Liputan6.com, Jakarta - Gen Z tidak bermimpi menemukan pekerjaan yang sempurna untuk orang lain. Sebaliknya, menurut laporan baru dari Samsung dan Morning Consult, semakin banyak generasi muda yang mencari work life balance di luar batasan pola hidup jam kerja nine-to-five, membuat 50% Gen Z bercita-cita menjadi wirausaha atau memulai bisnis laporan mereka sendiri.
Laporan tersebut yang telah mensurvei lebih dari 1.000 Gen Z berusia 16 hingga 25 tahun, mengungkapkan bahwa generasi muda semakin kecewa dengan angkatan kerja tradisional, mendambakan banyak fleksibilitas dan peluang untuk membuat perbedaan di dunia.
Advertisement
Banyak yang melihat bahwa menjadi wirausaha merupakan karir yang paling mudah diakses untuk mencapai semua hal tersebut.
“Ketika ada obrolan online tentang kewirausahaan sebagai jalur karir alternatif meningkat selama pandemi, minat Gen Z untuk menjadi bos bagi diri mereka sendiri juga meningkat,” kata Ann Woo, kepala kewarganegaraan korporat di Samsung Electronics Amerika.
“Apa yang tadinya tampak seperti satu-satunya jalan, yaitu mendapatkan pekerjaan penuh waktu, kini telah terbagi menjadi banyak hal. Gagasan untuk mempelopori karir yang saya rancang dan memiliki semua elemen yang saya inginkan merupakan sumber motivasi dan pemberdayaan yang kuat, yang menurut saya unik bagi Gen Z dibandingkan generasi sebelumnya," kata dia.
Meningkatnya popularitas platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube telah menciptakan kelas wirausaha baru yang disebut “kreator”, sebuah kelompok yang mencakup freelancer, pelatih bisnis, gamer, dan profesional lainnya yang berbagi dan memonetisasi keahlian mereka di platform ini.
“Gen Z sebagai generasi yang “sangat online”, dengan cepat menyadari bahwa segera setelah memulai produksi konten yang menarik followers, bisa mendapatkan bayaran dan menjadi sebuah bisnis,” tambah Woo.
Ekonomi Kreator Baru
Corporate Natalie, bintang TikTok berusia 26 tahun yang terkenal karena videonya yang memberikan persepsinya tentang budaya kerja, berhenti dari pekerjaannya di bidang teknologi untuk menjadi konten kreator full time pada Juli 2022.
Natalie, yang hanya menggunakan nama depannya di depan umum, mengatakan bahwa ia selalu dikelilingi oleh wirausaha yang tumbuh di SIlicon Valley, tetapi tidak membayangkan menjadi seorang wirausaha sampai ia memposting TikTok pertamanya pada November 2020.
Ia baru menghabiskan satu tahun di kantor sebelum pandemi yang memaksanya bekerja dari rumah. Tiba-tiba, ketika natalie sedang makan, tidur, dan bekerja dari ruangan di apartemennya di San Fransisco, ia memutuskan untuk beralih secara online.
“Saya menelusuri TikTok sepulang kerja suatu hari dan melihat semua konten kreator sukses di platform ini, dan saya berpikir, ‘mengapa bukan saya? mengapa saya tidak bisa melakukan ini?’” katanya.
Tiga tahun kemudian, Natalie memiliki lebih dari 500.000 followers di platform tersebut.
“Jelas saya menyukainya.” Katanya. “Otonomi untuk mengontrol jadwal saya sendiri atau memilih untuk bekerja dari jarak jauh sungguh menyenangkan.”
Namun, ia menambahkan “kenyataannya dalam kewirausahaan adalah sangat sulit untuk membangun sesuatu dari awal.” Natalie mengatakan ia menyeimbangkan pekerjaan sampingannya di TikTok, seperti kesepakatan merek, keterlibatannya sebagai pembicara, dan sumber pendapatan lainnya. Dengan pekerjaan penuh waktunya selama hampir dua tahun sebelum ia merasa siap untuk meninggalkan jaring pengaman karir tradisional.
“Pada dasarnya, saya sangat menghindari risiko, jadi saran saya kepada konten kreator lain adalah untuk selalu memastikan bahwa kamu telah memikirkan secara matang keuangan dan kenyataan tentang bagaimana rasanya menjalani kesepakatan merek atau hidup dari dana yang dikumpulkan dari investor,” katanya. “Kamu mungkin harus mengubah gaya hidup dan melakukan pengorbanan lain untuk memenuhi atau membangun sesuatu yang kamu yakini.”
Advertisement
Bagaimana pemikiran dan Perilaku Gen Z Mempengaruhi Pilihan Karir Mereka
Penelitian lain menunjukkan bahwa Gen Z mungkin lebih cenderung memulai bisnis sendiri karena mereka memandang dunia secara berbeda.
Pada bulan Mei, ZenBusiness, sebuah platform online yang membantu orang-orang meluncurkan dan mengelola bisnis mereka sendiri, mensurvei 1.000 Gen Z berusia 18 hingga 25 tahun. Lebih dari separuh responden menggambarkan diri mereka sebagai orang dengan neurodiversity lebih penting dari keuntungan dalam kewirausahaan dibandingkan karir tradisional.
Generasi Z juga terdorong untuk berwirausaha “karena ketidaksabaran yang cukup,” kata Woo. “Mereka tidak ingin menunggu untuk naik jabatan di perusahaan atau diakui sebagai ‘pemimpin pemikiran’ di industri mereka untuk memberikan dampak positif dan terukur melalui karir mereka. Jika kamu ingin memiliki semua alat untuk menyuarakan pendapat kamu dan mengejar impian, mengapa menundanya?”