Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) sedang membangun data klinis atau data medis penduduk melalui genomik dengan pengumpulan sampel DNA. Penggunaan metode Whole Genome Sequencing (WGS) ini dapat melihat pola penyebaran penyakit hingga pertimbangan dalam mencari pengobatan dengan teknologi mumpuni.
Sayangnya, pengembangan genomik yang terimplementasi pada Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) yang diresmikan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menuai polemik, terutama di kalangan dokter. Salah satunya, terkait penyalahgunaan dan kebocoran data.
Advertisement
Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto menyoroti polemik data genomik. Apalagi kekhawatiran kebocoran DNA ini memanas semenjak disusunnya Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan – kini menjadi Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan.
Kontroversi yang bergulir, yakni UU Kesehatan disebut-sebut membuka peluang data DNA dikirim ke luar negeri dan disalahgunakan. Sementara itu, Bab X Teknologi Kesehatan Pasal 334 sampai Pasal 344 UU Kesehatan tertulis bahwa penyelenggaraan biomedis/biobank mengutamakan kerahasiaan dan keselamatan.
Penyimpanan, pemanfaatan biobank ditegaskan wajib menyimpan spesimen dan data di dalam negeri. Data dan informasi juga harus terintegrasi ke dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional.
“Memang data genomik bisa disimpan di luar negeri, tetapi untuk membuka itu membutuhkan izin yang sangat ketat dari Pemerintah,” ujar Edy saat diwawancarai Health Liputan6.com di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, ditulis Senin (30/10/2023).
“Di UU Kesehatan baru ini, ada perlindungan data ya. Tidak semua boleh buka data, lalu negara lain boleh mengambil gitu? Ya bukan begitu.”
Password Dipegang Pemerintah
Perizinan untuk mengakses data genom DNA, Edy mengibaratkan seperti halnya password. Password ini dipegang oleh Pemerintah.
“Istilahnya, password-nya Itu yang pegang kan Pemerintah. Siapa lagi yang mau kita kasih? Siapa lagi kalau enggak Pemerintah,” lanjutnya.
“Yang bilang data kita bisa bocor atau dengan mudahnya dikasih orang asing, tapi dia enggak menyebut bahwa untuk membuka data, akses yang punya Pemerintah. Pelatuknya di Pemerintah. Sistem pengamanan ini yang dikunci di Undang-Undang Kesehatan.”
Kebutuhan genomik bagi Edy Wuryanto sangat penting di masa depan. Teknologi genomik marak dilakukan di berbagai negara maju seperti Amerika dan China, disertai kemajuan pengobatan kedokteran presisi sesuai individu masing-masing.
“Genomik dibutuhkan di masa yang akan datang. Kalau kita enggak masuk ke genomik, nanti kita akan ketinggalan, karena ini teknologi di dalam mengenali pola penyakit gitu lho,” pungkasnya.
Ketakutan Editing dan Proteksi Genom
Kritikan data genomik juga datang dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). IDI mengkhawatirkan, bagaimana kalau sampel genom ditransfer keluar negeri, bagaimana data yang ada, bagaimana kaitannya berbagi (sharing) data, dan membangun kapasitas (capacity building).
Kemudian sosial dan stigma data proteksi. Ini karena di negara lain seperti China melakukan proyek genom dan editing genom. Di China, genom editing dilakukan dan tidak memiliki regulasi yang jelas.
“Bayangkan, itulah yang kita khawatirkan bagaimana nanti biological dan proteksi masyarakat. Harus ada regulasi yang kuat, ayung hukum yang bisa melindungi masyarakat dari penyalahgunaan ini. Masalahnya, di Indonesia kita memiliki regulasi yang tidak adekuat terkait bioteknologi,” jelas Iqbal Mochtar, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dari Departemen Luar Negeri.
“Bandingkan, misalnya di Australia, mereka memiliki tiga undang-undang yang terkait bagaimana melakukan upaya proyek bioteknologi medicine. Yang kita perlukan di sini adalah legislasi regulasi yang sangat adekuat.”
Infrastruktur Dibutuhkan
Ada pula kritikan positif proyek genom disuarakan oleh Inge Sanitasia Kusuma, yang pernah menjabat Direktur Eksekutif Int'l Pharma Manufacturers Group (IPMG) tahun 2022-2023. Ia merespons positif kehadiran Transformasi Kesehatan untuk Indonesia Maju untuk genomik di Indonesia.
Meski begitu, ia menekankan, infrastruktur dan sumber daya perlu dipenuhi. Implementasi dan strategi juga harus didukung dengan kerja sama perusahaan multinasional.
“Saya selalu respek dengan Pak BGS (Menkes Budi Gunadi Sadikin), beliau selalu punya visi dan ambisi. Kalau Pak BGS bilang beliau yakin, rasanya akan kejadian. Cuma rasanya banyak sekali infrastruktur yang dibutuhkan,” ucap Inge saat berbincang dengan Health Liputan6.com beberapa waktu silam.
“Dalam menetapkan atau menentukan ambisi atau visi itu paling penting dan itu sudah dicanangkan. Tapi sekarang implementasinya, strateginya, lalu mengenai misalnya practical plan atau operational plan. Saya sarankan, jangan sendiri, ayo kita rame-rame, ayo perusahaan farmasi multinasional kerja bareng.”
Advertisement
Kumpulkan Data Medis Layaknya Data Demografi
Menkes Budi Gunadi Sadikin pada acara Nahdlatul Ulama (NU) Health Summit 2023 mengakui, inovasi kesehatan berbasis genomik yang termasuk pilar Transformasi Kesehatan bidang bioteknologi kesehatan memang banyak menuai polemik.
Padahal, pilar Transformasi Kesehatan untuk Indonesia Maju ini demi mengumpulkan data medis digital penduduk seperti halnya data demografi. Pemetaan penyakit, deteksi penyakit, dan penelitian untuk menemukan pengobatan presisi dapat dilakukan.
“Yang lagi ramai juga datang genomik. Kita, masyarakat Indonesia punya data demografi, ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), Kementerian Dalam Negeri. Ya itu ada nama, alamat, tanggal lahir, agama, jenis kelamin, segala macam,” terang Budi Gunadi pada Agustus 2023.
“Dan sekarang kita lagi bikin adalah data klinis penduduk, soal hipertensi apa enggak, kolesterol apa enggak, udah pernah divaksin apa enggak. Terus pernah masuk rumah sakit, dia minum obat rutin apa enggak, ini yang akan dibangun.”
Manfaat untuk Keselamatan Masyarakat
Menurut Budi Gunadi, Indonesia perlu maju dalam data genomik lantaran sudah banyak negara maju yang melakukan hal tersebut. Melalui DNA yang akan melihat pola penyakit, dapat mengenali sel mana saja yang mesti dilawan tubuh.
“Nah, sekarang dengan adanya DNA, genomik ini, misalnya kita lihat dinding sel cancer itu begini, dibentuknya begini, DNA-nya atau proteinnya itu kita kasih tahu ke sel ini, bahwa itu musuh, bukan teman, jadi bisa langsung nyerang,” bebernya.
“Maka, enggak akan bisa berkembang cancer. Itu bisa terjadi karena ilmu-ilmu genomik negara maju udah maju. Masa sih, Indonesia enggak masuk ke sana. Malah profesor-profesor bilang, jangan, bahaya ini. Ya kan aneh.”
Teknologi genomik dengan DNA ini, lanjut Menkes Budi Gunadi, termasuk teknologi yang dapat bermanfaat bagi keselamatan masyarakat.
“Teknologi baru yang bisa bermanfaat bagi keselamatan masyarakat. Oleh karena itu, yuk kita kembali ke ilmu ini, kita dikaruniai, dibukakan pikiran manusia oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk lebih mengerti ciptaannya, manfaat untuk kemaslahatan juga,” tutupnya.
Pengamanan Data Berlapis-lapis
Khusus keamanan sampel DNA dalam Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi), Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes RI Lucia Rizka Andalusia menuturkan, masyarakat tak perlu cemas data bocor.
Sebab, keamanan penyimpanan data berlapis-lapis dan akses terbatas (limited access).
“Sebelum menjalankan inisiatif BGSi, kami sudah memikirkan aspek legal, etik, dan keamanan data. Itu sudah menjadi concern kami sejak awal kita melakukan inisiatif. Semua data dan sampel tentunya harus terjaga kerahasiaannya, confidentiality,” tutur Rizka saat sesi KEMENCAST #21 - Kenalan Yuk Sama BGSi pada 22 Juni 2023.
“Sehingga kita melakukan coding terhadap data-data ini tidak bisa terlihat lagi ini punyanya siapa gitu. Untuk melindungi kerahasiaan data pribadi, kita juga kan berlapis-lapis pengamanan datanya. Disimpan di tiga platform berbeda, yakni data penyakit, biomedis, dan biobank.”
Penyimpanan di tiga platform berbeda di atas juga saling berkaitan satu sama lain. Ketika terjadi error di satu platform, maka data di platform lain tetap aman. Platform yang error tersebut otomatis tidak bisa digunakan, sehingga data yang disimpan tak akan bocor.
“Yang berbeda, kalau misalnya ada masalah terhadap satu platform, yang dua platform lainnya aman dan yang platform bermasalah itu tidak bisa digunakan. Selain itu, data tidak mudah diakses,” jelas Rizka.
“Oleh siapa saja yang boleh akses? Orang-orang yang akan mengakses harus mendapatkan otorisasi dan limited access. Maksudnya, orang tersebut diberikan otorisasi hanya untuk spesifik data yang dibutuhkan saja, tidak bisa langsung mengambil semua data.”
Izin Akses oleh Kemenkes RI
Akses terbatas untuk data genomik pun atas izin Kemenkes RI. Kemenkes juga bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk keamanan data.
“Limited access kepada orang yang diberikan otorisasi itu saja yang boleh mengakses datanya. Yang memberikan otorisasi adalah Kementerian Kesehatan,” tambah Rizka.
“Penting kami sampaikan, untuk menjaga keamanan data, penyimpanan data ini, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan BSSN. Kita kan punya lembaga di tingkat nasional yang mempunyai tugas menjaga keamanan data.”
Saat ini, BGSi sebagai implementasi Transformasi Kesehatan untuk Indonesia Maju sudah dilaksanakan di 9 rumah sakit yang menjadi rumah sakit rujukan sekaligus pengampuan nasional. Kesembilan rumah sakit sebagai Hub BGSi, antara lain:
Baca Juga
- RSUPN Cipto Mangunkusumo untuk penyakit metabolik terutama diabetes
- RS Dharmais untuk penyakit kanker
- RS Pusat Otak Nasional untuk penyakit stroke
- RSPI Sulianti Saroso untuk penyakit menular Tuberkulosis (TB)
- RSUP Persahabatan untuk penyakit menular TB
- RS Ngoerah untuk wellness and beauty
- RS Sardjito untuk penyakit genetik/penyakit langka
- RSJPD Harapan Kita untuk penyakit jantung
- RSAB Harapan Kita untuk kesehatan ibu dan anak
Advertisement