Rutin Deteksi Dini, Tekan Angka Kematian Akibat Kanker Payudara

Rutin melakukan deteksi dini bisa meningkatkan harapan hidup dan menekan tingkat kematian akibat kanker payudara pada perempuan Indonesia.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 13 Jan 2024, 21:05 WIB
Ilustrasi logo kanker payudarah. (Foto: Unsplash/Angiola Harry)

Liputan6.com, Jakarta Semakin dini kanker payudara ditemukan maka angka harapan hidup sesesoerang semakin tinggi. Maka dari itu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan pemeriksaan payudara oleh tenaga medis (SADANIS) harus rutin dilakukan.

"Dengan rutin melakukan deteksi dini, kita dapat meningkatkan harapan hidup dan menekan tingkat kematian akibat kanker payudara yang sangat tinggi di Indonesia, akibat terlambatnya deteksi penyakit dan diagnosa saat memasuki stadium yang sudah lanjut," kata dokter spesialis bedah konsultan onkologi, Farida Briani di Jakarta beberapa waktu lalu.

Maka dari itu penting sekali masyarakat tahu mengenai pentingnya SADARI dan SADANIS serta melakukan upaya pencegahan seperti melakukan gaya hidup sehat agar tidak meningkatkan risiko terkena penyakit kanker payudara.

"Sosialisasi SADARI, SADANIS, pemeriksaan penunjang seperti skrining usg dan mammografi, serta pemahaman akan penyebab, subtipe kanker, gejala hingga perkembangan pengobatan dari kanker payudara perlu ditingkatkan dan membutuhkan upaya bersama antar pemangku kepentingan di sektor kesehatan agar jumlah kasus stadium lanjut dapat ditekan," lanjut Farida.

Merujuk pada penelitian, bila kanker payudara ditemukan awal lalu segera mendapatkan penanganan medis maka tingkat kelangsungan hidup relatif rata-rata pasien mencapai 86-99 persen seperti mengutip WebMD.

Masih menurut penelitian, pada pasien kanker payudara angka kelangsungan hidup lima tahun (survival rate) itu mencapai 90 persen. Ini artinya sekitar 90 dari 100 perempuan bakal bisa bertahan hidup di lima tahun pertama usia didiagnosis kanker payudara.

Lalu, angka kelangsungan hidup dalam 10 tahun pada pasien kanker payudara menjadi 84 persen atau ada 84 dari 100 perempuan yang bertahan hidup dalam 10 tahun.

 

Dokter spesialis bedah konsultan onkologi, Farida Briani memberikan edukasi tentang penanganan kanker payudara serta pentingnya SADARI dan SADANIS di kantor MSD.

Tentang SADARI dan SADANIS

SADARI merupakan pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri sehingga tidak memerlukan alat-alat khusus. SADARI dilakukan dengan meraba dan melihat payudara sendiri. Jika selama pemeriksaan menemukan benjolan atau perubahan pada payudara bisa diketahui sejak dini. SADARI perlu rutin dilakukan di 7-10 hari setiap bulannya setelah menstruasi.

Pada saat SADARI, perhatikan beberapa hal untuk mengenali gejala kanker payudara. Bila benjolan pada payudara, perubahan ukuran atau bentuk payudara, kulit berlesung pipit atau penebalan pada jaringan payudara, ruam dan keluarnya cairan pada putting susu. Kemudian ada pembengkakan atau benjolan di daerah ketiak, serta rasa sakit atau ketidaknyamanan pada payudara yang tidak kunjung sembuh merupakan gejala-gejala yang perlu diwaspadai. Seseorang dengan kondisi tersebut dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.

Sementara itu, SADANIS atau pemeriksaan payudara klinis harus dilakukan oleh tenaga kesehatan baik dokter, bidan, ataupun petugas kesehatan lain yang terlatih.

Tenaga kesehatan terlatih bakal melakukan inspeksi payudara hingga palpasi (pemeriksaan dengan meraba dengan menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan) di seluruh area payudara seperti mengutip laman Kemenkes RI.


Bila Terdeteksi, Segera Lakukan Pengobatan Medis

Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou bicara soal upaya inovasi pengobatan kanker payudara..

Bila hasil pemeriksaan menunjukkan sel kanker, maka pengobatan medis perlu segera dilakukan. Pengobatan yang dilakukan bakal tergantung subtipe dan stadium kanker payudara.

Beberapa pengobatan diantaranya pembedahan, kemoterapi, terapi tanget, terapi hormon, radiasi, dan yang terkini adalah imunoterapi.

Imunoterapi merupakan inovasi terkini dalam pengobatan kanker payudara terutama subtipe triple-negative breast cancer (TNBC), yang terjadi pada sekitar 10-15 persen kasus kanker payudara. Kanker payudara subtipe ini cenderung tumbuh dan menyebar lebih cepat, pilihan pengobatannya lebih sedikit.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang farmasi terus meningkatkan penelitian kanker payudara serta mencoba terobosan pengobatan kanker baik tahap awal hingga metastase tertentu seperti yang kini tengah dilakukan MSD. 

“Kami terus mengembangkan ilmu sains yang terdepan dan menghadirkan inovasi terkini dengan tujuan meningkatkan kualitas dan harapan hidup di seluruh dunia. Kami terus mempercepat apa yang dapat kami capai untuk pasien, karena setiap orang membutuhkan lebih banyak cara untuk mengobati kanker mereka dan, semoga, lebih banyak waktu," kata Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya