Negara Ini Jadi Saingan Terbesar Indonesia di Pasar Kendaraan Listrik

Pengembangan industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) merupakan bagian dari upaya transisi energi yaitu dengan mentransformasi industri dan menjaga lingkungan.

oleh Septian Deny diperbarui 08 Nov 2023, 13:20 WIB
Jangan sampai nanti idustrinya terbentuk di Thailand besar, Indonesia tidak, terus nanti saat pasar sudah fokus di kendaraan listrik. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, Rachmat Kaimuddin mengatakan pengembangan industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) atau kendaraan listrik merupakan bagian dari upaya transisi energi yaitu dengan mentransformasi industri dan menjaga lingkungan.

Ia menjelaskan bahwa pasar otomotif Indonesia merupakan yang terbesar di ASEAN. Rachmat menyebutkan industri ini merupakan sektor penting untuk Indonesia dan memiliki dampak luas terhadap ekonomi RI.

 

“Industri ini merupakan sektor yang penting untuk Indonesia. Dampak ekonominya juga sangat luas karena kita bukan hanya konsumen tapi juga produsen. Namun, kita juga harus melihat trend dunia yang mulai beralih ke kendaraan listrik,” ujar Rachmat dalam keterangannya, Rabu (8/11).

Rachmat bilang sejak ratifikasi Paris Agreement tahun 2016, perkembangan kendaraan listrik global naik setiap tahunnya, seperti pada tahun 2022 yang naik menjadi 14 persen.

Menurutnya di regional, saingan terbesar Indonesia adalah Thailand yang pasar kendaraan listriknya telah mencapai 8 persen pada tahun 2023.

“Indonesia perlu mengantisipasi, jangan sampai nanti idustrinya terbentuk di Thailand besar, Indonesia tidak, terus nanti saat pasar sudah fokus di kendaraan listrik, jangan sampai semua kendaraan listrik kita buatan Thailand,” imbuhnya.

Pengembangan Industri Kendaraan Listrik

Oleh karena itu, langkah yang diambil pemerintah adalah menciptakan insentif untuk mendorong pengembangan industri kendaraan listrik, salah satunya melalui program bantuan dengan insentif tujuh juta rupiah per orang untuk setiap unit kendaraan motor.

Sementara, untuk adopsi mobil dan bus listrik terdapat pengurangan PPn dari 11 persen menjadi 1 persen, kata Rachmat.

“Target pemerintah tahun 2030, ada dua juta mobil listrik dan ada 13 juta motor listrik sehingga sudah 10 persen populasi, itu target kita. Dengan 10 persen itu diharapkan sudah mulai masuk ranah mainstream. Kita akan secara tidak langsung mengurangi import BBM, dan subsidi BBM. Saat ini sudah ada 15 merek motor listrik dengan TKDN 40 persen yang diproduksi di Indonesia,” jelas dia.

 


Industri EV

Pengemudi taksi biru Blue Bird menambah daya kendaraannya di tempat Pengisian daya mobil listrik di kantor Pusat Blue Bird, Jakarta, Rabu (9/8/2023). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Rachmat menilai hanya dengan mengembangkan industri EV dalam negeri, Indonesia dapat merealisasikan eksternalitas positif dan mencegah risiko berkurangnya PDB dan lapangan pekerjaan akibat transisi industri otomotif.

Ia berharap, tahun depan akan ada investot baru untuk mulai membangun pabrik EV Indonesia dengan target 2026 sudah mulai bisa berproduksi.

" Untuk menarik itu, kita harus bisa membuktikan bahwa pasar Indonesia itu menarik,” harapnya

Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa akselerasi adopsi EV penting untuk dilakukan, khususnya penting untuk mengakselerasi agenda dekarbonisasi Indonesia, memperbaiki kualitas udara, dan menyukseskan hilirisasi mineral kritis Indonesia.

“Tapi kita gak bisa nunggu, kalau kita nunggu kita akan hanya jadi penonton. Karena negara-negara lain sudah sangat aktif mengundang dan mereka sudah mulai membangun pabrik-pabrik. Kita harus ingat sebagai negara ASEAN, bea masuk sesama ASEAN itu 0 persen jadi kalo misalnya terbangun di negara ASEAN lain, itu masuk Indonesia 0 persen kita hanya akan jadi konsumen,” tutupnya.


Ini Dia Keuntungan Pakai Kendaraan Listrik, Mulai Segi Biaya hingga Lingkungan

Pasar kendaraan listrik China sendiri berkembang pesat setelah Partai Komunis yang berkuasa menggelontorkan miliaran dolar untuk mempromosikan teknologi. (AP Photo/Ng Han Guan)

Staf Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan manfaat penggunaan kendaraan listrik (EV).

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan, salah satu keuntungan menggunakan kendaraan listrik dapat menghemat biaya bahan bakar, pajak, hingga perawatan.

"Ada benefit yang diciptakan oleh pemerintah misalnya pajaknya berkurang dan sebagainya,” ungkap Rachmat dalam kegiatan Dekarbonisasi Sektor Transportasi melalui Adopsi KBLBB di Wilayah Jawa Barat, Selasa (7/11/2023).“Ada juga benefit yang tercipta untuk nature dari kendaraan listrik ini sendiri," sambungnya.

Hemat Biaya

Rachmat pun mengungkapkan pengalamannya menggunakan kendaraan listrik sejak tahun 2021, di mana biaya yang dikeluarkan untuk pengisian energi lebih murah.

"Dulu saya pas pakai kendaraan bakar isi bensin seminggu (kena biaya) Rp 500 ribu, Rp 600 ribu, sekarang saya pakai mobil listrik dari 2021 isinya mungkin dengan jarak tempuh yang sama Rp 60 ribuan. Jadi ini significant saving,” ceritanya.

Selain itu, kendaraan listrik juga memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dibandingkan kendaraan konvensional.

"Ada faktor melindungi lingkungan. Jadi kendaraan listrik ini tidak beremisi dari knalpotnya karena nggak punya knalpot, dia nggak keluar polusinya," imbuhnya.


7 Perusahaan Otomotif Mau Bangun Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia

Mobil listrik BYD Seagull bukukan pemesanan 10 ribu SPK dalam 24 jam

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) memastikan bahwa sejumlah perusahaan otomotif tengah berdiskusi dengan pemerintah untuk investasi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut berencana membangun pabrik di Indonesia. 

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimudin mencatat, sebanyak 7 perusahaan otomotif dari berbagai negara tengah menjalin diskusi tersebut.

“Indonesia tengah menarik minat dari berbagai perwakilan EV yang mewakili setengah dari produksi global,” ungkap Rachmat dalam kegiatan Dekarbonisasi Sektor Transportasi melalui Adopsi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB)  di Wilayah Jawa Barat, Selasa (7/11/2023).

“Harapan kita nanti mulai tahun depan (mereka) akan mulai membangun pabrik, membangun produknya, mungkin di tahun 2026 atau 2027 sudah pada jadi pabriknya (EV), kita bukan hanya jadi konsumen di sini,” jelas dia.

Ketujuh perusahaan EV ini adalah BYD asal China, Tesla asal Amerika Serikat, GM-Wuling-SAIC dari AS dan China, Stellantis, Geely Auto Group dari Jerman, Renault-Nissan-Mitsubishi Alliance (gabungan Prancis dan Jepang) dan Cherry Auto Co. dari China.

“Sebagian dari mereka bahkan berencana untuk menjadi Indonesia sebagai ekspor hub electric vehicle,” pungkasnya.

Sebelumnya, Pemerintah akan terus mempermudah investor yang akan melakukan investasi kendaraan listrik di Indonesia. Langkah itu salah satunya adalah dengan menyiapkan paket kebijakan, terkait durasi insentif pembebasan Pajak Penghasilan (PPh).

Langkah-langkah tersebut sedang dalam proses pengkajian.

Banner Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya