Apa Pakai Bra Terlalu Ketat Bisa Picu Kanker Payudara? Dokter: Anggapan Itu Keliru

Dokter spesialis bedah konsultan onkologi Budi Harapan Siregar jelaskan soal anggapan bra ketat picu kanker payudara.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 03 Nov 2023, 15:15 WIB
Pakai Bra Terlalu Ketat Bisa Picu Kanker Payudara? Begini Kata Dokter. (dok. fsHH/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani).

Liputan6.com, Jakarta Penggunaan bra yang terlalu ketat atau bra kawat disebut-sebut dapat memicu kanker payudara. Dokter spesialis bedah konsultan onkologi Eka Hospital Bekasi Budi Harapan Siregar mengatakan itu anggapan yang keliru.

“Meski sudah beredar di masyarakat, anggapan ini hanyalah sebuah mitos."

"Penggunaan bra yang ketat mungkin bisa menimbulkan rasa nyeri jika terlalu sering dikenakan, tapi hal tersebut tidak dipercaya bisa menyebabkan kanker,” kata Budi dalam keterangan tertulis diterima Jumat (3/11/2023).

“Tidak ada bukti ilmiah yang cukup untuk bisa membuktikan jika bra kawat menyebabkan kanker payudara,” tambahnya.

Pada dasarnya, lanjut Budi, seluruh wanita memiliki risiko untuk mengalami kanker payudara. Oleh sebab itu, penting bagi seluruh wanita untuk memahami apa yang menjadi faktor penyebab kanker payudara.

Lalu penting juga bagi wanita tahu bahwa bisa mendeteksi secara dini kanker payudara. Salah satunya dengan melakukan skrining payudara dengan SADARI (periksa payudara sendiri) dan dengan USG payudara secara berkala.

Kanker disebabkan karena adanya mutasi dalam sel-sel di tubuh kita dan menyebabkan sel tersebut tumbuh secara abnormal, sehingga pada kanker payudara ada terjadinya mutasi pada sel-sel yang ada di payudara.

Ada banyak faktor yang dipercaya dapat meningkatkan risiko seorang wanita untuk mengidap kanker payudara, seperti:

  • Faktor genetik, seperti memiliki ibu, nenek, atau keluarga dekat dengan riwayat kanker payudara.
  • Umur, semakin tua seseorang maka semakin tinggi juga risiko mereka mengalami kanker payudara.
  • Riwayat pengobatan tertentu seperti pengobatan radioterapi (radiasi) dan pengobatan terapi hormon.
  • Sistem reproduksi, wanita yang mengalami menstruasi lebih awal atau menopause lebih lama juga diketahui lebih berisiko mengalami kanker payudara.
  • Berat badan, wanita yang memiliki berat badan berlebih akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker payudara.

Cara Cegah Kanker Payudara

Kanker payudara menempati urutan pertama jumlah kanker terbanyak. (Foto: Unsplash/National Cancer Institute)

Kanker adalah hal yang tidak bisa diprediksi kehadirannya, kata Budi. Namun, masyarakat bisa melakukan deteksi sedini mungkin sehingga bentuk penanganan yang dilakukan juga semakin mudah.

Kanker payudara bisa dideteksi dengan melakukan SADARI atau perikSA payuDAra sendiRI, yaitu metode pemeriksaan payudara secara mandiri dengan meraba dan mendeteksi adanya benjolan atau tekstur yang tidak normal.

“Metode SADARI akan sangat berguna bagi Anda yang memiliki risiko kanker payudara karena pelaksanaan metode ini cukup efektif untuk dilakukan. Anda dapat melakukan SADARI pada saat masih menstruasi di hari ke 7 - 10 hari setelah hari pertama menstruasi.”

“Metode ini dilakukan dengan meraba area payudara menggunakan telapak tangan untuk mendeteksi secara awal kondisi payudara apakah ada benjolan, perubahan tekstur, hingga warna yang abnormal,” jelas Budi.

 


Jika Kanker Payudara Telanjur Membesar

Ilustrasi logo kanker payudara. (Foto: Unsplash/Angiola Harry)

Masyarakat bisa melakukan metode SADARI pada saat mandi, bercermin, atau sebelum tidur.

“Dengan melakukan ini secara rutin, Anda bisa berkesempatan untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini sehingga dokter dapat menangani lebih cepat dengan penanganan tepat.”

Namun, jika kanker payudara sudah terlanjur membesar atau bahkan menyebar ke organ lain, maka pengobatan lebih lanjut harus dilakukan, seperti radioterapi juga kemoterapi.

Selain itu kanker payudara juga dapat diturunkan risikonya dengan mulai menerapkan gaya hidup sehat, seperti:

  • Menjaga berat badan, dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi kalori dan memperbanyak makanan bergizi.
  • Rutin berolahraga, setidaknya 30 menit per hari untuk menjaga tubuh tetap aktif.
  • Menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol.
  • Menyusui, dipercaya menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan risiko Anda dari kanker payudara.

“Selain itu lakukan skrining rutin agar dapat meningkatkan potensi Anda untuk mendeteksi kehadiran kanker sedini mungkin,” saran Budi.

“Dokter dapat melakukan USG payudara hingga biopsi jika diperlukan, biopsi sendiri adalah metode pengambilan sebagian jaringan payudara dan hasilnya akan dianalisa di laboratorium untuk dideteksi apakah ada sel kanker dalam jaringan tersebut,” imbuhnya.


Kanker dengan Kasus Tertinggi di Dunia

Pita awareness kanker payudara. (Foto: Unsplash/Angiola Harry)

Kanker payudara hingga saat ini masih menjadi jenis kanker dengan tingkat kasus tertinggi di dunia.

Kanker satu ini timbul di area payudara ketika sel-sel di payudara mengalami pertumbuhan secara abnormal dan bermutasi hingga membentuk sebuah gumpalan daging yang disebut tumor atau kanker.

Kanker ini terus dinobatkan sebagai jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di dunia. World Health Organization (WHO) telah mencatat ada sekitar 2,3 juta orang terdiagnosis menderita kanker payudara. Dan 685.000 kematian secara global per tahun 2020.

“Ini tentu membuat kanker payudara menjadi salah satu kanker yang paling mendapatkan sorotan di mata publik,” pungkas Budi.

(Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya