Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendidikan Gaza dikabarkan membuat pernyataan bahwa tahun ajaran 2023/2024 telah berakhir. Hal itu terjadi karena seluruh siswa Palestina sudah terbunuh akibat serangan bom Israel terhadap Gaza. Namun kabar yang banyak beredar di media sosial itu ternyata tidak sepenuhnya benar.
Dilansir dari Al Jazeera, 27 Oktober 2023, di Gaza memang sudah tidak ada kegiatan belajar-mengajar terutama di sekolah akibar banyak gedung sekolah yang hancur karena serangan rudal Israel. Tapi tidak semua sekolah hancur.
Advertisement
Masih ada sejumlah gedung sekolah yang kokoh berdiri dan tidak terkena serangan militer Israel, namun fungsinya saat ini menjadi tempat pengungsian atau penampungan warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal dan tidak punya tempat untuk berlindung.
Selain itu, masih banyak anak usia sekolah yang masih hidup, tapi karena alasan keamanan mereka tidak bisa bersekolah. Semua kegiatan pendidikan di Gaza termasuk sekolah-sekolah diliburkan untuk sementara waktu sampai ada pengumuman lebih lanjut.
Sementara itu, dilansir dari Anadolu Ajansi, Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qedra mengatakan, korban Palestina akibat serangan Israel mencapai 7.326 orang dengan di antaranya 3.038 korbannya adalah anak-anak. "Jumlah korban tewas akibat agresi Israel di jalur Gaza telah mencapai 7.326 orang, termasuk 3.038 anak-anak, 1.726 perempuan, dan 414 orang lanjut usia," ungkap Ashraf pada Jumat 27 Oktober 2023 kemarin.
Sementara itu, Defense for Children International-Palestine (DCIP) yang termasuk salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berfokus pada isu anak-anak mengatakan, setiap 15 menit satu anak tewas imbas dari serangan Israel.
Serangan Israel Hancurkan Banyak Gedung dan Rumah
Banyaknya korban dari anak-anak Palestina tersebut diyakini mencuatkan berita Menteri pendidikan Gaza mengumumkan bahwa tahun pelajaran 2023/2024 telah berakhir karena seluruh siswa telah terbunuh. Yang jelas, serangan udara Israel bukan hanya menargetkan pasukan Hamas saja, tapi mereka juga warga sipil yang ada di bangunan lain, seperti gedung, rumah, sekolah, rumah sakit dan toko-toko bahan pangan di Gaza.
Imbas dari serangan yang tiada henti dari Israel membuat teror yang berkepanjangan untuk warga Palestina. Bom yang selalu berjatuhan membuat keadaan di Gaza menjadi abu-abu akibat debu dari rumah yang sekarang sudah menjadi reruntuhan.
Banyak korban berjatuhan dan terkubur di dalam reruntuhan bangunan tersebut. Akibat dari serangan yang tiada henti itu, akses komunikasi dan internet terputus dari Gaza.
Beberapa hari lalu, beredar video kompilasi sejumlah warga Israel, termasuk anak-anak, ikut serta dalam tren TikTok yang mengejek warga Palestina menjamur di dunia maya. Di sederet rekaman berbuah kemarahan publik itu mereka terlihat mengolok-olok penampilan fisik dan penderitaan orang Palestina karena terputusnya pasokan air, makanan, dan listrik.
Video berdurasi 15 detik tersebut diunggah ulang pengguna X, dulunya Twitter, @CensoredMen, memperlihatkan para tiktoker Israel mengenakan busana ala orang Palestina dan menari secara satir, seperti dirangkum New Strait Times, Senin (30/10/2023). Beberapa dari mereka bahkan menirukan gigi patah dengan mewarnai gigi depan mereka.
Advertisement
Video Warga Israel Ejek Warga Palestina
Rekaman lain menunjukkan orang Israel bermain-main dengan listrik. Mereka dengan bebas menyalakan lampu saat warga Palestina tidak dapat menikmati hak serupa. Tindakan ini dinilai bukan hanya mengejek warga Palestina, tapi juga mendoktrin anak-anak dengan melibatkan mereka dalam video-video tersebut.
Salah satu pengguna mengomentari kicauan tersebut dengan mengatakan, "Kejahatan Zionis telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia! Membom seluruh wilayah, membunuh anak-anak, memutus aliran listrik dan air."
"Lalu, berbohong dan mengaku jadi korban! Dan sekarang, mengejek krisis kemanusiaan! Bagian terburuknya? Pemandu sorak Zionis terus bergerak maju!" imbuhnya. Pengguna X lain mengungkap betapa tidak terpengaruhnya ia dengan video tersebut.
Merasa muak dengan video tersebut, pengguna X lain berkomentar, "Menjijikkan. Tidak heran mereka menolak mewawancarai rata-rata Zionis di jalan. Mereka mengatakan semua hal rasis yang tidak diketahui oleh 'juru bicara Israel' yang terlatih di media."
Konten versi Perang Israel-Hamas
Sebelumnya, konten "A Day In My Life" versi perang Israel-Hamas sudah lebih dulu membuat warganet geram. Rekaman viral itu awalnya dibagikan akun TikTok @theisraelbites, yang saat artikel ini ditulis telah mengubah profilnya jadi privat. Namun, video yang dimaksud diunggah ulang banyak akun media sosial, menyertakan keterangan sinis pada perempuan yang diketahui bekerja sebagai pembuat roti tersebut.
Di video tersebut, ia terdengar berkata, "Setelah mendengar terdapat kekurangan besar makanan aman untuk celiac bebas gluten di pangkalan militer di seluruh negeri, kami berkumpul dengan toko roti bebas gluten di Yerusalem untuk memastikan para tentara mendapat cukup makanan."
"Dalam perjalanan menuju toko roti, kota Yerusalem terasa seram dan sepi. Kami segera mulai membuat roti, cookie, dan kue untuk dikirim ke seluruh negeri," imbuhnya. "Terima kasih para relawan yang menawarkan diri mengantar kami."
Si TikToker melanjutkan, "Kami segera memahami bahwa kami kehabisan tepung dan perlu mencari lebih banyak lagi, jika kami ingin dapat terus membuat roti. Bahkan supermarket terbesar di Yerusalem tidak memiliki tepung bebas gluten di raknya, namun syukurlah mereka mengizinkan kami masuk ke gudang, dan kami menemukan apa yang kami butuhkan".
Advertisement