Presiden Afrika Tengah Dikudeta, Pemberontak Kuasai Istana

Kelompok pemberontak di Afrika Tengah berhasil menguasai Ibukota Bangui, setelah melalui pertempuran panjang.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 25 Mar 2013, 09:17 WIB

Kelompok pemberontak di Afrika Tengah berhasil menguasai Ibukota Bangui, setelah melalui pertempuran panjang dengan tentara pemerintah. Kini Presiden Republik Afrika Tengah Francois Bozize melarikan diri dari Istana.

"Koalisi pemberontak Seleka mengambil alih Istana setelah terjadi kekacauan besar dan penjarahan di ibukota," kata saksi mata yang juga warga Ibukota Bangui, seperti dilansir BBC, Senin (25/3/2013).

Pemberontakan mulai memanas sejak Desember 2012. Kelompok oposisi menyebut Presiden Bozize gagal menjaga kesepakatan damai. Alhasil, kerusuhan meletus pada Minggu 24 Maret. Tentara pemerintah tak kuasa menahan gempuran pemberontak di ibukota.

Sekretaris Jenderal Seleka Justin Kombo Moustapha meminta masyarakat untuk tetap tenang dan menerima revolusi. "Selamat datang di revolusi Seleka, Republik Afrika Tengah baru saja memulai sejarah baru," seru Moustapha.

Petinggi Seleka lainnya, Nelson Ndjadder menyatakan, Afrika Tengag sekarang harus bertransisi menuju pemilu yang demokratis. "Dengan pengambilan Bangui dan kaburnya Bozize, tujuan utama dari perjuangan kami telah terealisasi," ujar Ndjadder.

Sementara, juru bicara pemberontak yang berbasis di Paris, Eric Massi mengatakan, para pemberontak telah mengamankan kamp Bangui dan militer telah menyebarkan ke seluruh ibukota . "Ini bertujuan untuk memulai operasi keamanan dan mencegah penjarahan," kata Eric.

Bozize mulai terkenal di Afrika Tengah pada masa pemerintahan diktator Jean-Bedel Bokassa -- yang menjuluki dirinya sebagai Kaisar Bokassa. Kemudian Bozizie terpilih menjadi presiden.

Akan tetapi Bozize gagal berlaku adil atas kekuasaannya. Pemilu 2011 yang kembali memenangkan Bozize dinilai curang. Pemberontakan pun meletus sejak itu. (Riz)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya