tahun terakhir. Solusi yang ditawarkan pemerintah belum membuat Negeri Khatulistiwa masuk daftar negara yang "serius mengatasi polusi udara dalam rencana penanganan krisis iklim."
Mengutip Euronews, Sabtu, 21 Oktober 2023, sebuah studi baru menemukan bahwa negara-negara G20 gagal mengintegrasikan polusi udara ke dalam rencana penanganan perubahan iklim mereka. "Polusi udara merupakan hal yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan perubahan iklim," kata Nina Renshaw, kepala kesehatan di Clean Air Fund.
"Namun, masih banyak negara yang gagal menjamin udara bersih dan (melakukan) aksi iklim," imbuhnya. "Ini berarti mereka kehilangan kualitas udara yang lebih baik, yang secara signifikan akan mengurangi jumlah penderita penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru, dan asma." Semua kondisi ini disebabkan atau diperburuk polusi udara, tambahnya.
Menindaklanjuti penemuan ini, Aliansi Iklim dan Kesehatan Global (GCHA) meneliti negara mana saja yang memasukkan kualitas udara ke dalam rencana penanganan krisis iklim nasionalnya. Melihat kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC) dari 170 negara, Kolombia dan Mali berada di puncak peringkat NDC Udara Bersih GCHA, mencetak 12 dari 15 poin.
Advertisement