Liputan6.com, Jakarta - Isu perubahan iklim terus mengemuka di tengah kondisi Bumi yang tidak baik-baik saja. Beragam upaya pun dikerahkan berbagai pihak, termasuk menggerakkan generasi muda sebagai penerus bangsa untuk menerapkan green lifestyle.
Dikutip dari siaran pers dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) PPID, Minggu, 29 Oktober 2023, Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (P3E Jawa) Abdul Muin menyebut adopsi green lifestyle tidak hanya bertujuan memperbaiki kualitas hidup individu, tetapi berperan penting dalam mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat ulah manusia terhadap lingkungan.
Advertisement
Pihaknya menggelar kampanye pengendalian perubahan iklim lewat Green Lifestyle bagi generasi muda melalui edukasi lingkungan. Kegiatan tersebut telah berlangsung di Taman Heulang, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 28 Oktober 2023.
Kegiatan ini, dikatakannya, digelar untuk merespons berbagai tantangan perubahan iklim. Maka, penerapan konsep green lifestyle menjadi semakin penting.
Green lifestyle mengacu pada gaya hidup yang berfokus pada keberlanjutan, efisiensi sumber daya, dan kesadaran lingkungan. "Green lifestyle merupakan salah satu langkah awal dalam pengendalian perubahan iklim, melalui adopsi kebiasaan-kebiasaan yang mengurangi jejak karbon dan aktivitas yang ramah lingkungan hidup," tambahnya.
Ia menjelaskan diperlukan peningkatan pengarusutamaan green lifestyle. Hal tersebut untuk menciptakan kesadaran kolektif dan memastikan praktik-praktik berkelanjutan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat dan generasi muda.
"Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terutama generasi muda tentang pentingnya perilaku dan budaya ramah lingkungan untuk pengendalian perubahan iklim," tuturnya.
Memilah Sampah dari Rumah
Gerakan green lifestyle digelar guna memotivasi masyarakat terutama generasi muda untuk aktif berpartisipasi dalam gerakan ramah lingkungan. Sejatinya, pengendalian perubahan iklim bukan hanya tugas pemerintah pusat maupun daerah, tetapi juga membutuhkan kontribusi dan dukungan dari seluruh pihak, termasuk generasi milenial.
Solid Waste Management Consultant Waste4Change, Elma Elkarim mengungkapkan sederet cara yang dapat dilakukan untuk memulai aktivitas memilah sampah dari rumah, yakni:
- Observasi terhadap apa yang bisa dikelola sendiri dirumah dengan yang tidak dan melihat potensi keberadaan aktivitas pendaur ulangan, seperti bank sampah atau pemulung di sekitar tempat tinggal.
- Menyiapkan tempat sampah terpilah yang disesuaikan dengan kemampuan dan observasi aktivitas pendaur ulangan di sekitar, contoh pemilahan terdiri dari sampah organik dan anorganik.
- Ajak anggota keluarga untuk mengetahui dan berlatih memilah sampah.
- Upayakan habiskan makanan untuk mengurangi jumlah sampah organik sisa makanan terbuang dan berakhir di TPA. Jika tidak memungkinkan dan masih memproduksi sampah, lakukan kegiatan mengompos sisa makanan atau buat lubang biopori sehingga sampahnya hancur alami secara aman.
- Daur ulang sampah anorganik, baik ke bank sampah atau fasilitas daur ulang yang tersedia. Pilah juga sampah anorganik sesuai dengan kategorinya, misalnya kertas, kardus, botol plastik, botol kaca, dan sebagainya.
- Evaluasi kegiatan memilah sampah untuk dapat terus memperbaiki kebiasaan ini menjadi lebih sempurna.
Advertisement
Pentingnya Mengurangi Produksi Sampah
Semangat untuk mengelola sampah yang lebih bertanggung jawab juga terus digaungkan Co-Founder Nol Sampah Surabaya Hanie Ismal. Dimulai dengan memilah sampah, yang disebut Hanie, adalah sesuatu yang sangat mudah karena semua sampah ada sumbernya.
"Jadi yang perlu digarisbawahi, sebenarnya adalah prinsip 3R itu memang harus diterapkan, yaitu reduce, reuse, dan recycle," kata Hanie saat dihubungi Liputan6.com pada Rabu, 21 Juni 2023.
Hani menambahkan, selama ini tak sedikit orang baru memikirkan langkah selanjutnya ketika ada timbulan sampah. Yang harus dilakukan, kata Hani, justru cara untuk tidak terlalu banyak menghasilkan sampah.
"Kita harus reduce atau mengurangi tidak menghasilkan sampah. Kalau sudah terlanjur menghasilkan sampah, yang namanya manusia enggak mungkin tidak menghasilkan sampah karena itu adalah hasil dari aktivitas kita," jelasnya
Ia menambahkan, "Pemilahan harus mengetahui jenis-jenisnya. Ada organik, anorganik, B3. B3 rumah tangga pun ada, kalau organik misalkan bisa lakukan dari sumber rumah tangga, setiap golongan pasti ada."
Pengelolaan Sampah Organik
Untuk sampah organik, dikatakan Hanie, adala sampah yang dapat dikomposkan. Jenis sampah ini dapat dihasilkan dari sisa-sisa sayur sehabis memasak.
"Kedua, anorganik, kita menghasilkan sampah plastik, ke mana mengalokasikannya kita harus punya wadah untuk sampah plastik itu, begitu juga kertas, mau dikemanakan, kita harus memilahnya dengan sesuai jenis sudah menyediakan tong atau wadah untuk kertas," katanya.
Hanie menyebut, "Selanjutnya B3 rumah tangga, seperti lampu, baterai, dan lainnya menyediakan wadah untuk pemilahannya. Sering juga yang dihasilkan seperti pembalut, popok bayi dan lain itu harus punya wadahnya. Dengan setiap rumah tangga sudah memilah otomatis akan diposkan akan kemana sampah itu. Kalau sudah minim sampah otomatis kita akan mengurangi tidak menghasilkan sampah."
Hanie menerangkan masalah persampahan di lingkup rumah tangga selama ini tak dikerjakan bersama. "Misalnya, ibunya saja, tidak bisa. Di keluarga ada anak, ibu, ayah itu semua berperan. Saling mengerti dan mendukung," tambahnya.
"Kedua, wadahnya harus terpisah. Fasilitas di rumah harus ada, wadah tidak perlu bagus, tapi gunakan tempat-tempat seadanya di rumah. Ketiga, konsisten kita lakukan. Kalau tidak dilakukan terus menerus akan sulit, kok sulit karena tidak melakukan secara terus, kalau sudah menjadi kebiasaan akan jadi sesuatu yang sangat mudah," ungkapnya.
Advertisement