Ringgit Malaysia Ambrol, Nyaris Sentuh Level Terendah Sejak 1998

Ringgit Malaysia telah berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, jatuh hampir 8 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tahun ini.

oleh Septian DenyNatasha Khairunisa Amani diperbarui 03 Nov 2023, 17:08 WIB
Ringgit Malaysia telah berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, jatuh hampir 8 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tahun ini. (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta Selain Rupiah, Ringgit Malaysia kini menjadi salah satu mata uang di Asia Tenggara yang mengalami pelemahan.

Mengutip Bloomberg, Selasa (31/10/2023) Ringgit Malaysia telah berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, jatuh hampir 8 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tahun ini.

Pekan lalu, Ringgit Malaysia turun menjadi 4,7958 per dolar AS, menandai nilai terlemah dalam lebih dari 25 tahun.

Penembusan titik terendah tahun 1998 di 4,8850 per dolar akan membawanya ke rekor terendah.

Investor Ringgit Malaysia kini berharap bank sentral negara tersebut akan mengambil tindakan untuk mendukung Ringgit.

Hal ini membuat keputusan kebijakan Bank Negara Malaysia (BNM) pada hari Kamis menjadi fokus, terutama setelah bank sentral Indonesia (BI) dan Filipina baru-baru ini menaikkan suku bunga untuk mendukung mata uang mereka.

Meskipun Bloomberg Economics memperkirakan tidak ada perubahan dalam suku bunga kebijakan BNM, beberapa analis memperkirakan bank sentral akan mengumumkan langkah-langkah lain untuk menyelematkan Ringgit.

“Mungkin ada beberapa kebingungan yang menunjukkan bahwa BNM mewaspadai pergerakan Ringgit yang menyimpang terlalu jauh dari fundamental dan bersifat spekulatif," kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd di Singapura.

BNM juga diprediksi dapat memberlakukan beberapa batasan sementara pada posisi valas, dan insentif untuk memarkir deposit valas dan investasi masuk, katanya.

Suku Bunga 

Sejak bulan Juli 2023, BNM telah mempertahankan suku bunga utama sebesar 3 persen. Langkah ini menempatkannya pada rekor diskon relatif terhadap batas atas suku bunga Fed Funds, yang membuatnya kurang menarik bagi investor berbasis dolar untuk membeli aset-aset dalam mata Ringgit.

"(Bagi Malaysia) sejumlah faktor mendukung penahanan tersebut, termasuk inflasi yang kembali mendekati rata-rata jangka panjang," menurut Tamara Henderson, ekonom Asia Tenggara di Bloomberg Economics.

"Kenaikan suku bunga tidak akan mengubah sentimen Ringgit. Namun, hal ini akan menambah hambatan pertumbuhan akibat kebijakan fiskal (Malaysia) yang lebih ketat dan melemahnya permintaan global," tambah dia.

 


Suku Bunga BNM

Ilustrasi Ringgit Malaysia (dok. Pixabay.com/Squirrel_photos/Putu Elmira)

Namun, dengan nilai Ringgit yang mendekati titik terendah sepanjang masa, kenaikan suku bunga tidak dapat dikesampingkan, kata Henderson.

United Overseas Bank mengatakan dalam sebuah catatan bahwa kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin tidak akan cukup untuk menutup kesenjangan suku bunga dengan AS dan meningkatkan kepercayaan terhadap Ringgit, dengan perbedaan kebijakan saat ini sebesar 250 basis poin.

BNM sendiri sementara itu telah menjaga ketat likuiditas dengan menjual surat utang untuk mendukung mata uang dan suku bunga antar bank negara tersebut telah meningkat ke level tertinggi sejak Februari.

Gubernur BNM Abdul Rasheed Ghaffour, pekan lalu mengatakan bahwa pihaknya tetap berkomitmen untuk memastikan penyesuaian ringgit secara tertib dan bisnis terus difasilitasi.


Malaysia Bakal Cabut Subsidi Ayam Mulai 1 November 2023, Ini Alasannya

Pekerja memilih telur ayam di salah satu agen di Jakarta, Selasa (14/3/2023). Kenaikan sejumlah harga komoditas pangan salah satunya telur ayam merupakan kondisi yang terjadi setiap tahunnya atau menjelang Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN). (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Malaysia akan mencabut subsidi dan pengendalian harga ayam mulai Rabu, 1 November 2023. Pemerintah Malaysia pun siapkan langkah sebagai antisipasi dampak pencabutan subsidi dan harga ayam.

Dikutip dari Straits Times, Selasa (31/10/2023), Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Mohamad Sabu menuturkan, keputusan mencabut subsidi mempertimbangkan tren pasokan saat ini dan harga yang sudah mulai stabil.

“Sejalan dengan pendekatan penargetkan ulang subsisi secara bertahap, pemerintah telah sepakat subsidi dan pengendalian harga hanya untuk ayam akan dihentikan sepenuhnya mulai 1 November,” ujar Datuk Seri Mohamad.

Ia menambahkan, alasan penghentian subsidi ayam dalam jumlah besar adalah untuk kurangi kebocoran subsidi yang saat ini juga dinikmati oleh asing dan kelompok berpenghasilan tinggi.

Harga tertinggi saat ini untuk standar ayam olahan RM9,40 per kilogram (kg) (sekitar Rp 31,34 ribu, asumsi Ringgit Malaysia terhadap rupiah 3.334,68).

Mohamad menuturkan, kementerian akan memantau harga ayam untuk memastikan unggas akan dijual dengan harga yang wajar. Pihaknya akan bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan Dalam Negeri.

Ia menuturkan, langkah-langkah intervensi dilakukan jika terjadi lonjakan harga ayam setelah batas harga dicabut.

“Oleh karena itu kementerian memperluas Jualan Rahmah dan Madani Agro Sales di seluruh negeri untuk memasok ayam dengan harga terjangkau,” ujar Mohamad.

Ia merujuk pada dua program pemerintah yang dicanangkan untuk meringankan dampak tingginya biaya hidup masyarakat.

Jualan Rahmah menawarkan lusinan bahan makanan antara lain telur dan minyak goreng dengan harga lebih rendah dari harga pasar.

Sedangkan Madani Agro Sales memungkinkan petani dan nelayan untuk menjual produknya langsung ke konsumen untuk membantu mengatur harga sekaligus menambah pendapatan produsen.

“Kami telah bertemu dengan pelaku industri melalui sesi pertemuan pada 22 Oktober 2023, dan memberikan komitmen harga ayam tidak akan naik signifikan,” kata Mohamad.

Ia juga berpesan kepada masyarakat untuk tidak panic buying karena peningkatan permintaan dapat berdampak pada kenaikan harga. “Kami akan standby, jika diperlukan, segera impor ayam,” tutur dia.

Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya