Liputan6.com, Jakarta - Aktivis pro-Palestina dan masyarakat Arab menyerukan kampanye untuk memboikot rumah mode mewah asal Prancis tersebut, Dior. Hal ini menyusul adanya laporan penggantian model Palestina Bella Hadid dengan model Israel.
Dikutip dari Al Bawaba, Selasa (7/11/2023), kantor berita Turki Yeni Şafak English melaporkan bahwa Dior telah memilih seorang model Israel bernama May Tager untuk iklan baru mereka. Laporan melanjutkan bahwa Dior menggantikan model Bella Hadid dengan May Tager.
Advertisement
Kabar itu ramai di jagat maya hingga menggema tagar "BoycottDior" yang trending di media sosial, terkhusus X (sebelumnya Twitter). Seorang warganet berkomentar, "Keputusan fesyen terburuk yang diambil sejauh ini! Saya akan mengevaluasi kembali pembelian barang mewah saya juga! Semoga banyak yang mengikuti!"
Warganet lain menegaskan, "Boikot setiap merek di bawah naungan LVMH termasuk Dior (jika Anda punya uang)."
"Sepertinya @Dior berpihak pada genosida. Bagi saya, sepertinya boikot berikutnya baru saja dijatuhkan," ungkap warganet lain.
Keputusan Dior untuk menggantikan Bella Hadid dikatakan sebagai seruan kuat perusahaan bahwa mereka mendukung Israel. Brand tersebut disebut-sebut menyoroti bahwa Bella adalah seorang aktivis yang sangat pro-Palestina yang berbicara tentang agresi Israel terhadap warga Palestina, terutama setelah perang Gaza terbaru.
Bella Hadid telah menjadi wajah Dior makeup dan brand ambassador pertama yang berasal dari Palestina sejak 2016. Model berusia 27 tahun itu melalui media sosial mengutuk serangan udara terbaru Israel di Jalur Gaza yang menewaskan 10.022 orang sejak 7 Oktober 2023.
Belum Ada Pernyataan Resmi
"Hati saya terluka karena rasa sakit akibat trauma yang saya lihat, sama seperti trauma yang dirasakan saudara sedarah saya di Palestina," tulis Hadid di media sosial.
Di sisi lain, Dior belum merilis pernyataan resmi atau jelas mengenai kabar penggantian Bella Hadid dengan model Israel Mai Tager. Hadid juga belum mengunggah apa pun di akun media sosialnya.
Pada 27 Oktober 2023, seperti dikutip dari Daily Mail, Bella Hadid untuk pertama kalinya berbicara secara terbuka tentang Israel dan Hamas. Ia mengatakan bahwa ada krisis kemanusiaan mendesak di Gaza yang harus ditangani.
Pemilik nama lengkap Isabella Khairiah Hadid ini melalui Instagram pada Kamis, 26 Oktober 2023 dengan pernyataan rinci yang menyerukan tekanan terhadap para pemimpin politik untuk 'berdiri bersama dalam membela kemanusiaan dan kasih sayang.' Ia berbicara tentang masalah sensitif ini lebih dari dua minggu setelah saudara perempuannya, Gigi Hadid, berbicara secara terbuka tentang konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah.
Advertisement
Kerap Dapat Ancaman Pembunuhan
"Saya belum menemukan kata-kata yang tepat untuk dua minggu terakhir yang sangat rumit dan mengerikan ini, minggu-minggu yang telah mengalihkan perhatian dunia kembali ke situasi yang telah merenggut nyawa tak berdosa, dan berdampak pada banyak keluarga selama beberapa dekade," kata Bella.
Ia melanjutkan, "Banyak yang ingin kukatakan, tapi untuk hari ini, aku akan menyampaikannya secara singkat."
Bella, yang ayahnya adalah pengusaha real estate Palestina Mohamed Hadid dan ibunya adalah model Belanda Yolanda Hadid, melanjutkan, "Saya telah dikirimi ratusan ancaman pembunuhan setiap hari, nomor telepon saya bocor, dan keluarga saya merasa dalam bahaya."
"Tapi aku tidak bisa dibungkam lagi. Ketakutan bukanlah suatu pilihan. Rakyat dan anak-anak Palestina, khususnya di Gaza, tidak bisa membiarkan kita diam. Kami tidak berani - mereka berani," terangnya.
Supermodel tersebut mengatakan bahwa, "Melihat akibat dari serangan udara di Gaza, saya berduka bersama semua ibu yang kehilangan anak-anak dan anak-anak yang menangis sendirian, semua ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, paman, bibi, teman-teman yang hilang, yang tidak akan pernah lagi berjalan di muka bumi ini."
Lantang Suarakan Bela Palestina
"Terlepas dari sejarah negara ini, saya mengutuk serangan teroris terhadap warga sipil, di mana pun. Menyakiti perempuan dan anak-anak serta melakukan teror tidak akan memberikan manfaat apa pun bagi gerakan Free Palestina," katanya.
Bella membahas penderitaan 'keluarga-keluarga Israel yang telah menghadapi rasa sakit dan dampak' serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, dengan mengatakan bahwa dia 'berduka' untuk mereka. "Saya percaya jauh di lubuk hati saya bahwa tidak ada anak, tidak ada orang di mana pun, yang boleh diambil dari keluarganya baik untuk sementara atau selamanya," tambahnya. "Hal ini juga berlaku bagi rakyat Israel dan Palestina."
Bella mengatakan bahwa, "Penting untuk memahami betapa sulitnya menjadi orang Palestina, di dunia yang menganggap kami tidak lebih dari teroris yang menolak perdamaian."
Bella dalam keterangannya buka-bukaan tentang 'trauma generasi' keluarganya akibat konflik berkepanjangan di Timur Tengah. "Ayah saya lahir di Nazareth pada tahun Nakba (pengungsian 750.000 warga Palestina pada 1948). Sembilan hari setelah ia dilahirkan, ia, dalam pelukan ibunya, bersama keluarganya diusir dari rumah mereka di Palestina, menjadi pengungsi, jauh dari tempat yang dulu mereka sebut sebagai rumah. Kakek dan nenekku, tidak pernah diizinkan kembali," ceritanya.
Advertisement