Tidak Semua Pasien Kanker Payudara Perlu Mastektomi, Ini Alasannya

Selain tidak memerlukan mastektomi atau pengangkatan payudara, kemoterapi pun tidak diperlukan dalam beberapa kasus kanker stadium awal pada wanita.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Okt 2023, 16:00 WIB
Ilustrasi kanker payudara Foto oleh Anna Tarazevich dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta - Tidak semua pasien kanker payudara memerlukan operasi mastektomi atau pengangkatan payudara, khususnya jika hasil diagnosis menunjukkan kanker masih pada stadium awal. 

Dokter spesialis bedah konsultan onkologi RSUP Fatmawati dr Yadi Permana, SpB (K)Onk mengatakan, jika temuan kanker dalam stadium awal maka bentuk payudara masih bisa dipertahankan.

“Kalau kita temukan kanker payudara dalam stadium awal, bentuk payudaranya bisa dipertahankan,” ucap Yadi di Jakarta, Sabtu (28/10).

Selain tidak memerlukan pengangkatan payudara, menurut Yadi kemoterapi pun tidak diperlukan dalam beberapa kasus kanker stadium awal pada wanita. 

Namun, pemeriksaan medis tetap diperlukan perempuan yang mendapati ada yang janggal pada payudaranya, seperti jika muncul benjolan. Ini karena tidak semua benjolan adalah tumor atau kanker.

Jika hasil pemeriksaan mendis mendapati bahwa benjolan di payudara adalah tumor jinak, operasi yang dilakukan cukup pada pengangkatan tumor dan payudara dapat dipertahankan. 

Yadi menyebut, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Diantara faktor tersebut yakni menstruasi pertama pada usia terlampau muda, melahirkan anak pertama di usia lebih dari 35 tahun, serta gaya hidup tidak sehat seperti sering mengonsumsi alcohol dan rokok. 

Faktor genetika seperti ada anggota keluarga yang mengidap kanker pun jadi faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena kanker.

Yadi kemudian menegaskan, menerapkan gaya hidup sehat, melahirkan anak pada usia di bawah 35 tahun dan menyusui bayi hingga usia 2 tahun adalah hal-hal yang bisa menurunkan risiko kanker payudara.

 


Deteksi Dini

Deteksi dini dan pencegahan risiko juga merupakan langkah penting yang bisa mengurangi potensi kematian akibat kanker payudara dan memperbesar tingkat kesembuhannya.

“Pencegahan dan deteksi dini, dua itulah yang menjadi kunci utama untuk penanganan kanker yang lebih baik,” tegas Yadi.

Data Globocan tahun 2020 menunjukkan jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 65.858 kasus atau 16,6 persen dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesi, dan jumlah kematian akibat kanker tersebut pada 2020 mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus. 

Bulan Oktober diperingati sebagai Bulan Peduli Kanker Payudara guna meningkatkan kesadaran terhadap kanker payudara.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya