Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mengumumkan pemegang saham perseroan Birchwood telah menjual saham INTP kepada Heidelberg Materials AG. Namun, perseroan menyatakan tidak perubahan pengendali pada perseroan.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menyampaikan informasi yang diterimanya dari Birchwood dan Heidelberg Materials AG melalui surat 7 November 2023, kalau telah terjadi transaksi jual beli saham antara Birchwood dan Heildelberg Materials AG.
Advertisement
Birchwood menjual seluruh saham perseroan yang dimilikinya kepada Heidelberg Materials AG. Heilderg Materials AG merupakan pemegang saham pengendali tidak langsung perseroan mengingat Heidelberg Materials AG memiliki seluruh kepemilikan saham Birchwood.
Transaksi antara Birchwood dan Heidelberg Materials AG merupakan transaksi antara orang dalam yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 78/POJK.04/2017 tentang transaksi efek yang tidak dilarang bagi orang dalam.
“Transaksi ini dilakukan untuk tujuan restrukturisasi grup Heildelberg Materials AG,” tulis Sekretaris Perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Dani Handajani.
Dengan transaksi tersebut, Heildelberg Materials AG menjadi pihak pengendali baru. Namun, Indocement memastikan tidak ada perubahan pada pengendali di perseroan karena Heildelberg Materials AG adalah pemilik 100 persen saham di Birchwood.
Dengan demikian, efektif sejak 7 November 2023, Heildelberg Materials AS adalah pemegang saham pengendali dan pemegang saham mayoritas perseroan dengan kepemilikan saham langsung 1.877.480.863 saham. Jumlah itu setara 51 persen dari seluruh jumlah saham yang dikeluarkan perseroan.
“Transaksi tersebut hanya mengakibatkan perubahan kepemilikan Heidelberg Materials AG dalam perseroan yang semula tidak langsung menjadi kepemilikan langsung,” tulis Dani.
Transaksi Saham INTP Tembus Rp 20,7 Triliun di Pasar Negosiasi
Sebelumnya diberitakan, transaksi saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) melonjak signifikan di pasar negosiasi pada perdagangan saham sesi pertama Selasa (7/11/2023).
Berdasarkan data RTI, pada perdagangan saham sesi pertama, transaksi saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) di pasar negosiasi mencapai Rp 20,7 triliun di pasar negosiasi.
Saham INTP melonjak 10,88 persen ke posisi Rp 10.175 per saham. Total frekuensi perdagangan tiga kali sebanyak 18.774.928 saham. Di pasar negosiasi, saham INTP berada di level tertinggi Rp 11.022 dan terendah Rp 10.175 per saham.
Di pasar regular, saham INTP bertambah 1,02 persen ke posisi Rp 9.900 per saham. Saham INTP dibuka naik 50 poin ke posisi Rp 9.850 per saham. Saham INTP berada di level tertinggi Rp 10.200 dan terendah Rp 9.700 per saham.
Total frekuensi perdagangan 2.345 kali dengan volume perdagangan 18.803.036 saham. Nilai transaksi Rp 20,7 triliun.
Selama sepekan terakhir, saham INTP naik 6,74 persen. Secara year to date, saham INTP cenderung stagnan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pemegang saham Indocement Tunggal Prakarsa antara lain Birchwood Omnia Ltd sebesar 51 persen, saham treasury sebesar 6,8 persen, masyarakat warkat sebesar 0,23 persen dan masyarakat non warkat sebesar 41,97 persen.
Laju IHSG Sesi ISementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,62 persen ke posisi 6.835,88. Indeks LQ45 susut 0,87 persen ke posisi 910,85. Seluruh indeks saham acuan tertekan.
Pada sesi pertama perdagangan saham, IHSG berada di level tertinggi 6.887,02 dan terendah 6.824,46. Sebanyak 311 saham melemah sehingga menekan IHSG. 190 saham menguat dan 236 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 631.823 kali dengan volume perdagangan 15,1 miliar saham. Nilai transaksi Rp 25,5 triliun.
Advertisement
Kinerja Kuartal III 2023
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba hingga September 2023.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Indocement Tunggal Prakarsa mencatat pendapatan naik 10,8 persen menjadi Rp 12,92 triliun hingga September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 11,66 triliun.
Beban pokok pendapatan naik 7,5 persen menjadi Rp 8,83 triliun hingga kuartal III 2023. Beban pokok pendapatan pada periode sama tahun sebelumnya tercatat Rp 8,21 triliun.
Dengan demikian laba bruto menguat 18,7 persen dari Rp 3,44 triliun menjadi Rp 4,08 triliun. Dengan melihat kondisi itu, laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 33,8 persen menjadi Rp 1,26 triliun hingga September 2023. Pada periode sama tahun sebelumnya tercatat Rp 946,85 miliar. Perseroan mencatat laba per saham dasar Rp 369,35 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 270,81.
Total ekuitas tercatat Rp 20,28 triliun hingga September 2023 dari akhir 2022 Rp 19,56 triliun. Liabilitas perseroan turun menjadi Rp 5,49 triliun hingga kuartal III 2023 dari Desember 2022 sebesar Rp 6,13 triliun. Aset perseroan naik menjadi Rp 25,78 triliun hingga September 2023. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 4,7 triliun hingga kuartal III 2023.
Menelisik Prospek Saham INTP Setelah Bagikan Dividen, Masih Cerah?
Sebelumnya diberitakan, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dibayangi sentimen positif untuk harga sahamnya dalam jangka pendek. Ini mengingat, Indocement Tunggal Prakarsa akan membagikan dividen dalam waktu dekat.
"Tetapi mengingat rasio dividen yield yang tidak terlalu besar, mungkin sentimennya tidak terlalu signifikan," kata Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei kepada Liputan6.com, Selasa (23/5/2023).
Sementara itu, Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, penguatan saham INTP yang terjadi pada Senin,. 22 Mei 2023 disertai dengan munculnya volume pembelian.
"Dari sisi indikator, MACD masih menunjukkan tanda lanjutan penguatan untuk menuju ke area positif dengan Stochastic yang akan menuju ke area overboughtnya," kata Herditya.
Bagi para investor, Herditya merekomendasikan buy on weakness saham INTP dengan support Rp 10.000 per saham dan resistance Rp 10.500 per saham.
Tak hanya itu, Research Analyst CGS-CIMB Sekuritas Indonesia Bob Setiadi melihat prospek saham INTP masih menarik ke depannya. Sebab,di mana alokasi DMO batu bara yang lebih baik dapat mendorong upgrade forecast dari konsensus.
"Kami mempertahankan rating Add dengan target price (TP) berbasis-DCF tetap di Rp12,400. INTP saat ini diperdagangkan di 8.8x 12M forward EV/EBITDA (-1.1 standar deviasi dari rata-rata 5-tahun)," kata Bob.
Meski demikian, ia menyebut, terdapat sejumlah risiko untuk Indocement Tunggal Prakarsa, misalnya permintaan yang lebih lemah dari perkiraan.
"Dan implementasi pajak karbon dan peraturan “over dimension overload” (ODOL). Katalis re-rating adalah pelemahan harga batu bara yang terus berlanjut dan peningkatan volume penjualan domestik," ujar dia.
Advertisement