Liputan6.com, Jakarta - Dengan hati yang selalu terbuka, Ella, seorang ibu tunggal asal Washington Heights, Inggris, memberikan pelukan hangat dan penuh kenyamanan kepada orang-orang setiap hari. Baginya, pelukan bisa terjadi dalam berbagai posisi, baik saat berdiri, duduk, atau bahkan saat berbaring di atas kasur empuk ukuran queen yang lembut.
Namun, yang paling istimewa dalam hidup Ella adalah hubungannya dengan para kliennya. Meski sudah memiliki anak, ia menganggap para kliennya lah yang paling berarti baginya.
Advertisement
"Saya adalah seorang pemeluk profesional," ungkap Ella mengenai pekerjaannya, yang kini berusia 48 tahun.
Ia pernah menjadi seorang guru seni di sekolah umum New York City, sebelum beralih menjadi terapis "sentuhan" untuk perusahaan perawatan katarsis yang dikenal sebagai Cuddlist, seperti yang dia ceritakan kepada NY Post, Rabu, 1 November 2023.
Dengan bayaran sebesar 150 dolar AS atau sekitar Rp2,3 juta per jam, Ella, yang memilih untuk merahasiakan nama belakangnya untuk menjaga privasinya, mengundang pelanggan-pelanggannya ke kamar kerjanya. Di sana, dia menciptakan interaksi yang penuh kasih dengan mereka, termasuk tatap muka sampai pelukan beruang, sebagai bentuk penyembuhan emosional.
Meskipun mayoritas pelanggan Ella adalah pria berusia antara 40 dan 60 tahun yang sudah menikah, baru-baru ini dia menyadari adanya permintaan yang meningkat dari wanita gen Z. Mereka mencari pelukan tanpa dimotivasi oleh aspek seksual, karena merasa kesulitan menjalin hubungan fisik platonis di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota.
Meningkatkan Kesehatan Psikologis dan Fisik
Ella, yang pensiun dari profesi mengajar pada 2017 untuk mengabdikan diri pada terapi sentuhan, menyatakan bahwa, "Di kota seperti New York, ada banyak orang yang kesepian dan terisolasi, meskipun kita selalu dikelilingi oleh ribuan orang."
Walaupun bukan seorang psikolog berlisensi, Ella telah menjalani pelatihan intensif melalui program sertifikasi Cuddlist yang memungkinkannya untuk menjadi seorang terapis "sentuhan" yang kompeten.
"Melalui sesi pelukan yang saya lakukan, saya menyediakan tingkat keintiman yang unik dan penerimaan tanpa syarat yang seringkali sulit dicapai oleh klien dalam lingkungan rumah, selama terapi percakapan, atau bahkan saat mereka sedang menjalani pijat," kata Ella.
Sementara bagi sebagian orang, berbagi pelukan dengan orang asing mungkin terdengar aneh atau tidak lazim, penelitian telah mengesahkan efektivitasnya. Sebuah riset yang dilakukan pada Juli 2023 menyatakan bahwa pelukan profesional merupakan metode terapeutik yang memungkinkan baik pelaku maupun penerima pelukan merasakan manfaat dari sesi sentuhan non-seksual yang memberikan dukungan dan ketenangan.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa jenis perawatan non-konvensional ini dapat berkontribusi pada "kesehatan psikologis dan fisik" dengan mengurangi stres, gangguan tidur, penyakit kardiovaskular, dan bahkan meningkatkan sistem kekebalan tubuh seseorang.
Advertisement
Pertumbuhan Bisnis Setelah Pandemi
Di sisi lain, selama awal pandemi, ketika aturan pembatasan jarak sosial membatasi kontak fisik seperti berpelukan secara langsung, para pasien Ella terpaksa mencari cara kreatif. Beberapa di antara mereka merangkul diri sendiri sebagai pengganti pelukan manusia, sementara yang lain mencoba menciptakan kembali keintiman sentuhan melalui peningkatan interaksi mata dengan praktisi yang mahir, meskipun melalui layar komputer.
Namun, sejak pembatasan lockdown dicabut, bisnis pelukan profesional ini telah mengalami pertumbuhan pesat. Sebelum Ella, sebenarnya sudah ada Missy Robinson, seorang pemeluk profesional berusia 43 tahun, yang menjadi viral pada September 2022.
Ia mengungkapkan bahwa seorang pria yang "haus sentuhan" rela membayar lebih dari 1300 dolar AS atau sekitar Rp20 juta untuk sesi pelukan penyembuhannya. Ia pun menekankan bahwa dalam pekerjaannya, tidak ada ruang untuk aspek seksual.
Michelle Renee, seorang yang menjalani karier sebagai pelukan profesional lainnya dari San Diego, California, menjelaskan kepada The Post bahwa dia memiliki seperangkat aturan ketat yang harus diikuti oleh setiap klien. Aturan-aturan ini mencakup larangan menyentuhnya di bawah pakaian, larangan berhubungan seksual, serta persyaratan untuk tetap berpakaian lengkap selama sesi.
Jadi Tempat Ternyaman Bagi Klien
Renee, yang berusia 48 tahun, seorang ibu dari dua anak dan sudah menikah, mencari nafkah sebagai pemeluk profesional melalui platform Cuddlist sejak 2015. Dia menegaskan bahwa meskipun mungkin klien merasa terangsang secara seksual selama sesi, tetapi mereka tidak akan pernah melangkah lebih jauh ke arah gairah atau hal-hal seksual.
Seperti halnya Ella, Renee juga menetapkan biaya sekitar Rp2,3 juta per jam untuk sesi pelukan penyembuhannya, yang dia lakukan di kediamannya untuk pria dan wanita. Dalam praktiknya, dia sering mengajak kliennya untuk berbaring di antara kedua lengannya, memberikan pelukan penuh kasih dari belakang.
Meskipun Renee tidak memiliki pelatihan formal dalam bidang psikologi manusia, dia merasa bahwa perannya memberikan wadah untuk komunikasi orang-orang yang membutuhkan memiliki manfaat tersendiri. Dia merasa dirinya sebagai pendengar yang cermat dan dengan senang hati memberikan pelukan saat klien bercerita, mirip dengan peran seorang ibu.
Meskipun demikian, Renee menekankan bahwa dia tidak memberikan saran atau nasihat kepada pengunjung yang sering datang untuk membagi masalah mereka. Baginya, yang terpenting adalah menciptakan ruang yang aman dan bebas dari penilaian untuk orang-orang tersebut.
Advertisement