Liputan6.com, Jakarta Dalam mencegah masalah penglihatan yang bisa berujung pada disabilitas netra Menteri Sosial Tri Rismaharini membangun kerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami).
Strategi multisektor ini juga dilakukan untuk mendorong produktivitas masyarakat.
Advertisement
Diketahui, dalam dua tahun terakhir, tercatat 5.775 orang telah mengikuti operasi katarak gratis yang difasilitasi oleh Kemensos. Capaian ini tak lepas dari peran Perdami.
"Saya terus terang banyak dibantu oleh Perdami. Jadi kami mengadakan (operasi katarak) hampir setiap bulan, nanti bulan depan setelah melihat data akan ada dua lokasi. Tapi setiap bulan kita melakukan operasi katarak dan kami tidak membayar, kami dibantu. Di situ Perdami selalu aktif," kata Risma dalam acara World Sight Day 2023 atau Hari Penglihatan Sedunia di Hotel Claro Makassar, Sabtu, 28 Oktober 2023.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi disabilitas netra global yang dipengaruhi oleh masalah sosial nilainya telah mencapai lebih dari 1 persen. Lebih besar dibanding pengaruh masalah klinis yang kurang dari 0,5 persen, dan masalah masyarakat dengan nilai 0,5 – 1 persen.
Risma mengatakan hal ini bisa jadi karena rasa takut masyarakat untuk memeriksakan matanya hingga ketakutan terhadap biaya pengobatan yang mahal.
Fasilitasi Penyandang Disabilitas Netra agar Tetap Produktif
Di hadapan para dokter umum dan dokter spesialis mata di Sulawesi Selatan, Risma juga menyampaikan upaya pemerintah agar masyarakat yang mengalami disabilitas netra tetap bisa produktif.
Yakni dengan membuat alat berbasis teknologi dan melatih anak muda untuk bisa berkarya.
"Kami buat alat dan melatih mereka sesuai dengan passion mereka, tidak harus mereka menjadi tukang pijat karena sebetulnya sekarang dengan beberapa teknologi itu kan bisa dari teks to voice, itu bisa membantu mereka untuk bisa berkarya," jelas Risma.
Advertisement
Bantuan Lainnya
Kemensos juga telah memberi bantuan beberapa komputer yang bisa mengubah text to voice untuk beberapa lembaga atau yayasan yang menangani anak-anak disabilitas netra.
"Karena itu, saya sekali lagi atas nama pribadi maupun seluruh Kementerian Sosial juga masyarakat yang membutuhkan bantuan terutama untuk penglihatan mata mengucapkan terima kasih sekali,” ucap Risma.
“Upaya ini mencegah mereka agar tidak disabilitas dan kemudian menjadikan mereka produktif," imbuhnya.
Katarak dan Masalah Mata Tak Hanya Dialami Lansia
Mensos menambahkan, ternyata penyakit katarak dan penyakit mata tidak hanya dialami oleh orang tua atau lanjut usia (lansia), tapi bisa terjadi juga pada anak-anak.
Pernyataan ini dibenarkan oleh Ketua Pengurus Pusat Perdami, Budu. Menurutnya, kini banyak anak yang berkacamata dengan minus tinggi.
"Jadi anak-anak kita itu kan ada yang berkacamata minus tinggi dan lain sebagainya. Sejak lahir ada juga faktor-faktor keturunan atau kebiasaan-kebiasaan yang menjadi penyebab mereka butuh bantuan penglihatan melalui kacamata.”
“Nah kalau kita tidak berikan bantuan seperti itu mereka tidak bisa membaca, tidak bisa bergaul, tidak bisa belajar," ungkap Budu.
Data WHO mengungkap, dalam satu menit 12 orang di dunia mengalami kehilangan penglihatan. Di Indonesia, sekitar satu orang kehilangan penglihatan setiap menitnya.
Namun, 80 persen kasus sebetulnya dapat dihindari dengan pencegahan dan pengobatan. Di Sulawesi Selatan, sebanyak 2,6 persen penduduknya mengalami disabilitas netra dan gangguan penglihatan.
"Jadi yang 2,6 persen kebutaan itu terus kita lakukan skrining. Kita mencari orang-orang yang memiliki masalah penglihatan kemudian dilakukan operasi. Maka yang paling penting adalah mencegah mereka agar tidak menjadi disabilitas netra," pungkas Budu.
Advertisement