Liputan6.com, Gaza - Relawan MER-C di Gaza, Fikri Rofiul Haq, mengungkap situasi terkini dari Jalur Gaza yang terdampak perang Israel-Hamas. Lewat laporannya, terungkap bahwa ruang jenazah RS Indonesia tidak lagi bisa menampung jenazah.
"Sampai detik ini ruang jenazah RS Indonesia tidak bisa menampung jenazah-jenazah yang setiap harinya, bahkan setiap jamnya terus berdatangan. Setiap hari anggota keluarga korban mengambil kerabat serta keluarga mereka dan langsung menyolatkan di depan kamar jenazah, dan langsung dibawa dengan kendaraan seadanya untuk dimakamkan," ujar Fikri dalam program Liputan6 Update edisi Rabu (1/11/2023).
Advertisement
Fikri melaporkan, sudah lebih dari ribuan orang tewas dan luka-luka dirawat di RS Indonesia di Gaza. RS Indonesia juga menampung lebih dari 2.000 orang yang mengungsi. Namun, kurangnya pasokan obat-obatan dan perlengkapan medis menjadi tantangan besar di sana.
"Tercatat sampai saat ini lebih dari 1.000 korban jiwa dan lebih dari 3.000 korban luka-luka dilarikan ke RS Indonesia. Di antara korban luka-luka tersebut, 200 diantaranya masih menjalani rawat inap, dan RS Indonesia menampung lebih dari 2.000 warga yang mengungsi ke RS Indonesia. Mereka memadati lorong-lorong tangga dan halaman RS," papar Fikri.
Selain itu, Fikri juga mengungkap adanya pembantaian massal yang terjadi di Pasar Muaskar, hanya beberapa langkah dari Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
"Terjadi pembantaian massal di Pasar Muaskar yang berada tidak jauh dari RS Indonesia, akibatnya banyak sekali korban jiwa yang dilarikan ke RS Indonesia dan korban luka-luka yang terus dilarikan ke RS Indonesia," ujar Fikri.
MER-C Menghadapi Serangan Intensif dan Memastikan Akses Kemanusiaan di Jalur Gaza
Dalam peperangan yang terjadi, pihak militer Israel dianggap melanggar peraturan internasional dengan menyerang fasilitas-fasilitas umum, seperti rumah sakit. Fikri Rofiul Haq mengungkap bahwa Rumah Sakit Indonesia di Gaza menjadi salah satu sasarannya.
"Pada Sabtu, 7 Oktober, di awal peperangan, agresi Israel, drone milik mereka menargetkan mobil operasional MER-C yang terparkir di depan wisma, akibatnya mobil hangus terbakar, dan satu pekerja MER-C lokal meninggal, dan merusak satu ambulans yang terparkir di area RS Indonesia," ungkap Fikri.
Fikri juga menuturkan adanya serangan dari militer Israel ke RS Baptis Al-Ahli Arab yang menewaskan 500-700 korban jiwa.
"RS Baptis Al-Ahli Arab juga turut menjadi sasaran militer Israel yang menewaskan 500-700 korban jiwa, dan ratusan lainnya luka-luka, tercatat 85 medis meninggal dalam agresi Israel serta 20 wartawan meninggal, dan 25 ambulans mengalami kerusakan, dan fasilitas-fasiltas umum lainnya seperti gereja dan perkantoran, termasuk kantor-kantor internet yang berada di Jalur Gaza," jelas Fikri.
Dengan adanya serangan tersebut, Fikri mengatakan jaringan internet di Jalur Gaza banyak yang terputus.
Advertisement
Relawan Tinggal di Basement RS, Menjangkau Jaringan Internet
Saat ini, relawan dari MER-C berjuang untuk memberikan bantuan dan perlindungan bagi warga yang terdampak. Mereka tinggal di wisma dr. Joserizal atau wisma Indonesia, yang berjarak hanya 2,5 km dari perbatasan Israel.
Namun, serangan intensif dari pihak militer Israel beberapa hari lalu memaksa relawan MER-C berlindung di basement RS Indonesia, menyebabkan kerusakan yang signifikan.
"Beberapa hari lalu kami tinggal di basement RS Indonesia karena serangan-serangan dari pihak militer Israel yang sangat intens sekali menyerang Jalur Gaza utara, sehingga membuat banyak sekali kerusakan, baik di wisma maupun di RS Indonesia, banyak sekali plafon-plafon yang runtuh, sehingga membuat banyaknya kabel-kabel terputus," ungkap Fikri.
Fikri juga mengungkapkan alasan para relawan tinggal di basement RS Indonesia, yaitu agar bisa menjangkau jaringan internet.
"Semenjak awal peperangan, wisma dr. Joserizal terputus dari jaringan internet, dan listrik pun hanya menyala di lantai 1 saja. Sedangkan lantai 2 dan 3 sampai saat ini belum mendapatkan aliran listrik," ujar Fikri.
Serangan Udara dan Pertempuran Darat di Gaza
Fikri menjelaskan situasi di Jalur Gaza yang semakin memburuk seiring berlanjutnya serangan udara dan artileri yang menyebabkan kerusakan besar terhadap fasilitas medis dan penginapan bagi tim MER-C Indonesia.
"Serangan jet tempur milik Israel seringkali menargetan di depan RS Indonesia, contohnya pada Senin, 9 Oktober, jet tempur menargetkan pasar yang berada di Kamp Pengungsian Jabalia, yang berjarak 3 menit saja dari RS Indonesia," tutur Fikri.
Menurut laporan tersebut, serangan itu telah menelan 50 korban jiwa yang meninggal seketika, banyak dari mereka adalah anak-anak dan perempuan. Seluruh korban meninggal dan korban luka-luka dilarikan ke RS Indonesia.
Selain itu, Fikri mengungkapkan bahwa pertempuran darat di perbatasan Jalur Gaza juga masih terdengar.
"Kami juga masih terus mendengar pertempuran darat di perbatasan Jalur Gaza, di mana suara-suara peluru yang ditembakkan baik dari pejuang Palestina dan militer Israel terdengar jelas di tempat kami berada saat ini, dan juga tank-tank Israel berada di perbatasan timur Jalur Gaza, seringkali menembakan misil-misilnya ke gedung-gedung milik warga," ungkap Fikri.
Fikri juga menuturkan bahwa warga Gaza menghadapi krisis serius dalam hal pasokan pangan, air bersih, dan listrik. Bantuan kemanusiaan, terutama obat-obatan, telah menjadi kebutuhan mendesak. RS di Jalur Gaza terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan pasien akibat keterbatasan obat-obatan yang tersedia.
"Mereka saat ini membutuhkan makanan serta air bersih dimana saya bisa melihat mereka mengantri berjam-jam untuk mendapatkan beberapa roti saja, karena banyak pabrik roti juga yang dibom oleh pihak militer Israel, tercatat yang saya ketahui 5 pabrik bahan pangan sudah hancur dibom oleh Israel," jelas Fikri.
Fikri dan para relawan MER-C di Gaza berharap agar peperangan cepat berakhir, dan gerbang-gerbang pintu Rafah segera dibuka, agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Jalur Gaza.
Advertisement
Upaya Indonesia dalam Mewujudkan Gencatan Senjata dan Membantu Korban di Jalur Gaza
Sejak awal konflik antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza, Indonesia telah memberikan dukungan kuat terhadap Palestina. Selain memberikan dukungan kepada warga Palestina, Indonesia juga turut menyerukan upaya gencatan senjata antara kedua belah pihak yang terlibat dalam konflik.
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya diplomatik, termasuk mendesak Israel untuk melakukan gencatan senjata melalui pendekatan di Dewan Keamanan PBB dan melalui sidang majelis umum PBB. Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, juga telah aktif berkomunikasi dengan berbagai organisasi internasional.
Menlu Retno telah berdialog dengan hampir seluruh menteri luar negeri dari negara-negara Arab, Amerika Serikat, dan negara-negara barat lainnya untuk mendesak tercapainya gencatan senjata.
Tindakan tersebut dilakukan dalam upaya mengatasi masalah kemanusiaan yang melanda warga sipil yang terdampak oleh konflik antara Israel dan Hamas.
Saat ini, laporan menyebutkan bahwa penyakit kolera sedang menyebar di tengah masyarakat sipil Gaza karena kesulitan dalam mendapatkan bantuan medis dan makanan yang layak bagi warga yang terdampak perang.