Gejala Pneumonia pada Anak, Napas Lebih Cepat dari Biasanya

Cissy meminta orangtua untuk menghitung laju napas ketika menunjukkan gejala batuk, demam dan sesak napas. Bila lebih cepat dari biasanya, segera bawa ke dokter lantaran bisa jadi itu gejala pneumonia.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 13 Jan 2024, 21:01 WIB
Ilustrasi anak sakit pneumonia/copyright freepik.com

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis anak konsultan respirasi Cissy Kartasasmita mengatakan bahwa pneumonia merupakan silent killer pada anak berusia di bawah lima tahun. Data UNICEF mengungkapkan ada satu anak meninggal karena pneumonia di dunia.

"Jika dibiarkan, dampaknya bisa berbahaya hingga menyebabkan kematian. Itulah mengapa, pneumonia disebut sebagai the silent killer bagi anak usia di bawah lima tahun," kata Cissy.

"Penting bagi orang tua untuk mengenali berbagai gejala pneumonia dan faktor risiko pneumonia," lanjut Cissy dalam Hari Peringatan Pneumonia Sedunia bersama MSD pada Senin, 6 November 2023.

Pneumonia adalah peradangan paru yang terutama disebabkan oleh infeksi kuman. Menurut penelitian dan laporan penyebab utama pneumonia bakteria adalah Streptococcus pneumoniae atau dikenal dengan Pneumokokus.

Pada saat anak sakit pneumonia gejala yang muncul batuk, demam dan sesak napas. Memang gejala ini sulit dibedakan dengan penyakit saluran napas lain. Namun, Cissy meminta orangtua untuk menghitung laju napas ketika batuk, demam dan sesak napas.

Hal ini perlu dilakukan lantaran gejala paling menonjol saat bayi dan balita alami pneumonia adalah napas cepat meski dalam keadaan tenang atau tidak menangis.

Napas bayi dan anak yang sakit pneumonia adalah lebih dari 60 kali dalam satu menit untuk usia nol sampai dengan dua bulan.

Untuk usia dua bulan sampai dengan satu tahun kecepatan napas di atas 50 kali dalam satu menit, sedangkan di usia satu hingga lima tahun di atas 40 kali per menit.

“Tanda-tanda ini juga disertai dengan tarikan dinding dada ke arah dalam saat menarik napas,” kata Cissy mengutip Antara.

Ketika mengalami gejala tersebut, kata dia, orangtua harus segera membawa anaknya ke dokter atau fasilitas kesehatan agar mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.


Upaya Cegah Anak Kena Pneumonia

Pneumonia tidak bisa dianggap remeh karena bisa berdampak pada pertumbuhan anak jangka panjang. Hal ini disampaikan dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang, Soedjatmiko di kesempatan yang sama. Berbagai langkah pencegahan perlu diterapkan orang tua.”

Lima langkah yang perlu dilakukan orangtua untuk mencegah pneumonia pada anak antara lain:

  1. Memberikan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup protein hewani dan nabati.
  2. Menghindari anak dari orang yang sedang batuk pilek, polusi asap rokok, kompor, kendaraan, pembakaran sampah, dan debu jalanan.
  3. Menjaga sirkulasi udara di rumah.
  4. Memakai masker di tempat yang banyak polusi asap dan debu.
  5. Melengkapi imunisasi sejak bayi, termasuk PCV.

Vaksin PCV Gratis dari Pemerintah

Soedjatmiko menuturkan pemerintah Indonesia terus berupaya melindungi anak dari pneumonia. Sejak 2022 vaksinasi PCV13 untuk mencegah pneumonia sudah masuk ke dalam Program Imunisasi Nasional. 

Pemberian vaksinasi PCV dilakukan saat bayi berumur 2 bulan, 3 bulan dan 12 bulan secara gratis.

"Imunisasi PCV yang masuk dalam program pemerintah menggunakan jenis vaksin PCV 10 yang melindungi dari 10 serotipe penyebab pneunomia," kata Soedjatmiko.

Namun, sekarang sudah ada vaksin PCV 15 yang melindungi dari bahaya 15 serotipe. Vaksin PCV 15 juga sudah dapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk digunakan di seluruh wilayah Indonesia. 

“Oleh karena itu, bagi yang ingin mendapatkan perlindungan yang lebih luas, tidak perlu ragu, segera meminta vaksinasi PCV 15 kepada dokter atau dokter spesialis anak di layanan kesehatan swasta,” kata pria yang karib disapa Miko ini.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya