Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksinya pada pertumbuhan ekonomi Tiongkok menjadi 5,4 persen untuk tahun 2023.
Kenaikan proyeksi ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi Tiongkok di kuartal ketiga yang lebih baik dari perkiraan, dan pengumuman kebijakan Beijing baru-baru ini.
Advertisement
Namun, IMF mengingatkan negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu masih dibayangi krisis di sektor real estate.
IMF juga tidak mengubah prediksi melambatnya pertumbuhan Tiongkok di 2024 mendatang menjadi 4,6 persen.
"(Ini karena) di tengah berlanjutnya pelemahan pasar properti dan lemahnya permintaan eksternal," kata Wakil Direktur Pelaksana IMF Gita Gopinath, dikutip dari CNBC International, Rabu (8/11/2023).
"(Terkait real estat) tekanannya masih ada. Masih banyak tekanan di pasar," bebernya.
Gopinath melihat, perlambatan ekonomi Tiongkok tidak akan selesai dalam waktu cepat, mengingat real estat merupakan salah satu sektor penyumbang lebih dari seperempat perekonomian negara itu.
Kemungkinan Kontraksi
Beberapa analis bahkan memprediksi kemungkinan kontraksi sebesar 10 poin persentase.
Merespon tantangan tersebut, Beijing mulai menertibkan ketergantungan pengembang terhadap utang untuk pertumbuhan pada tahun 2020, namun baru-baru ini melonggarkan beberapa tindakan.
"Beberapa kemajuan telah dicapai, tetapi masih diperlukan lebih banyak lagi," jelas Gopinath.
Ia mengatakan, pemerintah pusat bisa berperan besar dalam memberikan pendanaan secara langsung. "Kami pikir hal ini akan membantu meningkatkan kepercayaan rumah tangga. Tetapi kami juga berpikir penting untuk segera mengeluarkan pengembang properti yang tidak layak," ucap Wakil Direktur Pelaksana IMF.
Tak Beri Dampak pada Harga Komoditas
Di sisi lain, IMF tidak memperkirakan dampak besar dari peningkatan perkiraan ekonomi Tiongkok terhadap harga komoditas.
"Apa yang akan mempunyai dampak yang lebih besar adalah jika Tiongkok mampu menaikkan perkiraan pertumbuhan jangka menengahnya dari saat ini sebesar 3,5 persen. Hal ini dapat dicapai jika Tiongkok melakukan reformasi yang tepat," paparnya.
"Saya mendengar dari beberapa otoritas bahwa mereka tidak hanya tertarik pada nomor berita utama. Mereka ingin pertumbuhannya berkualitas tinggi, berkelanjutan, inklusif, dan mereka bekerja di berbagai bidang di sini," ujarnya.
Advertisement
Tantangan Pembuat Kebijakan Tiongkok dalam Memulihkan Real Estat
Sejauh ini, para pengambil kebijakan masih mengambil langkah-langkah dalam beberapa minggu terakhir untuk mengumumkan dukungan lebih lanjut bagi sektor real estat dan pemerintah daerah yang sedang mengalami kesulitan.
Beijing juga membuat keputusan langka untuk meningkatkan defisit anggaran.
"Tujuan pihak berwenang untuk merekayasa penyesuaian yang diperlukan di pasar properti disambut baik," kata Gopinath dalam pernyataannya.
"Tantangannya adalah meminimalkan dampak ekonomi dan membendung risiko terhadap stabilitas keuangan makro," ungkapnya.