Liputan6.com, Yogyakarta - Pernah mendengar Garra Charrua? Sebuah filosofi di Uruguay yang menggambarkan keuletan, spirit, dan sikap mau mengorbankan segalanya. Filosofi itu benar-benar diimani oleh setiap pesepakbola Uruguay.
Secara harfiah, Garra Charrùa berarti "Cakar Charrùa". Charrùa adalah penduduk asli yang mendiami tanah Uruguay sebelum penjajah datang. Saat itu penduduk Uruguay berjuang untuk mempertahankan Tanah Airnya dari penjajahan bangsa Spanyol.
Meski akhirnya takluk, semangat Charua tetap diteruskan, hingga saat ini dipegang teguh oleh generasi-generasi berikutnya.
Mantan pemain Arsenal, Lucas Torreira mengungkapkan, filosofi itu adalah cara semua orang di Uruguay bertumbuh. Menurutnya, itu pula adalah cara pemain Uruguay bermain dan berlatih sepak bola.
Baca Juga
Advertisement
“Sedikit rumit menjelaskan apa itu Garra Charrua. Itu adalah cara kami menghidupi sepak bola, setiap orang Uruguay dibesarkan dengan cara itu. Itu adalah cara kami bermain sepakbola di lingkungan kami. Garra Charrua terdapat dalam tiap insan Uruguay. Agak sulit menjelaskannya,” ucap Lucas Torreira dikutip dari the18.com.
Semangat Garra Charua ini dirasakan setiap pemain yang memakai segaram di setiap pertandingan. Semangat ini diusung pula dalam setiap aspek dalam tim nasional.
Sejak awal kemunculan sepak bola di Uruguay hanya sebatas hiburan bagi masyarakat kelas pekerja. Lantas dengan semangat Garra Charrua, sepak bola Uruguay pun mampu berjaya di pada tahun 1920-an.
Uruguay dikenal dengan permainan dengan mengandalkan kekuatan fisik. Ini selaras dengan semangat Garra Charrua. Namun kejayaan Uruguay tak berlangsung lama.
Pamornya mulai meredup dari dua negara tetangganya, Brasil dan Argentina. Faktor utamanya adalah fokus. Mereka terlena dengan kejayaan yang diraih sebelumnya, tetapi lupa dengan masa depan.
Angin Segar
Sejak perhelatan Piala Dunia 1974 sampai 2022 lalu, Uruguay kerap absen dalam gelaran akbar tersebut.
Setelah kegagalan menembus Piala Dunia 2006 Jerman, mereka memutuskan menggaet Oscar Tabarez sebagai pelatih. Itu adalah periode kedua Tabarez melatih tim yang sama, jaraknya terpaut jauh sekitar 16 tahun.
Kedatangan Oscar jadi angin segar, ia membawa semangat Garra Charrua ke semua pemain Timnas Uruguay. Bahkan filosofi ini diterapkan bagi pemain yang masih menimba ilmu di akademi.
Hasilnya tentu saja memuaskan? Uruguay lolos ke Piala Dunia pada 2010 Afrika Selatan. Pemain-pemain bintang bermunculan layaknya Diego Forlan, Muslera, Edinson Cavani hingga Luiz Suarez.
Pada helatan edisi tersebut, Uruguay berhasil menjawab keraguan publik dengan lolos ke semifinal. Pada periode keduanya, Oscar Tabarez mempersembahkan keikutsertaan keempat dan gelar juara Copa America.
Semangat Garra Charrua benar-benar tergambar dalam diri setiap pemain Uruguay, terutama pada Luiz Suarez. Ingat saat dia menggigit Chiellini? Atau saat menghalau bola dengan tangannya saat gawang timnya terancam? Ia melakukan itu semata-mata untuk satu tujuan, membantu timnya tak kalah. Suarez adalah jelmaan paling ideal dari filosofi Garra Charrua.
Penulis: Taufiq Syarifudin
Advertisement