Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), menargetkan penggunaan bioavtur mencapai 5 persen pada tahun 2025.
Advertisement
"Dalam industri aviasi, ditargetkan pada tahun 2025, penggunaan bioavtur mencapai 5 persen," kata Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), Yudo Dwinanda dalam 19th Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook, di BICC, The Westin Resort Nusa Dua Bali, Jumat (3/11/2023).
Untuk kerja sama pengembangan bioavtur pun sudah dilakukan oleh ITB bersama dengan Pertamina. Tes sudah mulai dilakukan dengan pencampuran 2,4 persen bioavtur dalam komposisi bahan bakar pesawat.
"Tes pertama telah dilakukan dengan CN-235-220 FTB dan berhasil," ujarnya.
Adapun produksi biovatur secara masif akan dilaksanakan pada tahun 2026. Pertamina berencana untuk meluncurkan Cilacap Green Refinery pada tahun 2026 berbasis waste feedstock.
Selain itu, Biovatur juga telah digunakan pada penerbangan komersial dengan bahan bakar J2.4, uji coba dengan Garuda Boeing 737-800 NG. Yudo menegaskan, bahwa Kementerian ESDM berkomitmen untuk terus mendorong produksi dan penggunaan biovatur dalam industri aviasi.
Tantangan Pengembangan Bioavtur
Disisi lain, Yudo mengungkapkan, dalam mengembangkan bioavtur juga dihadapkan dengan tantangan, diantaranya tantangan kelangkaan ketersediaan dan variasi feedstock dalam produksi SAF.
"Insentif ekonomi dari adanya produksi SAF; karena dibandingkan dengan bahan bakar berbasis fosil, saat ini produksi bioavtur masih membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga produksi harus terus ditingkatkan," katanya.
Oleh karena itu, menurutnya diperlukan kolaborasi dengan berbagai partner baik dalam kerja sama pengembangan produk dan juga teknologi terus didorong untuk dapat memproduksi bioavtur.
Lanjut Yudo, yang tak kalah penting adalah perlu juga untuk meningkatkan pemahaman publik terhadap usaha pengembangan produk bioavtur.
"Dengan target dan usaha yang saat ini kami kembangkan, kami mengajak berbagai pihak untuk memenuhi permintaan biodiesel yang membawa berbagai keuntungan, terutama ekonomi dan pembukaan lapangan pekerjaan karena konsumsi biodiesel akan terus meningkat ke depannya," pungkasnya.
Perdana, Bioavtur Pertamina Ramah Lingkungan Mengangkasa Bersama Garuda Indonesia
Penerbangan komersil Garuda Indonesia, perdana menggunakan bahan bakar ramah lingkungan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau Bioavtur. Penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang) menuju Bandara Adi Soemarmo (Surakarta) dan kembali ke Jakarta dengan bahan bakar aviasi ramah lingkungan ini menjadi bukti kontribusi kolaborasi BUMN pada upaya penurunan emisi dan mendukung pencapaian target Net Zero Emission.
Ceremonial Flight Sustainable Aviation Fuel tersebut dilakukan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jumat (27/10). Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Alfian Nasution mengatakan, Pertamina memiliki komitmen untuk mendukung tercapainya target NZE Pemerintah Indonesia dengan mengembangkan roadmap aset dekarbonisasi dan pembangunan green business, termasuk SAF untuk sektor aviasi.
"Penerbangan khusus ini akan menjadi tonggak sejarah di industri aviasi yang berkelanjutan. Masyarakat juga akan merasakan pengalaman baru, merasakan pemanfaatan energi terbarukan dan berkontribusi secara langsung pada penurunan emisi," ujar Alfian.
Perjalanan Pertamina SAF telah diinisiasi sejak 2010 melalui Research & Technology Innovation Pertamina, dengan melakukan riset pengembangan produk dan katalis. Pada tahun 2021, PT Kilang Pertamina Internasional berhasil memproduksi SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap dengan teknologi Co-Processing dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), atau minyak inti sawit yang telah mengalami proses pengolahan pemucatan, penghilangan asam lemak bebas dan bau, dengan kapasitas 1.350 kilo liter (KL) per hari. Melalui kolaborasi dengan stakeholder terkait, produk SAF tersebut kemudian melalui serangkaian uji coba pada mesin dan unit pesawat.
Advertisement
Rangkaian Pengujian
Rangkaian pengujian dimulai dari cell test di fasilitas milik Garuda Maintenance Facility (GMF), ground run, flight test pada pesawat militer CN-235 milik PT Dirgantara Indonesia, hingga uji terbang pesawat komersil milik Garuda Indonesia pada 4 Oktober 2023 pada pesawat Boeing 737-800 NG milik PT Garuda Indonesia. Produk Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) nantinya akan dipasarkan dan didistribusikan melalui subholding PT Pertamina Patra Niaga.
Hasil dari serangkaian pengujian yang telah dilaksanakan, menunjukkan bahwa performa SAF J2.4 memiliki kualitas yang sama dengan avtur konvensional. Hal tersebut merupakan jawaban atas komitmen Pertamina dalam penyediaan bahan bakar penerbangan yang ramah lingkungan, dan telah dipergunakan untuk commercial flight yang dilakukan hari ini.
"Kami mengapresiasi para stakeholder yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan rangkaian pengujian produk SAF selama ini, yaitu Dirjen EBTKE dan tim peneliti ITB sebagai koordinator, BPDPKS sebagai sponsor rangkaian kegiatan, PT Garuda Indonesia sebagai penyedia unit pesawat, serta pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam seluruh tahapan pengujian. Joy flight hari ini merupakan salah satu milestone terpenting dalam implementasi SAF di Indonesia ke depannya. Oleh karena itu, semoga semua kegiatan dapat terlaksana dengan lancar dan juga memberikan manfaat bagi segala pihak serta menjadi bukti nyata komitmen kita untuk mencapai NZE di tahun 2060 atau lebih cepat," ujar Alfian.