Liputan6.com, Jakarta Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim buka suara terkait mata uang Ringgit Malaysia yang telah mencapai tingkat terlemah dalam 25 tahun.
PM Malaysia Anwar Ibrahin mengatakan ia melihat kenaikan suku bunga belum diperlukan untuk mendukung Ringgit. DI sisi lain, solusi terhadap melemahnya mata uang lokal adalah dengan memisahkan diri dari dolar AS.
Advertisement
"Ada pandangan di kalangan ekonom untuk memperkuat nilai Ringgit melalui kenaikan suku bunga kebijakan semalam. Tapi untuk alasan apa?" ujar Anwar, dikutip dari Bloomberg, Kamis (2/11/2023).
"Kami hanya menaikkannya ketika perekonomian membutuhkannya. Saat ini hal itu tidak diperlukan,” kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan, pergerakan Ringgit merupakan efek dari tindakan Federal Reserve.
Menurutnya, solusi jangka menengah dan panjang adalah dengan melepaskan diri dari dolar AS.
"Kami telah berdiskusi dengan negara-negara Arab untuk memulai proses de-dolarisasi, namun kami hanya berhasil dengan tiga negara sebagai solusi jangka panjang untuk mempertahankan Ringgit," ungkap Anwar.
Perbaikan Perdagangan
Malaysia sudah melakukan sebagian perdagangannya dengan Tiongkok, Indonesia dan Thailand dalam mata uang lokal.
Tiongkok merupakan mitra dagang utama Malaysia, sedangkan Indonesia adalah mitra dagang terbesar kelima dan Thailand pada peringkat ketujuh.
Indikator ekonomi seperti inflasi dan pengangguran menurun sementara investasi meningkat, sehingga sulit untuk membenarkan kenaikan suku bunga yang dapat merugikan usaha kecil, kata Anwar kepada parlemen pada Selasa (1/11).
Sementara itu, Bank sentral Malaysia akan memutuskan pada hari Kamis apakah akan menyesuaikan suku bunga kebijakan semalam.
Dalam beberapa hari terakhir, Bank Negara Malaysia berada di bawah tekanan untuk menaikkan biaya pinjaman karena Ringgit berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, dan negara-negara lain di ASEAN telag bersikap hawkish untuk mendukung mata uang mereka.
Suku bunga utama BNM tetap berada di angka 3 persen sejak bulan Juli, menjadikannya rekor diskon dibandingkan dengan suku bunga Federal Reserve.
Ringgit Malaysia Ambrol, Mahathir Mohamad Ungkap Cara Selamatkan MYR
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengatakan bahwa negaranya harus mempertimbangkan mematok Ringgit Malaysia (MYR) yang kian melemah terhadap dolar, mengulangi kebijakan yang ia terapkan saat Krisis Keuangan Asia pada akhir tahun 1990an.
"Ini (Ringgit Malaysia) adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan," ungkap Mahathir, dikutip dari Free Malaysia Today, Kamis (2/11/2023).
Dilaporkan, Ringgit Malaysia memasuki daftar mata uang dengan kinerja terburuk di negara-negara berkembang di Asia tahun ini, merosot hampir 8 persen terhadap greenback dolar Amerika Serikat.
Nilai tukar Ringgit merosot menjadi hampir 4,8 per USD pada bulan lalu, yang merupakan tingkat terlemah sejak Januari 1998 atau 25 tahun lalu.
Mata uang tersebut diprediksi akan kembali merosot hingga 5 persen ke rekor terendah, kata Mahathir dalam sebuah wawancara di kantornya di Putrajaya.
"Bayangkan saja dampaknya terhadap biaya hidup Anda," ujarnya, seraya menambahkan bahwa mematok Ringgit juga akan membantu meringankan tekanan inflasi.
Aset-aset Malaysia mengalami penurunan tahun ini karena melonjaknya suku bunga AS yang menyedot dana kembali ke negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Bank Negara Malaysia (BNM) telah mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 3% sejak bulan Juli, menempatkan indeks tersebut pada rekor diskon hingga batas atas acuan Federal Reserve.
Pada saat yang sama, pertumbuhan yang melambat di Tiongkok, mitra dagang terbesar Malaysia, telah membebani ekspor negara tersebut.
Gubernur Bank Negara Malaysia Abdul Rasheed Ghaffour pekan lalu menyarakan bahwa para pengambil kebijakan tetap berkomitmen untuk memastikan penyesuaian Ringgit secara tertib. "Kami telah berada di pasar, dan jika diperlukan, kami akan terus berada di pasar," ucap Abdul.
Advertisement
Gagasan Mahathir Mohamad
Sejauh ini, BNM belum memberikan komentar mengenai potensi patokan ringgit.
Mahathir mengatakan dia telah melontarkan gagasan untuk mematok kembali Ringgit ke bank sentral ketika dia kembali sebagai perdana menteri.
"Mereka bilang: ‘Tidak, itu tidak bisa dilakukan karena secara internasional salah, menetapkan nilai tukar itu salah’," ujarnya.