Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Cuma 4,9 Persen, Tak Sesuai Prediksi Pemerintah

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait penyebab ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,94 persen secara year on year (yoy) pada Kuartal III-2023.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 06 Nov 2023, 19:08 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait penyebab ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,94 persen secara year on year (yoy) pada Kuartal III-2023.. (akun instagram pribadinya @smindrawati)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait penyebab ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,94 persen secara year on year (yoy) pada Kuartal III-2023. Diketahui, capaian pertumbuhan ekonomi ini mengalami perlambatan dibandingkan Kuartal III-2022 yang mencapai 5,17 persen.

Dia mengakui, bahwa pertumbuhan ekonomi di bawah 5 persen pada Kuartal III-2023 ini di bawah ekspektasi pemerintah. Padahal, menurut asumsi pemerintah Indeks Keyakinan Konsumen masih tumbuh positif untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi.

"Kita melihat dari sisi 4,94 persen, yang disampaikan untuk konsumsi yang dikeluarkan oleh BPS memang relatif rendah dari yang kita ekspektasi dan kita melihat consumer confidence tinggi, tapi translation kepada consumption itu ternyata tidak setinggi yang kita harapkan," ujarnya dalam konferensi pers di Kementerian Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (6/11/2023).

Sri Mulyani menyebut, capaian pertumbuhan ekonomi 4,94 persen di Kuartal III-2023 dipengaruhi oleh kenaikan harga beras yang turut mempengaruhi daya beli masyarakat. Menurutnya, permasalahan tersebut terjadi akibat dampak El-Nino yang mempengaruhi produktivitas pangan.

"Ini perlu kita lihat pengaruhnya apa, apakah psikologis dengan kondisi El Nino, harga beras naik, dan berbagai faktor lainnya," ungkap Bendahara Negara.

Konsumsi Pemerintah Tak Tumbuh

Selain itu, konsumsi pemerintah juga tumbuh negatif di Kuartal III-2023. Namun, Sri Mulyani meyakini konsumsi pemerintah akan tumbuh positif setelah memasuki Kuartal IV-2023.

Beruntung, industri pengolahan mampu membukukan kinerja positif hingga mengalahkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Tercatat, market share industri pengolahan mencapai 18,75 persen dan pertumbuhannya di atas ekonomi nasional yaitu 5,20 persen.

"Ini confirm dengan tadi industri manufaktur dan masuknya capital inflow, jadi ini masih sangat positive story dari indonesia yang kita akan coba untuk jaga terus," pungkas Menkeu.


BPS Sebut Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,9%, Sektor Manufaktor hingga Konstruksi Jadi Penopang

Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis sejumlah sektor yang berkontribusi terbesar untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2023. Salah satunya industri pengolahan atau manufaktur yang merupakan sektor yang menjadi sumber terbesar untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 1,06 persen year on year (YoY).

Plt Kepala BPS Amalis Adininggar Widyasanti menuturkan, sumber pertumbuhan yang diberikan industri pengolahan pada kuartal III 2023 lebih besar dari pada kuartal II 2023 sebesar 0,98 persen dan kuartal III-2022 sebesar 0,99 persen.

“Pertumbuhan industri manufaktor ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik di antaranya industri barang logam yang meliputi komputer, barang elektronik, optic dan peralatan listrik yang tumbuh 13,68 persen (YoY) dikutip dari Antara, Senin (6/11/2023).

Selanjut industri logam dasar yang 10,86 persen (YoY), industri alat angkutan tumbuh 7,31 persen (YoY), serta industri barang galian bukan logam tumbuh 7,20 persen (YoY).

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2023 juga ditopang oleh sektor perdagangan dengan sumber pertumbuhan 0,66 persen. Selanjutnya sektor transportasi dan pergudangan 0,61 persen, serta sektor konstruksi 0,60 persen.

 


Sektor Transportasi

INACA berharap TBA tiket pesawat dikaji ulang untuk memberi fleksibilitas operator untuk menyesuaikan tarif. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi lain, sektor dengan pertumbuhan tertinggi yakni transportasi dan pergudangan yang tumbuh 14,74 persen (YoY), jasa lainnya naik 11,14 persen (YoY) serta akomodasi dan makan minum yang tumbuh 10,90 persen (YoY).

Sedangkan sektor dengan pertumbuhan tertinggi yakni transportasi dan pergudangan yang tumbuh 14,74 persen (YoY), jasa lainnya naik 11,14 persen (YoY), serta akomodasi dan makan minum yang tumbuh 10,90 persen (YoY).

“Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi antara lain didorong oleh peningkatan aktivitas produksi, mobilitas masyarakat, kunjungan wisatawan mancanegara, terselenggaranya beberapa acara nasional dan internasional serta dimulainya kegiatan politik menjelang pemilu,” kata Amalia.

BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 4,94 persen secara tahunan (YoY). Sedangkan secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi tercatat 1,60 persen quartal to quartal (qoq).

Amalia menuturkan, ekonomi Indonesia tumbuh 4,94 persen YoY pada kuartal III-2023 di tengah perlamabtan perekonomian global, perubahan iklim dan menurunnya harga komoditas sektor unggulan.

"Leading sektor ekonomi Indonesia seperti industri pengolahan, pertanian, perdagangan, pertambangan dan konstruksi terus tumbuh,” kata dia.

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya