Liputan6.com, Jakarta - Galeri Indonesia Kaya dan BOOW Live kembali menghadirkan program Musikal di Rumah Aja. Episode terbaru dari program ini mempersembahkan cerita Beranak dalam Kubur yang diangkat dari legenda urban di daerah.
Serial musikal ini, yang terkenal melalui film yang dibintangi oleh Suzanna, siap menggebrak kembali penonton dengan kengerian yang luar biasa. Acara ini akan bisa disaksikan pada 6, 7, dan 8 November 2023 pada pukul 19.00 WIB di saluran YouTube Indonesia Kaya.
Advertisement
Produser BOOW Live sekaligus sutradara serial musikal ini, Bayu Pontiagust, menjelaskan bahwa episode terbaru ini adalah hasil dari kerja sama dengan Kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjijih. "Mereka telah berusaha keras untuk memastikan bahwa esensi dan keindahan cerita asli dari Beranak dalam Kubur, yang awalnya berasal dari sandiwara panggung, tetap terpancar dalam setiap adegan," ujarnya saat sesi Media Preview di Galeri Indonesia Kaya, Kamis, 2 November 2023.
Serial musikal ini akan disajikan dalam tiga episode. Masyarakat pun dapat bersenang-senang tanpa mengkhawatirkan biaya, karena serial musikal ini akan tersedia secara gratis di saluran YouTube Indonesia Kaya.
"Ini free to stream, jadi semua orang bisa nonton. Kalau misalnya yang nggak langganan, nanti akan ada iklan masuk aja. Jadi bisa ditonton untuk semua," ucapnya. Program ini melibatkan sejumlah sutradara teater, sutradara film, sinematografer, penata musik, serta aktor, aktris, dan penari Indonesia.
Gabungan Elemen Musikal, Horor, dan Pop
Bayu mengungkapkan bahwa salah satu elemen menarik dalam produksi ini adalah pengambilan set yang tidak hanya dilakukan di studio atau panggung biasa, tetapi juga menggunakan real set. Bahkan, adegan dalam ruangan (indoor) memanfaatkan set panggung dengan setiap kotak diisi dengan empat sudut yang berbeda.
"Itu yang adegan-adegan di indoor sebenarnya setnya itu kayak set panggung. Karena kita waktu itu cuma pakai satu bidang, cuman kita bisa dapet empat set, yang dimana itu ibaratnya kayak satu kotak yang isinya rumah, tapi setiap corner itu kita desain," jelasnya.
Proses shooting-nya hanya tiga hari, yang tentu saja merupakan tantangan besar. "Tentunya saya kan juga sebagai sutradara dan juga sebagai produser harus bekerja berdasarkan anggaran yang tersedia. Jadi memang kita sudah hitung maksimal itu di tiga hari, jadi ya kita harus pintar-pintar mengatur," tuturnya kepada Liputan6.com.
Selain itu, meramu musikal dengan unsur horor menjadi tantangan lainnya. "Ini tentang bagaimana mengintegrasikan elemen horor dan musikal sehingga keduanya dapat berjalan bersamaan dalam cerita," tambahnya. Pengambilan adegan juga dilakukan di lokasi alam di Depok, Jawa Barat.
"Penonton diharapkan dapat merasakan rollercoaster emosi karena ada elemen romance, horor, dan pop yang digabungkan dalam satu produksi. Tim produksi ingin mendengar preferensi penonton terkait genre musikal ini," kata Bayu ketika ditanya mengenai ekspektasi penonton.
Advertisement
Hanya Menampilkan Inti Cerita
Bayu menyampaikan bahwa pesan moral cerita ini adalah mengenai hukum karma. "Jangan perlakukan orang lain dengan kejam jika tidak ingin mendapatkan perlakuan serupa. Pesan tersembunyinya adalah bahwa bahkan hantu masih memiliki perasaan," ucapnya sedikit bercanda.
Sementara itu, Billy Gamaliel, Program Manager Galeri Indonesia Kaya, menyatakan bahwa Galeri Indonesia Kaya mendukung seni pertunjukan di Indonesia dan berkomitmen untuk menyajikan program #MusikaldiRumahAja secara online melalui YouTube Indonesia Kaya untuk pecinta seni, terutama di luar pulau Jawa.
"Musikal teater Beranak dalam Kubur akan menjadi tiga episode yang dirilis untuk merayakan Halloween, jadi Indonesia juga bisa Halloween-Halloween-an dengan seru," katanya pada kesempatan yang sama.
Elly Herawati, perwakilan Kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjijih, membagikan wawasan penting terkait produksi musikal Beranak dalam Kubur, yang ia aktif terlibat dalam proses shooting, memberikan arahan dan pelatihan karakter kepada para pemain. Ini membantu memastikan penampilan pemain sesuai dengan visi produksi.
Drama musikal ini mengalami pemadatan cerita, dengan sang sutradara mengekstrak inti dari cerita aslinya. Dalam versi panggung sandiwara, Beranak dalam Kubur memiliki total 12 babak, dengan setiap babak memiliki durasi pertunjukan sekitar 1 sampai 2 jam.
"Kita (kelompok sandiwara) kalau pentas itu kadang-kadang 1 jam setengah kadang-kadang bisa 2 jam. Karena kita dialognya dengan improvisasi. Dan memang tidak semua tokoh di masuk di cerita ini, saya dan Mas Bayu sudah sepakat ambil tokoh-tokoh yang intinya saja." ujar Elly.
Tantangan Para Pemain Utama
Sementara itu, Wishnu Dewanta, Penata Musik untuk serial musikal ini mengaku pertama kali bekerja dalam genre musik horor. Ini membawa tantangan tersendiri, terutama dalam menciptakan musik yang sesuai dengan suasana horor yang diinginkan, serta memutuskan arah musiknya.
"Menyamakan persepsi tentang bagaimana musik harus mengiringi elemen horor bisa menjadi hal yang rumit. Apakah musiknya harus mengikuti gaya Sunda atau lebih seperti musik film horor seperti "Annabelle" adalah pertanyaan yang dihadapi," sampainya.
Bayu Wardhana, pemeran Jayeng Pati, berbagi pengalaman dan tantangan yang dihadapinya selama produksi serial musikal ini. "Waktu persiapan yang terbatas, hanya satu bulan, sementara ada adegan pertarungan dalam pertunjukan," ceritanya.
Untuk menyiasati hal itu, ia berusaha mencari waktu tambahan untuk latihan sendiri. Latihan tambahan ini membantunya meningkatkan keterampilan pertarungannya dan mempersiapkannya lebih baik untuk peran Jayeng Pati.
Sementara itu, Ulan Laumi yang memerankan peran utama sebagai Ratnasih, juga berbicara tentang tantangannya saat berpastisipasi dalam pertunjukan ini, terutama karena karakternya sendiri yang dirasa "berkepribadian ganda".
"Kayak seorang Ratnasih yang sebagai manusianya, dan peralihan ketika sudah menjadi kuntinya. Itu benar-benar kayak campuran. Jadi kayak menyesuaikan dengan karakter tersebut itu udah sesuatu tantangan yang sangat besar sih buat aku sendiri," ceritanya.
Advertisement