Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengklaim tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih lebih baik terhadap negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Sementara itu, Ringgit Malaysia mengalami pelemahan terbesar hingga 7,82 persen.
Dalam beberapa waktu terakhir, Rupiah nyaris jeblok 16.000 per USD.
Advertisement
Sri Mulyani mencatat, indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) pada 18 Oktober 2023 tercatat tinggi di level 106,56. atau menguat 2,93 persen secara year to date (ytd).
"Sangat kuatnya indeks tukar dolar AS ini memberikan tekanan depresiasi terhadap mata uang hampir seluruh mata uang dunia," katanya dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat (3/11).
Sri Mulyani menyebut, mata uang Yen Jepang mengalami pelemahan hingga 12,61 persen terhadap USD. Sementara Dolar Australia mengalami depresiasi atau perlemahan sebesar 6,72 persen.
Di kawasan ASEAN, tercatat mata uang Ringgit Malaysia mengalami pelemahan terbesar hingga 7,82 persen. Sedangkan mata uang Bath Thailand melemah sebesar 4,39 persen.
"Adapun, depresiasi nilai tukar Rupiah kita relatif baik yaitu sebesar 2,34 persen," ungkap Bendahara Negara.
Nilai Tukar Rupiah
Ke depan, pemerintah bersama Bank Indonesia terus memperkuat langkah stabilisasi nilai tukar Rupiah dengan nilai fundamentalnya.
Selain itu, pemerintah terus mendorong masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri, serta meningkatkan dan memperluas koordinasi dalam rangka implementasi instrumen penempatan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.
"Penguatan harmonisasi kebijakan fiskal, moneter dan sektor keuangan juga akan terus dilakukan untuk memperkuat efektivitas bauran kebijakan makro baik dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan maupun untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi, " pungkas Sri Mulyani.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Awas, Rupiah Bisa Tembus Rp 16.000 per USD
Diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya mengalami penguatan pasca dihajar berhari-hari. Kurs rupiah menguat 0,10 persen menjadi Rp 15.618 per USD, naik 16 poin dari penutupan hari sebelumnya Rp 15.634 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo berjangka Ibrahim Assuaibi melihat, penguatan rupiah ini merupakan imbas dari ekonomi dalam negeri yang bagus. Bila tidak, kurs Garuda saat ini mungkin sudah berada di level Rp 17.000 per dolar AS.
"Faktornya, perekonomian dalam negeri cukup bagus. Kalau ekonomi dalam negeri jelek, ini kemungkinan besar bisa terjadi Rp 17.000. Tapi saya tidak yakin bahwa rupiah ini akan ke Rp 17.000," ujarnya kepada Liputan6.com.
Menurut dia, kurs rupiah tidak mungkin akan terus naik hingga melampaui Rp 16.000 per dolar AS. Bertengger di level Rp 15.800 pun disebutnya itu sudah cukup tinggi.
Pasalnya, Ibrahim meyakini Bank Indonesia akan terus melakukan berbagai intervensi besar agar rupiah tidak terus melemah. Meskipun begitu, ia masih buka kemungkinan nilai tukarnya tembus hingga angka Rp 16.000.
Advertisement
Ringgit Malaysia Runtuh, PM Anwar Ibrahim Belum Butuh Naikkan Suku Bunga
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim buka suara terkait mata uang Ringgit Malaysia yang telah mencapai tingkat terlemah dalam 25 tahun.
PM Malaysia Anwar Ibrahin mengatakan ia melihat kenaikan suku bunga belum diperlukan untuk mendukung Ringgit. DI sisi lain, solusi terhadap melemahnya mata uang lokal adalah dengan memisahkan diri dari dolar AS.
"Ada pandangan di kalangan ekonom untuk memperkuat nilai Ringgit melalui kenaikan suku bunga kebijakan semalam. Tapi untuk alasan apa?" ujar Anwar, dikutip dari Bloomberg, Kamis (2/11/2023)."Kami hanya menaikkannya ketika perekonomian membutuhkannya. Saat ini hal itu tidak diperlukan,” kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan, pergerakan Ringgit merupakan efek dari tindakan Federal Reserve.
Menurutnya, solusi jangka menengah dan panjang adalah dengan melepaskan diri dari dolar AS.
"Kami telah berdiskusi dengan negara-negara Arab untuk memulai proses de-dolarisasi, namun kami hanya berhasil dengan tiga negara sebagai solusi jangka panjang untuk mempertahankan Ringgit," ungkap Anwar.
Perbaikan Perdagangan
Malaysia sudah melakukan sebagian perdagangannya dengan Tiongkok, Indonesia dan Thailand dalam mata uang lokal.
Tiongkok merupakan mitra dagang utama Malaysia, sedangkan Indonesia adalah mitra dagang terbesar kelima dan Thailand pada peringkat ketujuh.
Indikator ekonomi seperti inflasi dan pengangguran menurun sementara investasi meningkat, sehingga sulit untuk membenarkan kenaikan suku bunga yang dapat merugikan usaha kecil, kata Anwar kepada parlemen pada Selasa (1/11).
Sementara itu, Bank sentral Malaysia akan memutuskan pada hari Kamis apakah akan menyesuaikan suku bunga kebijakan semalam.
Dalam beberapa hari terakhir, Bank Negara Malaysia berada di bawah tekanan untuk menaikkan biaya pinjaman karena Ringgit berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, dan negara-negara lain di ASEAN telag bersikap hawkish untuk mendukung mata uang mereka.
Suku bunga utama BNM tetap berada di angka 3 persen sejak bulan Juli, menjadikannya rekor diskon dibandingkan dengan suku bunga Federal Reserve.
Advertisement