Tren Suku Bunga Tinggi, Begini Nasib Perbankan Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan meskipun di tengah tingkat suku bunga AS yang tinggi, dan keyakinan akan berlangsung lebih lama dari prakiraan semula (higher for longer), industri perbankan Indonesia tetap solid dan resilien.

oleh Tira Santia diperbarui 30 Okt 2023, 14:40 WIB
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan meskipun di tengah tingkat suku bunga AS yang tinggi, dan keyakinan akan berlangsung lebih lama dari prakiraan semula (higher for longer), industri perbankan Indonesia tetap solid dan resilien. (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan meskipun di tengah tingkat suku bunga AS yang tinggi, dan keyakinan akan berlangsung lebih lama dari prakiraan semula (higher for longer), industri perbankan Indonesia tetap solid dan resilien.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, mengatakan kinerja perbankan yang masih solid tersebut ditopang tingkat permodalan (Capital Adequacy Ratio, CAR) yang tinggi sebesar 27,41 persen atau jauh di atas rata-rata CAR negara lain yang berada dibawah 20 persen.

"Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan prudential kita yang konservatif sangat membantu didalam menangani situasi global yang masih ditandai dengan Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA)," kata Dian Ediana Rae dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Oktober 2023, Senin (30/10/2023).

Lebih lanjut, Dian melaporkan bahwa kinerja intermediasi perbankan tetap terjaga dengan pertumbuhan kredit per September 2023 tercatat 8,96 persen yoy menjadi Rp6.837,30 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 11,19 persen yoy.

Ditinjau dari kepemilikan bank, pada Bulan September 2023, Bank Umum Swasta Domestik menjadi kontributor pertumbuhan kredit terbesar yaitu sebesar 12,19 persen yoy, dibandingkan pada Bulan Juni dan Juli 2023 laju pertumbuhan kredit tertinggi dikontribusikan oleh Bank BUMN sebesar 8,30 persen dan 9,81 persen yoy.

Di sisi lain, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada September 2023 tercatat 6,54 persen yoy atau menjadi Rp8.147,17 triliun, dengan Giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 9,84 persen yoy.

Pertumbuhan DPK yang termoderasi antara lain karena meningkatnya konsumsi masyarakat dan meningkatnya kebutuhan investasi korporasi paska pencabutan status pandemi Covid-19.

 


Likuiditas Industri Perbankan

Ilustrasi daftar kode bank. (Photo by vectorjuice on Freepik)

Selanjutnya, likuiditas industri perbankan pada September 2023 dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuditas jauh di atas level kebutuhan pengawasan. Rasio Alat Likuid/NonCore Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) yang meskipun sedikit turun masing-masing menjadi 115,37 persen dan 25,83 persen.

"Namun tetap jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen," ujarnya.

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,77 persen dan NPL gross sebesar 2,43 persen.


Jurus Jitu OJK Minimalisir Fraud

Petugas saat bertugas di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Fraud atau kecurangan bisa terjadi instansi mana saja, termasuk di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, OJK memiliki 4 langkah untuk memitigasi fraud atau kecurangan di internal OJK.

Ketua Dewan Audit merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Sophia Wattimena, mengatakan OJK menerapkan integritas yang tinggi untuk mencegah praktik fraud.

"Baimana caranya OJK memiliki strategi anti fraud itu terdiri dari empat pilar utama," kata Sophia Wattimena dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Oktober 2023, Senin (30/10/2023).Pertama, fraud assesment, yakn identifikasi risiko kecurangan serta mitigasi yang harus melekat terhadap seluruh proses bisnis di OJK.

Langkah kedua, seluruh insan OJK harus wajib menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) sebgaai tanda tangan fakta integritas setiap tahun. Ketiga, OJK memiliki program pengendalian gratifikasi.

Ia menyampaikan, OJK mendorong penerapan dan penguatan Governance, Risk, dan Compliance (Tata kelola, Risiko, dan Kepatuhan) di sektor jasa keuangan melalui penyelenggaraan forum penguatan audit internal dengan industri keuangan non bank, dengan tema penguatan fungsi audit internal di era digitalisasi di Jakarta.

"Kegiatan penguatan governence kepada pemangku kepentingan di wilayah kerja kantor OJK untuk meningkatkan Sinergi dan anggement, seluruh pemangku kepentingan OJK terhadap peningkatan governence yang baik dan penegakan nilai integritas," ujarnya.

 


Upaya OJK

Ilustrasi OJK (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Adapun sampai dengan bulan Oktober 2023 OJK telah mengadakan penguatan governence civitas akademika, industri jasa keuangan, pemerintah daerah, insan OJK dan keluarga di 7 Kota yaitu Ambon, Solo, Medan, Batam, Kendari, Yogyakarta dan Tomohon, dengan jumlah peserta melebihi 7000 orang dan akan diteruskan ke kota-kota lain dalam rangka mengedepankan governance awarenes.

Keempat, OJK juga menerapkan prinsip Knowing your employee, yang merupakan salah satu strategi untuk mencegah, mendeteksi, dan mengatasi terjadinya fraud yang dilakukan oleh pegawai.

"Jadi, kepala kepala satker itu harus melihat atau mengawasi juga pegawai di bawahnya jika ada kelihatan perilaku perubahan agak signifikan. Itu tentunya perlu dilihat kenapanya," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya