Liputan6.com, Jakarta Laporan terbaru dari Coinshares menyoroti meningkatnya optimisme dan tingkat arus masuk yang lebih tinggi di pasar kripto. Bitcoin (BTC) mendominasi arus masuk, menangkap 90 persen arus masuk senilai USD 296 juta atau setara Rp 4,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.967 per dolar AS), menunjukkan kepercayaan pasar.
Dilansir dari Bitcoin.com, Kamis (2/11/2023), peneliti Coinshares juga mencatat arus masuk yang besar ke berbagai aset digital alternatif. Namun, optimisme baru ini tidak meluas ke ethereum (ETH), yang mengalami arus keluar USD 6 juta atau setara Rp 95,8 miliar.
Advertisement
Laporan tersebut lebih lanjut menunjukkan pasar kripto merespons secara positif kondisi saat ini, dengan BTC memimpin dalam hal minat investor dan alokasi modal. Menariknya, penelitian ini juga mencatat masuknya USD 15 juta atau setara Rp 239,5 miliar ke dalam produk investasi bitcoin jangka pendek.
Solana juga mendapatkan peningkatan minat investor, dengan arus masuk USD 24 juta atau setara Rp 383,2 miliar yang dilaporkan. Hal ini menunjukkan perluasan minat investor di luar bitcoin, dengan alternatif seperti SOL mendapatkan daya tarik dan menangkap sebagian besar aktivitas pasar.
Coinshares menggarisbawahi diversifikasi investasi di pasar aset digital, menyoroti potensi peluang yang ada di berbagai segmen pasar.
Laporan juga menyoroti total aset yang dikelola (AUM) sekarang mencapai USD 37,8 miliar atau setara Rp 603,5 triliun, tertinggi sejak Mei 2022. Secara regional, hanya 12 persen aliran berasal dari AS, dengan total USD 38 juta atau setara Rp 606,7 miliar.
Coinshares lebih lanjut mencatat Asia mengalami pemasukan mingguan terbesar sebesar USD 28 juta atau setara Rp 447,1 miliar.
Menilik Potensi Bitcoin pada November 2023
Optimisme pasar aset kripto sepanjang Oktober yang didorong oleh antisipasi ETF Bitcoin mengangkat Bitcoin (BTC) ke level tertinggi sejak Mei tahun lalu, dengan kenaikan yang luar biasa sebesar 22,85 persen sejak 1 Oktober hingga 31 Oktober.
Sementara dari sejak awal tahun Bitcoin telah melesat lebih dari 100 persen dari harga USD 16.600 atau sekitar Rp 264 juta (asumsi kurs Rp 15.907 per dolar AS) pada 1 Januari 2023 hingga mencapai level tertingginya di harga USD 35.200 atau setara Rp 559,9 juta pada Oktober ini.
Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha mengatakan, dua minggu pertama November berpotensi akan menjadi peluang untuk buy the dip apabila Bitcoin turun ke harga USD 30.000 atau setara Rp 475,9 juta, sehingga momentum bullish sepanjang Oktober berpotensi akan berlanjut.
“November juga merupakan salah satu bulan yang positif sepanjang sejarah Bitcoin sejak 2013,” kata Panji, dalam siaran pers, dikutip Kamis (2/11/2023).
Panji menambahkan menurut data coinglass, sepanjang 2013 hingga 2017 Bitcoin terus mengalami kenaikan yang signifikan di setiap November. Sementara, dari 2018 hingga 2022, Bitcoin hanya mengalami kenaikan sekali pada November yaitu pada 2020.
“Namun jika dilihat dari pergerakan rata rata Bitcoin setiap November sejak 2013-2022, menjadikannya sebagai bulan paling bullish dengan kenaikan rata rata sebesar 50,61 persen,” lanjut Panji.
Advertisement
Ukur Pasar
Saat ini, Fear & Greed index yang mengukur sentimen pasar Aset Kripto, telah mencapai level tertinggi sejak Bitcoin mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada November 2021.
Data terakhir menunjukkan indeks mencapai 72/100 dalam beberapa hari terakhir. Ini termasuk dalam kategori “keserakahan” atau greed dan menyamai posisinya hanya beberapa hari setelah Bitcoin mencapai level tertinggi terbaru sepanjang masa di USD 69.000 atau setara Rp 1 miliar hampir dua tahun lalu.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.