Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik tipis setelah eksportir utama Arab Saudi dan Rusia menegaskan kembali komitmen mereka terhadap pengurangan pasokan minyak secara sukarela hingga akhir tahun.
Harga minyak dunia berjangka Brent menetap 29 sen, atau 0,34%, lebih tinggi menjadi USD 85,18 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 31 sen, atau 0,4% ke posisi USD 80,82 per barel.
Advertisement
Arab Saudi mengkonfirmasi akan melanjutkan pengurangan pasokan sukarela tambahan sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada bulan Desember untuk mempertahankan produksi minyak sekitar 9 juta barel per hari.
Rusia juga mengumumkan akan melanjutkan pemotongan sukarela tambahan sebesar 300.000 barel per hari dari ekspor minyak mentah dan produk minyak bumi hingga akhir Desember.
“Pengumuman ini menunjukkan bahwa Saudi mengambil alih kendali dalam upaya memperketat pasar dan menaikkan harga,” ujar John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York melansir CNBC, Selasa (7/11/2023).
Pemotongan tersebut dapat diperpanjang hingga kuartal pertama tahun 2024 karena permintaan minyak yang melemah secara musiman di awal setiap tahun.
"Kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung, dan tujuan produsen dan OPEC+ untuk mendukung stabilitas dan keseimbangan pasar minyak”, kata ahli strategi UBS, Giovanni. Staunovo.
Sempat Rebound
Harga minyak rebound setelah kedua minyak acuan tersebut kehilangan sekitar 6% dalam seminggu hingga 3 November, karena kekhawatiran pasokan yang didorong oleh ketegangan di Timur Tengah mereda.
Para pemimpin badan PBB menuntut gencatan senjata kemanusiaan pada hari Senin, sebulan setelah perang di Gaza, ketika otoritas kesehatan di daerah kantong tersebut mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan Israel kini melebihi 10.000 orang.
Melemahnya dolar juga membantu harga minyak. Indeks dolar turun ke level 104,84, terlemah sejak 20 September. Melemahnya dolar meningkatkan permintaan pembelian minyak mentah oleh pemegang mata uang asing.
Advertisement