Fakta-Fakta Ringgit Malaysia Tumbang, Jatuh ke Level Terparah dalam 25 Tahun

Ringgit Malaysia kini menjadi salah satu mata uang di Asia Tenggara yang mengalami pelemahan. Pada awal pekan ini, Ringgit Malaysia telah berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, jatuh hampir 8 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tahun ini.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Nov 2023, 17:00 WIB
Ringgit Malaysia kini menjadi salah satu mata uang di Asia Tenggara yang mengalami pelemahan. Pada awal pekan ini, Ringgit Malaysia telah berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, jatuh hampir 8 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta Ringgit Malaysia kini menjadi salah satu mata uang di Asia Tenggara yang mengalami pelemahan. Pada awal pekan ini, Ringgit Malaysia telah berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, jatuh hampir 8 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tahun ini.

Sementara itu, pekan lalu, Ringgit Malaysia turun menjadi 4,7958 per dolar AS, menandai nilai terlemah dalam lebih dari 25 tahun.

Berikut sederet fakta-fakta soal tumbangnya Ringgit Malaysia:

1. Ringgit Malaysia Ambrol, Nyaris Sentuh Level Terendah

Selain Rupiah, Ringgit Malaysia kini menjadi salah satu mata uang di Asia Tenggara yang mengalami pelemahan.

Mengutip Bloomberg, Selasa (31/10/2023) Ringgit Malaysia telah berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, jatuh hampir 8 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tahun ini.

Pekan lalu, Ringgit Malaysia turun menjadi 4,7958 per dolar AS, menandai nilai terlemah dalam lebih dari 25 tahun.

Penembusan titik terendah tahun 1998 di 4,8850 per dolar akan membawanya ke rekor terendah.

Investor Ringgit Malaysia kini berharap bank sentral negara tersebut akan mengambil tindakan untuk mendukung Ringgit.

Hal ini membuat keputusan kebijakan Bank Negara Malaysia (BNM) pada hari Kamis menjadi fokus, terutama setelah bank sentral Indonesia (BI) dan Filipina baru-baru ini menaikkan suku bunga untuk mendukung mata uang mereka.

Meskipun Bloomberg Economics memperkirakan tidak ada perubahan dalam suku bunga kebijakan BNM, beberapa analis memperkirakan bank sentral akan mengumumkan langkah-langkah lain untuk menyelematkan Ringgit.

“Mungkin ada beberapa kebingungan yang menunjukkan bahwa BNM mewaspadai pergerakan Ringgit yang menyimpang terlalu jauh dari fundamental dan bersifat spekulatif," kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd di Singapura.

BNM juga diprediksi dapat memberlakukan beberapa batasan sementara pada posisi valas, dan insentif untuk memarkir deposit valas dan investasi masuk, katanya.

Suku Bunga Sejak bulan Juli 2023, BNM telah mempertahankan suku bunga utama sebesar 3 persen. Langkah ini menempatkannya pada rekor diskon relatif terhadap batas atas suku bunga Fed Funds, yang membuatnya kurang menarik bagi investor berbasis dolar untuk membeli aset-aset dalam mata Ringgit.

"(Bagi Malaysia) sejumlah faktor mendukung penahanan tersebut, termasuk inflasi yang kembali mendekati rata-rata jangka panjang," menurut Tamara Henderson, ekonom Asia Tenggara di Bloomberg Economics.

"Kenaikan suku bunga tidak akan mengubah sentimen Ringgit. Namun, hal ini akan menambah hambatan pertumbuhan akibat kebijakan fiskal (Malaysia) yang lebih ketat dan melemahnya permintaan global," tambah dia.

 


2. Mahathir Mohamad Ungkap Cara Selamatkan Ringgit Malaysia

Ilustrasi Ringgit Malaysia (dok. Pixabay.com/Squirrel_photos/Putu Elmira)

Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengatakan bahwa negaranya harus mempertimbangkan mematok Ringgit Malaysia (MYR) yang kian melemah terhadap dolar, mengulangi kebijakan yang ia terapkan saat Krisis Keuangan Asia pada akhir tahun 1990an.

"Ini (Ringgit Malaysia) adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan," ungkap Mahathir, dikutip dari Free Malaysia Today, Kamis (2/11/2023)

Dilaporkan, Ringgit Malaysia memasuki daftar mata uang dengan kinerja terburuk di negara-negara berkembang di Asia tahun ini, merosot hampir 8 persen terhadap greenback dolar Amerika Serikat.

Nilai tukar Ringgit merosot menjadi hampir 4,8 per USD pada bulan lalu, yang merupakan tingkat terlemah sejak Januari 1998 atau 25 tahun lalu.

Mata uang tersebut diprediksi akan kembali merosot hingga 5 persen ke rekor terendah, kata Mahathir dalam sebuah wawancara di kantornya di Putrajaya.

"Bayangkan saja dampaknya terhadap biaya hidup Anda," ujarnya, seraya menambahkan bahwa mematok Ringgit juga akan membantu meringankan tekanan inflasi.

Aset-aset Malaysia mengalami penurunan tahun ini karena melonjaknya suku bunga AS yang menyedot dana kembali ke negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Bank Negara Malaysia (BNM) telah mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 3% sejak bulan Juli, menempatkan indeks tersebut pada rekor diskon hingga batas atas acuan Federal Reserve.

Pada saat yang sama, pertumbuhan yang melambat di Tiongkok, mitra dagang terbesar Malaysia, telah membebani ekspor negara tersebut.

Gubernur Bank Negara Malaysia Abdul Rasheed Ghaffour pekan lalu menyarakan bahwa para pengambil kebijakan tetap berkomitmen untuk memastikan penyesuaian Ringgit secara tertib. "Kami telah berada di pasar, dan jika diperlukan, kami akan terus berada di pasar," ucap Abdul.

 


3. Ringgit Malaysia KO, PM Malaysia Salahkan AS

Ringgit, Malaysia

Malaysia tengah terancam guncangan ekonomi. Hal ini dikarenakan mata uang Ringgit Malaysia yang telah mencapai tingkat terlemah dalam 25 tahun. Ringgit Malaysia KO terhadap dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Selasa (31/10/2023) Ringgit Malaysia telah berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, jatuh hampir 8 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tahun ini.

Pekan lalu, Ringgit Malaysia turun menjadi 4,7958 per dolar AS, menandai nilai terlemah dalam lebih dari 25 tahun.Penembusan titik terendah tahun 1998 di 4,8850 per dolar akan membawanya ke rekor terendah.

Investor Ringgit Malaysia kini berharap bank sentral negara tersebut akan mengambil tindakan untuk mendukung Ringgit.

Salahkan Kebijakan AS

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim berdalih, pelemahan Ringgit ini tidak lepas dari kebijakan AS, khususnya bank sentralnya. 

Ia mengatakan, pergerakan Ringgit merupakan efek dari tindakan Federal Reserve mengenai suku bunganya. Hal ini menyebabkan pelemahan mata uang negara-negara lain, termasuk Ringgit.

Ia melihat kenaikan suku bunga belum diperlukan untuk mendukung Ringgit. DI sisi lain, solusi terhadap melemahnya mata uang lokal adalah dengan memisahkan diri dari dolar AS.

"Ada pandangan di kalangan ekonom untuk memperkuat nilai Ringgit melalui kenaikan suku bunga kebijakan semalam. Tapi untuk alasan apa?" ujar Anwar, dikutip dari Bloomberg, Kamis (2/11/2023).

"Kami hanya menaikkannya ketika perekonomian membutuhkannya. Saat ini hal itu tidak diperlukan,” kata PM Malaysia itu.


4. Ringgit Malaysia dan Rupiah Sama-Sama Anjlok, Sri Mulyani: Kita Lebih Baik

Yen Jepang mencatat pelemahan terdalam yakni 0,81 persen, disusul dolar Singapura yang melemah 0,15 persen, baht Thailand melemah 0,09 persen, yuan China melemah 0,09 persen, ringgit Malaysia melemah 0,04 persen, dolar Hong Kong melemah 0,03 persen, dan rupee India melemah 0,009 persen terhadap dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa Bank Indonesia menempuh langkah-langkah stabilisasi dari depresiasi nilai tukar Rupiah, seiring penguatan dolar Amerika Serikat (USD) dalam beberapa pekan terakhir.

Sama seperti Rupiah, Ringgit Malaysia juga mengalami depresiasi. Bahkan Ringgit Malaysia menjadi salah satu mata uang di Asia Tenggara yang mengalami pelemahan.

“Depresiasi Rupiah kita relatif baik yaitu sebesar 2,34 persen year-to-date,” ungkap Menkeu dalam Konferensi Pers KSSK pada Jumat (3/11/2023).

“Ke depan, langkah stabilisasi nilai tukar Rupiah terus diperkuat agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dan untuk mendukung upaya pengendalian imported inflation,” pungkasnya.

Selain itu, upaya lain juga terus diperkuat untuk memperkuat mekanisme pasar di dalam manajemen, likuiditas dari institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri, serta meningkatkan dan memperluas koordinasi di dalam rangka implementasi instrumen penempatan devisa hasil ekspor sumber daya alam yang sejalan dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023.

“Penguatan Harmonisasi dari Kebijakan Fiskal, moneter dan sektor keuangan juga akan terus dilakukan. Hal ini untuk memperkuat efektivitas bauran kebijakan makro baik di dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan, maupun untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi kita,” tambah Sri Mulyani.

Menkeu memaparkan, indeks nilai tukar USD terhadap mata uang utama yang sering dalam hal ini disebut di DXY pada tanggal 27 Oktober 2023 lalu berada pada tingkat 106,56.

“Ini artinya terjadi penguatan 2,93 year-to-date,” kata Sri Mulyani.

Lebih lanjut dia membeberkan, peningkatan indeks DXY yaitu indeks nilai tukar dolar ini memberi tekanan depresiasi terhadap mata uang counterpartnya, seperti Yen Jepang yang melemah 12,61 persen dan Dollar Australia mengalami depresiasi atau perlemahan 6,72 persen year-to-date.

Adapun depresiasi dari mata uang di negara tetangga Indonesia di ASEAN, salah satunya Ringgit Malaysia sebesar 7,82 persen dan Baht Thailand 4,39 persen year-to-date.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya