Liputan6.com, London - Aktris dan aktivis Angelina Jolie memberikan simpati kepada rakyat Gaza yang sedang dibombardir Israel serta mengkritik para pemimpin dunia yang gagal mendamaikan situasi. Jolie berkata Gaza bisa menjadi kuburan massal.
Melalui postingan di Instagram, Angelina Jolie berkata ada kesengajaan ketika mengebom para populasi Gaza yang terjebak. Ia juga menyorot bahwa situasi Gaza sudah seperti di penjara.
Advertisement
"Gaza telah menjadi penjara udara terbuka selama nyaris dua dekade dan sedang menjadi kuburan massal. 40 persen yang tewas adalah anak-anak tak berdosa. Seluruh keluarga sedang dibunuh," ujar Angelina Jolie pada Rabu (1/11).
Angelina Jolie berkata jutaan rakyat Palestina sedang dihukum secara kolektif dan mengalami dehumanisasi, serta kekurangan makanan dan obat-obatan.
Aktris senior itu tidak menyebut nama Israel di postingannya.
Angelina Jolie yang aktif di ranah kemanusiaan juga menyindir para pemimpin dunia yang dinilai gagal membawa gencatan senjata, terutama negara yang memblokir resolusi Dewan Keamanan PBB.
"Dengan menolak menuntut gencatan senjata kemanusiaan dan memblokir Dewan Keamanan PBB untuk menerapkan hal itu kepada kedua belah pihak, para pemimpin dunia turut bersalah atas kejahatan-kejahatan itu," tegas Angelina Jolie tanpa menyebut nama negara.
Sebelumnya, Amerika Serikat memblokir resolusi DK PBB. Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield berkata resolusi tersebut tidak mengecam Hamas. Sementara, Perdana Menteri UK Rishi Sunak juga menolak adanya gencatan senjata.
Perempuan Palestina Terpaksa Melahirkan Secara Caesar Tanpa Anestesia
Sebelumnya dilaporkan, perempuan Palestina terpaksa menjalani operasi caesar dalam kondisi sadar tanpa obat pereda nyeri. Peringatan itu disampaikan oleh badan amal internasional ActionAid di tengah pengeboman hebat Israel di Jalur Gaza.
"Setiap hari kami mendengar dokter-dokter melahirkan bayi dari perempuan yang sekarat. Ini adalah bencana besar," ungkap ActionAid, seperti dilansir The Guardian, Rabu (1/11/2023).
Situasi rumah sakit-rumah sakit di utara Gaza, sebut ActionAid, sangat genting. Rumah Sakit Al-Quds dan Rumah Sakit Al-Shifa disebut sudah tidak menerima pasokan bantuan sama sekali.
"Kekacauan dan kengerian yang terjadi di Gaza berdampak buruk pada perempuan," kata spesialis gender dan advokasi ActionAid yang berbasis di Ramallah Soraida Hussein-Sabbah.
ActionAid juga mengungkapkan bahwa pihaknya sangat prihatin terhadap kurangnya air bersih dan kondisi kebersihan yang berkontribusi terhadap meningkatnya penyakit, serta kemunduran serius dalam kondisi kehidupan di seluruh wilayah Palestina.
"Sedikit bantuan yang 'menetes' ke Gaza nyaris tidak menyentuh sisi krisis kemanusiaan yang sedang terjadi," kata kelompok itu.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric menuturkan bahwa 33 truk yang membawa air, makanan dan pasokan medis memasuki Gaza melalui Rafah pada Minggu (29/10). Bahkan, jumlah tersebut sangat jauh dari mendekati cukup.
Pasalnya, sebelum perang Hamas Vs Israel terbaru sejak 7 Oktober yang memicu blokade total Israel, terdapat sekitar 500 truk yang membawa bantuan dan barang-barang kebutuhan lainnya ke Gaza setiap hari.
Sementara itu, hingga Selasa (31/10), otoritas kesehatan Gaza mengumumkan bahwa total korban tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober mencapai 8.525 orang, termasuk 3.542 anak-anak.
Advertisement
Menlu Retno: Perbatasan Rafah Dibuka, Proses Evakuasi WNI dari Gaza Kemungkinan Mulai Hari Ini
Menteri Luar Negeri (Menlu RI) Retno Marsudi mengatakan bahwa proses evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Gaza kemungkinan dilakukan hari ini. Proses evakuasi dilakukan lewat Perbatasan Rafah, satu-satunya akses keluar dari Gaza.
"Teman-teman saya ingin garis bawahi kata kemungkinan, karena sekali lagi situasi tidak pernah dapat diduga," kata Menlu RI Retno Marsudi dalam pernyataan pers di Jakarta, Rabu (1/11/2023).
Proses evakuasi Warga Negara Indonesia, sebut Menlu Retno, melibatkan tim Kementerian Luar Negeri RI di Kairo.
"Untuk mempersiapkan kemungkinan evakuasi, maka kita sudah gerakkan tim kita dari Kairo menuju Rafah, karena sekali lagi satu-satunya pintu keluar yang tersedia adalah Rafah," sambung Menlu Retno.
Ia juga menyebut bahwa perjalanan WNI tersebut harus melewati proses yang panjang, termasuk melewati berbagai pemeriksaan, baik dari otoritas Israel maupun Palestina.
"Saya terus ikuti secara langsung, berkomunikasi dengan tim yang berjalan dari Kairo ke Rafah. Jadi pada saat mereka mengalamai atau harus berhenti mengalami pemeriksaan berkali-kali, antrean yang demikian panjang, saya ikuti semuanya," katanya menambahkan.
Hingga perkembangan terakhir, tim Kemlu RI dari Kairo sudah tiba di Rafah pada hari ini, pukul 15.53 WIB. Menlu Retno menyebut bahwa ia terus menjalin komunikasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam proses evakuasi WNI dari Gaza.
"Diperoleh informasi kemungkinan pergerakan evakuasi WNA, termasuk WNI, melalui pintu Rafah kemungkinan, sekali lagi kemungkinan, akan dapat segera dilakukan," tegasnya.
Lebih jauh, Menlu Retno menjelaskan bahwa proses evakuasi WNI harus dilakukan secara bertahap dengan mengutamakan keselamatan.
"Pergerakan kemungkinan besar tidak akan dapat dilakukan secara sekaligus, tetapi bertahap dan dengan mengutamakan keselamatan. Sekali lagi, dengan mengutamakan keselamatan," tuturnya.
10 WNI dalam Kondisi Aman
Penyeberangan Rafah yang menjadi perbatasan antara Jalur Gaza dengan Mesir akhirnya dibuka pada Rabu 1 November 2023. Pembukaan ini untuk pertama kalinya sejak perang Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Ada warga pemegang paspor dari 44 negara, serta 24 lembaga termasuk badan-badan di Perserikatan Bangsa Bangsa yang tinggal di Jalur Gaza.
Hingga saat ini, Kemlu RI mencatat ada 10 WNI yang berada di Gaza, terdiri dari tiga relawan Mer-C, dua WNI yang tinggal di sana beserta anak-anak mereka yang berkewarganegaraan Indonesia.
"Sejauh ini kita memperoleh informasi bahwa kondisi warga negara kita dalam keadaan baik. Baik di sini bukan berarti baik seperti kita, duduk-duduk di ruangan ini. Baik di tengah situasi yang sangat tidak baik," tambah Menlu Retno.
Menlu Retno terus menjalin komunikasi dengan seluruh WNI tersebut walaupun terkadang terhambat oleh koneksi.
"Kita terus melakukan kontak dengan mereka, dan kontaknya pun juga on and off. Kadang nyambung, kadang tidak nyambung karena memang situasi sehingga komunikasi tidak selamanya lancar. Tapi kita terus berusaha melakukan komunikasi dengan beliau yang ada di Gaza," imbuh Menlu Retno.
Advertisement