Liputan6.com, Purwakarta - Pelayanan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Gapura Tirta Rahayu Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, dikeluhkan warga sejak beberapa bulan ini. Pasalnya, layanan air bersih dari BUMD ini kerap mengalami gangguan hingga menyebabkan pelanggannya kesulitan air bersih.
Saat dikonfirmasi, Plt Dirut Perumda Air Minum Gapura Tirta Rahayu Kabupaten Purwakarta, Riana Afriadi tak menampik hal itu. Dia pun mengakui, sejak beberapa bulan ini pihaknya kebanjiran keluhan dari pelanggannya. Adapun gangguan pelayanan yang terjadi, ia menegaskan, itu lebih disebabkan faktor alam.
"Atas nama perusahaan air minum, kami memohon maaf atas ketidaknyamanan ini," ujar Riana kepada Liputan6.com, Senin (6/11/2023).
Baca Juga
Advertisement
Dalam hal ini, pihaknya menyampaikan bahwa terganggunya pelayanan ini karena sumber air baku yang dikelola perusahaannya terdampak kekeringan. Salah satu sumber pemasok air untuk PDAM, yakni Waduk Jatiluhur. Seperti diketahui bersama, debit air di waduk buatan tersebut sampai saat ini terus menyusut.
Riana menjelaskan, sejauh ini pihaknya sudah berupaya memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggannya. Akan tetapi, karena terkendala oleh alam maka pelayanan ini masih belum maksimal. Sehingga, yang dirasakan pelanggan saat ini yakni layanan air bersihnya sering mati. Pihaknya tak menampik, kalau selama ini pelanggan kecewa atas kondisi ini.
"Meski begitu, berbagai upaya sudah kami lakukan untuk memberikan pelayanan maksimal ke pelanggan," jelas dia.
Disiapkan Konpensasi
Salah satunya, lanjut dia, dengan memberikan kompensasi air bersih ke pelanggan yang layanan airnya tersendat. Adapun kompensasi air bersih ini dilayani tidak lagi melalui pipa, melainkan diangkut melalui armada.
"Kita sudah siapkan 5 unit armada untuk menyuplai air bersih bagi pelanggan terdampak," kata dia.
Namun, kata dia, pihaknya membatasi bantuan air bersih ini karena pemohonnya banyak. Sehingga, pihaknya bisa mengakomodir rata-rata per pelanggan hanya 10-50 liter per hari. Hal itu, karena airnya harus dibagi-bagi.
Riana menuturkan, selain Waduk Jatiluhur ada beberapa sumber air lainnya yang jadi pemasok ke PDAM. Yakni, sumber mata air pegunungan di Cilembangsari dan Wanayasa. Namun, sama halnya dengan Waduk Jatiluhur, semua sumber mata air yang dikelola PDAM ini juga mengalami penyusutan.
Riana menambahkan, sampai saat ini pelanggan PDAM tercatat mencapai 32.000 yang tersebar di sejumlah kecamatan. Dia mengakui hampir seluruhnya terdampak akibat kemarau ini. Atas kondisi ini, pihaknya meminta kepada pelanggan yang terdampak dan belum menerima kompensasi air bersih untuk segera melaporkannya ke PDAM.
"Bisa datang langsung ke kantor kami, atau melalui call center yang kami siapkan. Untuk pengaduannya sangat mudah, tinggal melampirkan KTP, rekening pelanggan dan juga alamat lokasi. Kenapa kita meminta pelanggan membuat pengaduan, supaya kita bisa menanganinya dengan cepat," ujar Riana.
Sementara itu, Abah Udin (59) salah seorang pelanggan PDAM di Kecamatan Purwakarta kota mengaku, sejak dua bulan ini air dari PDAM yang mengalir ke lokasi usahanya mati. Akibatnya, Abah Udin harus membeli air eceran yang harganya lumayan.
"Pusing, air mati. Abah harus membeli air. Padahal air sangat penting, soalnya usaha abah memotong dan menjual ayam, bebek, dan entog. Kalau tidak ada air, bagaimana bisa membersihkannya," ujar Abah yang membuka usaha di Kelurahan Nagri Kaler itu.
Advertisement