Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perkembangan terbaru seputar harga beras, yang mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir imbas pembatasan ekspor dari sejumlah negara dan fenomena El Nino.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengungkapkan bahwa kenaikan harga beras tertinggi terjadi di tingkat penggilingan.
Advertisement
“Harga beras di penggilingan pada Oktober 2023 meningkat sebesar 3,31 persen secara month-to-month dan meningkat sebesar 29,24 persen secara year on year,”ungkap Pudji dalam rilis BPS yang disiarkan pada Rabu (1/11/2023).
Sementara harga beras grosir pada bulan Oktober 2023 meningkat sebesar 2,13 persen secara month-to-month dan 21,64 persen secara year-on-year.
“Kemudian harga beras eceran pada bulan Oktober 2023 juga meningkat sebesar 1,72 persen secara month-to-month dan sebesar 19,12 persen secara year-on-year,” bebernya.
Harga Beras Global
Pudji menyoroti kembali harga beras global uang meningkat tajam sejak Juli 2023 akibat dari dampak El Nino
Mengacu pada informasi BMKG, El Nino masih bertahan pada level moderat di Oktober 2023 ini, katanya.
”Dapat kita lihat pada jajaran peta yang membandingkan kondisi curah hujan tahun ini dan tahun lalu dari bulan Mei sampai Oktober terlihat bahwa warna coklat pada peta bagian bawah menandakan curah hujan yang rendah. Ini tergambar sejak Juni 2023 sejalan dengan kondisi El Nino yang memasuki level moderat pada saat itu,” katanya.
BMKG dan beberapa pusat iklim dunia memprediksi El Nino terus bertahan pada level moderat hingga Februari 2024 dengan tren yang terus menurun sejak Oktober 2023.
Harga Beras Jadi Biang Kerok Inflasi Oktober 2023
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Oktober 2023 mencapai 0,17 persen secara month to month (mtm). Angka inflasi ini lebih tinggi dari September 2023 sebesar 0,19 persen.
"Namun, inflasi Oktober lebih tinggi secara year on year (yoy) mencapai 2,56 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/11/2023).Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi Oktober 2023 terbesar disumbangkan oleh sektor transportasi sebesar 0,55 persen. Atau dengan andil 0,07 persen.
Kemudian, komoditas beras tercatat sebagai komoditas terbesar penyumbang inflasi Oktober sebesar 1,72 persen, dengan andil inflasi sebesar 0,06 persen. Disusul komoditas cabai rawit dengan andil inflasi 0,03 persen, dan tarif angkutan udara 0,02 persen.
"Beras merupakan penyumbang inflasi terbesar secara tiga bulan berturut-turut (Agustus-Oktober) mencapai 1,72 persen," tegas Pudji.
Pudji menyebut, inflasi akibat harga beras masih terjadi di sebanyak 82 kota. Namun, 2 kota lainnya mengalami deflasi dan 1 kota lainnya mencatatkan stabil.
Advertisement
Keluhan Masyarakat
Diberitakan sebelumnya, sejumlah konsumen mengeluhkan harga beras yang masih terus mengalami kenaikan di Kota Serang, Banten. Konsumen tersebut berharap pemerintah dapat segera menurunkan harga bahan pokok tersebut.
Salah seorang konsumen, Muhammad Somi mengatakan, harga beras terus mengalami kenaikan setiap harinya. Sedangkan beras ini menjadi makanan pokok yang dikonsumsi setiap harinya.
"Berharap pemerintah cepat mengatasi hal ini, karena ini sangat memberatkan kami, kaum ibu rumah tangga. Kasihan juga rakyat kecil, bisa tidak makan karena tidak dapat membeli beras," ujarnya.
Sementara itu, penjual beras di Pasar Induk Rau, Bahrudin mengungkapkan, harga beras saat ini untuk kualitas medium Rp15.000 per kilogram dari sebelumnya hanya Rp13.000 per kilogram.
Sedangkan untuk beras kualitas sedang berada pada kisaran Rp14.000 per kilogram dari sebelumnya Rp12.000 per kilogram, dan kualitas standar Rp13.000 per kilogram dari sebelumnya hanya Rp10.000 per kilogram.