Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Djarot Saiful Hidayat menyebutkan alasan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memilih Ganjar Pranowo sebagai capres.
Menurutnya, keputusan Megawati itu lantaran Mega tidak memikirkan keluarganya saja. Diketahui, sebelum keputusan capres PDIP, nama Puan Maharani juga santer menjadi calon kuat bakal capres PDIP.
Advertisement
“Kenapa harus Ganjar? Ibu Mega sudah melewati satu masa, satu fase beliau tidak mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya. Beliau sudah selesai dengan dirinya sendiri. Yang dipentingkan adalah bagaimana masa depan bangsa kita ini,” kata Djarot di kawasan Matraman, Jakarta Pusat, Senin (30/10/2023).
Menurut Djarot, Megawati melakukan analisis panjang sebelum memutuskan nama Ganjar Pranowo. Ia juga menyebutkan, Ganjar dipilih bukan secara karbitan atau secara instan.
“Ganjar Pranowo itu merintis dari sangat bawah, beliau juga ikut pertama kali di dalam membangun membentuk dan mengisi sekolah partai. Kaderisasi. Kemudian ditugaskan di DPR, ini semua penugasan itu dievaluasi terus menerus,“ kata dia.
Akui Gagal dalam Menjaga Ideologi Kader
Diketahui, Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka semula adalah kader PDIP namun kini keluar dan menjadi cawapres Prabowo Subianto.
“Saya gagal, saya bersalah, karena saya ini kan Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi, tigas saya adalah membangun ideologi, membangun kaderisasi, menyiapkan kaderisasi melalui Sekolah Partai,” kata Djarot pada Diskusi di kawasan Matraman, Jakarta Pusat, Senin (30/10/2023).
Padahal, kata Djarot, dalam pendidikan atau sekolah partai, semua kader digembleng terkait disiplin hingga loyalitas.
“Kader itu dididik betul untuk loyal. Loyal terhadap apa? loyal terhadap ideologi, loyal terhadap tujuan negara, dan loyal kepada aturan partai. Loyal. Ketiga ikhlas. Jadi disiplin, loyal, ikhlas,” kata Djarot.
Advertisement
Sikap Gibran Bentuk Pembangkangan
Djarot menegaskan, sikap Gibran adalah bentuk pembangkangan dan ketidakloyalan.
“Saya gagal. Di beberapa hal saya gagal. Termasuk misalnya pembangkangan Mas Gibran, misalnya,” kata dia.
“Tidak ada Loyalitas, tidak ada disiplin, tidak ada ikhlas, tidak ada semua. Saya merasa aduh, rasanya itu, gimana ya, tertusuk duri ya. Prihatin. Ternyata semua nilai yang kita tanamlan di Sekolah Partai, ya mau siapa yang seperti itu hanya demi kekuasaan semata,” sambungnya.
Meski demikian, Djarot mengaku dirinya tak sepenuhnya gagal. Sebab, masih banyak kader yang loyal pada PDIP. Diantaranya Ganjar Pranowo.
“Gagal satu-dua tetapi banyak yang berhasil. Yang berhasil itu Mas Ganjar Pranowo, itu termasuk yang sangat berhasil. Iya dong, karena Mas Ganjar kan pernah dirayu-rayu kan sebelumnya oleh partai yang lain, dia bilang ndak, saya kader PDIP,” pungkasnya.