Sederet Tantangan Program Peremajaan Sawit Rakyat

Program Peremajaan Sawit Rakyat merupakan salah satu Program Strategis Nasional Indonesia sebagai upaya Pemerintah untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit mandiri/pekebun rakyat.

oleh Tira Santia diperbarui 04 Nov 2023, 18:00 WIB
Ilustrasi CPO. Program Peremajaan Sawit Rakyat merupakan salah satu Program Strategis Nasional Indonesia sebagai upaya Pemerintah untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit mandiri/pekebun rakyat, yang saat ini rata-rata menghasilkan 18-20 ton/hektar/tahun dengan produksi sampai umur tanaman melebihi 25 tahun. (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta Program Peremajaan Sawit Rakyat merupakan salah satu Program Strategis Nasional Indonesia sebagai upaya Pemerintah untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit mandiri/pekebun rakyat, yang saat ini rata-rata menghasilkan 18-20 ton/hektar/tahun dengan produksi sampai umur tanaman melebihi 25 tahun.

Pendapatan yang diterima setiap petani program PSR mencapai Rp 4 juta/bulan. Jumlahnya terkait terhadap tingkat produktivitas perkebunan kelapa sawit dari program peremajaan yang telah ditanam selama 5 tahun, menghasilkan 22-23 ton TBS per hektar/tahun.

Meskipun program ini telah membawa dampak ekonomi yang positif, Direktur Eksekutif Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman, menyebut masih terdapat tantangan.

Salah satu masalah utamanya adalah kesenjangan finansial antara distribusi dana penanaman kembali dan fase produksi, yang membuat petani kecil enggan berpartisipasi.

 

"Tantangan lainnya termasuk perlunya revitalisasi infrastruktur, fluktuasi biaya pupuk dan pestisida, kelangkaan bibit legitim, dan kurangnyapengetahuan dalam praktik pertanian yang baik. Masalah waktu pengiriman dan komitmen juga menghambat kesuksesan program," kata Eddy dalam 19th Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook, di BICC, The Westin Resort Nusa Dua Bali, Sabtu (4/11/2023).

Maka untuk mengatasi tantangan ini dan mempercepat program, beberapa strategi dan inovasi telah diperkenalkan. Langkah-langkah ini termasuk memperluas pasar terkait, meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak terkait, mengintegrasikan program dengan inisiatif terkait lainnya, memperbaiki infrastruktur, dan memperkuat proses verifikasi.

"Semua langkah ini bertujuan untuk menyederhanakan dan mempercepat proses penanaman kembali," ujarnya.

Program PSR

Edy menegaskan, pentingnya program PSR tidak boleh diabaikan. Tanpa program ini, produktivitas perkebunan kelapa sawit diproyeksikan akan menurun secara serius. Penurunan produksi ini berpotensi merugikan industri minyak kelapa sawit.

"Pada tahun 2025, diperkirakan produksi CPO (Crude Palm Oil) hanya akan mencapai sekitar 44 juta metrik ton. Ini menekankan peran penting program ini dalam menjaga keberlanjutan industri tersebut," pungkasnya.

 


BPDPKS Sudah Salurkan Rp 8,5 Triliun Peremajaan Sawit Rakyat, Ini Dia Penerimanya

Ilustrasi CPO 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Direktur Eksekutif Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman, melaporkan pihaknya telah menggelontorkan dana sebesar Rp 8,5 triliun untuk Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sejak tahun 2016 hingga 2023.

"Dana sebesar Rp 8,5 triliun telah didistribusikan ke lebih dari 306.000 hektar lahan (kelapa sawit) dan memberikan manfaat kepada lebih dari 134.000 petani kecil," kata Eddy dalam 19th Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook, di BICC, The Westin Resort Nusa Dua Bali, Sabtu (4/11/2023).

Eddy menjelaskan, PSR adalah inisiatif penting yang bertujuan meningkatkan produktivitas perkebunan petani kecil. Program ini telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah, seperti Kementerian, Pemerintah Daerah, Koperasi, dan Perusahaan Swasta, menjadi bagian penting dalam pelaksanaan program ini.

"Tujuan utama program ini adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani kecil, sambil memanfaatkan sekitar 2 juta hektar lahan perkebunan yang potensial," ujarnya.

Menurutnya, keberlanjutan program ini menjadi hal yang mendesak. Adapun peserta program dihimbau untuk memperoleh sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada saat panen pertama kali. Adanya kewajiban pelaksanaan ISPO ini menekankan pertimbangan lingkungan dan etika sudah masuk pada produksi sawit.

 


Kinerja Program PSR

Ilustrasi CPO 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Kinerja program PSR ini patut diakui, dengan lebih dari 200.000 hektar sudah ditanam kembali dan lebih dari 100.000 hektar dalam proses pembersihan lahan.

"Dana sebesar Rp30 juta per hektar telah membantu petani selama proses penanaman kembali. Program ini tidak hanya mengatasi kesenjangan finansial, tapi juga mempermudah akses petani ke pasar," katanya.

Dalam prosesnya, kata Eddy, program Peremajaan Sawit Rakyat telah melewati beberapa fase yang berbeda, menyesuaikan dengan tuntutan pasar dan perubahan regulasi.

 

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya