Studi Microsoft: 75 Persen Karyawan di Indonesia Bakal Kerja Pakai AI

75 persen karyawan di Indonesia akan mendelegasikan pekerjaan mereka sebanyak mungkin dengan teknologi Kecerdasan Buatan atau AI

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 31 Okt 2023, 07:00 WIB
Ilustrasi Fokus Pada Pekerjaan Credit: pexels.com/pixabay

 

Liputan6.com, Jakarta Survei Work Trend Index tahun 2023 yang dilakukan oleh Microsoft mengungkapkan bahwa, 75 persen karyawan di Indonesia akan mendelegasikan pekerjaan mereka sebanyak mungkin dengan teknologi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) untuk meringankan beban kerja mereka.

Salah satu contoh praktik dari pengurangan beban pekerjaan itu adalah ketika seorang direktur atau manajer sales, hendak melakukan analisa untuk mengambil keputusan tentang suatu harga pada barang/jasa.

"Dengan (menggunakan) Generative AI saya bisa memperoleh data dan rekomendasi sehingga saya bisa mengambil keputusan dengan cepat, dan harapannya dengan lebih akurat," ujar President Director Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir dalam kegiatan Microsoft Media Gathering 2023 di Bursa Efek Indonesia, ditulis Selasa (31/10/2023).

Survei Microsoft Work Trend Index 2023 juga menunjukkan, sebanyak 4 dari 5 pekerja di Indonesia merasa nyaman menggunakan AI tidak hanya untuk tugas administratif (84 persen) namun juga pekerjaan analitis (87 persen) dan aspek kreatif dari peran mereka (88 persen).

Adapun laporan “Dampak Ekonomi AI Generatif: Masa Depan Pekerjaan di Indonesia” yang memprediksi AI Generatif berpotensi membuka kapasitas produksi sebesar USD 243,5 miliar atau setara Rp 3,8 kuadriliun pada perekonomian Indonesia.

Angka itu setara dengan 18 persen PDB Indonesia pada tahun 2022 lalu.

 


Lebih Efisien

Ilustrasi kerja dari rumah. (dok. Unsplash.com/Corinne Kutz @corinnekutz)

“Generasi baru AI, yakni AI Generatif, membantu kita untuk berinteraksi dengan data dalam cara-cara baru. Mulai dari merangkum teks, mendeteksi anomali, hingga mengenali gambar. Antarmukanya yang berbentuk natural language memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan teknologi ini menggunakan bahasa sehari-hari, dan kemampuannya sebagai reasoning engine membantu kita mengidentifikasi pola serta menarik insights secara jauh lebih cepat," jelas Dharma dalam keterangan terpisah di Jakarta, Senin (30/10).

Kombinasi kedua kapabilitas tersebut memungkinkan setiap orang dan organisasi untuk memiliki copilot-nya sendiri; mencetuskan kreativitas, mengakselerasi penemuan, dan meningkatkan efisiensi.

"Ketika dimanfaatkan secara bertanggung jawab, seluruh hal ini akan berdampak positif pada perekonomian," ucapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya