Daftar 10 Negara Penyumbang Surplus Perdagangan Indonesia

Kementerian Perdagangan terus berupaya membuka peluang perdagangan bagi negara nontradisional seperti Asia Selatan, Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah.

oleh Elza Hayarana Sahira diperbarui 02 Nov 2023, 16:20 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dalam acara Simposium Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Kamis (2/11/2023). (Foto: Humas Kemendag)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menjelaskan, surplus neraca perdagangan Indonesia terus berlangsung dalam beberapa tahun. Puncaknya di 2022 ayang mencapai Rp 900 triliun.

Salah satu penyebab surplus neraca perdagangan ini adalah pemerintah yang aktif membuka ekspor ke seluruh negara melalui perjanjian dagang.

Hal ini disampaikan oleh Zulkifli Hasan saat menjadi pembicara di Simposium Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Kamis (2/11/2023). Hadir dalam acara ini Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.

"Mulai tahun 80-an, kita selalu surplus. Terutama 10 tahun terakhir, puncaknya di 2022 kita mengalami surplus hampir Rp 900 triliun," kata dia.

Ketua Umum Partai Amanah Nasional (PAN) ini mengatakan, saat ini merupakasn momen untuk beralih dari fokus ekspor dari pasar tradisional seperti Amerika atau Barat. Kementerian Perdagangan terus berupaya membuka peluang perdagangan bagi negara nontradisional seperti Asia Selatan, Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah.

"Nah, sekarang ada perkembangan baru, ekonomi dunia yang dulu pasar nontradisional berkembang dengan pesat, seperti Asia Selatan, Pakistan, Pakistan, Bangladesh, ternyata ini sudah hampir separuh surplus perdagangan itu dari sini, dari tiga ini," jelas Zulkifli Hasan.

"Afrika memberikan surplus ekonomi yang besar kepada kita, juga Timur Tengah, termasuk Latin Amerika." tambah dia. 

Mendag menjabarkan 10 negara dengan nominal surplus terbesar selama 2022:

  1. AS 16,56 miliar dolar AS
  2. India 14,03 miliar AS
  3. Filipina 11,41 miliar AS
  4. Jepang 7,67 miliar AS
  5. Belanda 4,52 miliar AS
  6. Taiwan 4,22 miliar AS
  7. Pakistan 4,13 miliar As
  8. Bangladesh 3,77 miliar AS
  9. Vietnam 3,66 miliar AS
  10. Malaysia 2,95 miliar AS

 

Mendag juga menjabarkan 10 negara dengan defisit perdagangan terbesar selama 2022:

  1. Australia 6,93 miliar dolar AS
  2. Singapura 5,05 miliar dolar AS
  3. Nigeria 3,86 miliar dolar AS
  4. Arab Saudi 3,47 miliar dolar AS
  5. Thailand 2,79 miliar dolar AS
  6. Brazil 2,41 miliar dolar AS
  7. Argentina 2,10 miloar solar AS
  8. RRT 1,8 miliar dolar AS
  9. Kanada 1,72 miliar dolar AS
  10. Afrika Selatan 1,07 miliar dolar AS.

Neraca Perdagangan Indonesia Suplus 41 Bulan Beruntun, Terbesar dengan Negara Ini

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD 3,42 miliar pada September 2023.

Neraca perdagangan Indonesia di bulan September menandai kenaikan sebesar USD 0,3 miliar secara bulanan, dan surplus selama 41 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Dengan negara mitra dagang, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara dan 3 terbesar pada September 2023.

“Dengan 3 terbesar diantaranya kita mengalami surplus perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar USD 1,2 miliar, dengan India sebesar USD 1,1 miliar, dan dengan Filipina sebesar USD 0,8 miliar,” jelas Plt. Kepala BPS Amalia Adiniggar dalam siaran rilis BPS pada Senin (16/10/2023).

Amalia menjelaskan, surplus terbesar yang dialami dengan Amerika Serikat karena dikontribusikan oleh perdagangan mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya, lemak dan minyak hewan nabati, serta pakaian dan aksesorisnya.

“Sementara itu Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara, dan tiga defisien terbesar adalah dengan negara Australia yaitu sebesar USD 0,4 miliar, Thailand USD 0,3 miliar dan Brazil USD 0,2 miliar,” lanjut Amalia.

Defisit terdalam yang dialami dengan Australia karena memang didorong oleh tiga komoditas utama, yaitu serealia atau HS 10 terutama gandum, kemudian bahan bakar mineral atau HS 27 dan juga biji logam terak, dan abu. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya