Liputan6.com, Jakarta PT Surveyor Indonesia (SI) bekerja sama dengan Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasion), Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) dan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) melakukan penjurian pada 10 Kabupaten yang lolos program I-SIM For Regencies.
I-SIM for Regencies merupakan program inisiatif berskema rating & awarding untuk meningkatkan integrasi dan kolaborasi multi-stakeholders ekosistem SDGs Indonesia di tingkat Kabupaten.
Advertisement
Salah satu peserta, memaparkan presentasinya di depan para juri, yaitu Pejabat (Pj.) Sekretaris Daerah Kabupaten Temanggung Agus Sujarwo.
Ia menyampaikan, sebanyak 52 pemuda dari 6 desa menginisiasi sebuah inovasi bernama 'Peka Pangan' atau Pemuda Berkarya untuk Pertanian Berkelanjutan.
Hal ini, diawali atas kondisi awal masyarakat, khususnya di kecamatan Tretep, Temanggung, Jawa Tengah yang merupakan daerah terpencil dan memiliki sistem pertanian konvensional yang tak menguntungkan.
Di samping itu, tingkat pendidikan rendah sehingga berdampak pada keterbatasan SDM (Sumber Daya Manusia) dan berpendapatan rendah.
"Atas kondisi itu, para pemuda ini berkomitmen kuat, salah satunya mengembangkan usaha pertanian, yaitu penggemukan domba secara terpadu, modern dan kolaboratif," ujarnya, di Jakarta, Senin (30/10/2023).
Diusulkan di Musrenbang
Upaya ini, kata dia, ditindaklanjuti dengan pengusulan rencana kegiatan melalui musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) di Kecamatan Tretep, dengan dana tematik kecamatan sebesar Rp 170 juta.
Dalam program Peka Pangan ini, ia menuturkan, bahwa pengembangan ternak dilakukan melalui breeding (50%), fattening (40%) dan trading khusus jantan (10%). Di mana panen dilakukan tiap 30-40-70 hari.
Selain itu, kotoran domba diolah menjadi pupuk dan biogas (EBT).
"Sistem bagi hasil pun, terbagi pemilik modal 40%, pemilik kandang 20%, pengelola 30% dan kas kelompok 10%. Investasi pun sekitar Rp 25 juta untuk 18-20 domba," bebernya.
Gunakan Dana Desa
Selama ini, pemasaran hasil pengembangan domba tersebut masih terfokus pada pasar lokal Temanggung, Tegal, Kota Tegal, Sukoharjo, Kendal dan pasar di luar Jawa Tengah seperti Malang dan Yogyakarta.
"Dengan adanya program Peka Pangan ini, kami berhasil menaikkan pendapatan masyarakat, yang semula di tahun 2018 hanya Rp 245.000 per bulan per orang, kini bisa mencapai Rp 4,1 juta," jelasnya.
Selain pengembangan ternak, para pemuda juga mengembangkan pertanian, perkebunan dan pariwisata yang terpadu.
Ia berharap, dengan menjalankan program Peka Pangan ini dapat meningkatkan kualitas SDM ke depannya.
"Kami akan terus men-supported, program-program yang diinisiasi para pemuda. Khususnya yang berkaitan dengan SDGs bisa didukung dengan dana desa, nilainya bisa sampai Rp 1 miliar," tandasnya.
Advertisement